Pukul 20.45 WIB, seorang gadis berdiri di bawah pohon kelapa yang berada di sebelah rumah Asya. Netranya menatap lurus jendela kamar Asya. Perlahan, tangannya mengepal kuat, matanya memerah.
"Nikah sama Afzal?"
"Jangan harap, Zila. Lo, ga berhak bahagia sama Afzal."
***
Sinar mentari menelusup masuk kedalam kamar seorang gadis yang masih tertidur lelap. Kicauan burung terdengar begitu ricuh, seolah sedang berusaha membangunkan gadis itu.
Asya. Kedua matanya perlahan terbuka, melirik sekilas arloji yang sudah menunjukkan pukul 05.40 WIB. Ia langsung menghempas selimut tebalnya, berdiri, lalu berlari ke kamar mandi. Hanya untuk sekedar mencuci muka dan menggosok gigi.
Ya, terhitung sudah 5 hari Asya berada di rumah. Dan hari ini, Ia memutuskan untuk kembali ke Pesantren.
"Pagii Umaaaaa," sapanya saat melihat Uma duduk di meja makan.
"Pagi, dek. Sini sarapan bareng Umma."
Menurut. Asya mendudukkan dirinya tepat di depan Umma. Merasa ada yang kurang, Asya lantas melihat sekitar.
"Abah mana Ma?" tanyanya.
"Kerja, sayang."
"lohh??? Terus nanti yang nganterin Asya ke pondok siapaa????"
Umma tersenyum manis, "Kan ada mang Dadang, dek,"
"Kok bukan abah? Kenapa abah ga pulang aja? kenapa ga libur dlu aja buat hari ini?" tanyanya tidak terima.
Melihat itu Umma tertawa kecil. Lalu menyendokkan nasi dan lauk untuk anak gadisnya. "Udah, sarapan aja dulu, dek."
Pukul 08.00 WIB, Asya mulai mengemasi barang-barangnya yang akan dibawa ke pondok, dibantu Umma tentunya. Pukul 08.30 WIB, mobil yang dinaiki Umma dan Asya, mulai melaju. Dan pukul 10.50 WIB, sudah memasuki gerbang utama Pesantren.
Di sana, di lapangan santriwan, terlihat Gus Afzal yang sedang melatih beberapa santriwan cara memanah. Fokusnya teralihkan kala melihat sebuah mobil yang sudah tidak asing memasuki area ndalem.
"Asya? Dia kembali hari ini?"
"Cepat sekali, hanya mengambil libur 5 hari. Tapi, Alhamdulillah," gumamnya sembari tersenyum.
"Gus, sudah mau masuk waktu dzhuhur. Mau dilanjut nopo mboten?" tanya salah satu santriwan.
"Mboten. Kita cukup kan sampai sini latihan hari ini. Silakan kembali ke asrama untuk persiapan Dzhuhur."
"nggih, Gus,"
"Jangan lupa. 15 menit sebelum Dzhuhur harus sudah berada dimasjid semua. Fahimtum?"
"Fahimna, Gus."
***
Adzan Dzuhur sudah berkumandang. Di masjid utama, seluruh santri sudah bersiap untuk memulai sholat dzuhur. Hanya ada satu santriwati yang belum datang. Bisa menebaknya? Yap, Nazillasya.
Dimana dia? Ada yang tau? Ada yang melihatnya? atau, ada yang sedang bersamanya? Tuh, anaknya sedang asik sholawatan sembari jalan ke arah masjid dengan sangat santai.
Didepan sana, berjarak sekitar sepuluh langkah dari tempat Asya, Gus Afzal menghentikan langkahnya. Karena mendengar suara perempuan yang melantunkan sholawat. Dengan santai, Asya melewati Gus Afzal begitu saja. Dan Gus Afzal yang melihat Asya, reflek menatap jam tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTAGHFIRULLAH, GUS AFZAL!
Novela Juvenil"Saya hanya gadis biasa yang gemar menulis, gus. Jadi, maaf jika saya hanya bisa mengabadikan sosok gus Afzal dalam sebuah tulisan." *** Nazillasya Az-Zahra. gadis biasa yang sangat suka dengan sastra. gadis dengan banyak rahasia dibalik senyumnya...