31. Takziran-2

3.8K 271 147
                                    

Setelah menyelesaikan dua takziran yang sudah tertunda sangat lama itu, di asrama Fauzia tertawa puas.

Menertawakan Asya tentunya. Asya sendiri sudah berada di level kesal paling tinggi versinya.

"Diem bisa ga, Zi? Pusing aku denger kamu ketawa terus!"

"Kayaknya puas banget Zia lihat Asya kena takziran." timpal Mawar.

Masih dengan tawanya, Zia memukul Mawar menggunakan bantal.
"Andai, War, andaiii!!"

"Andai kamu lihat gimana ekspresi Asya waktu hafalan Ar-Rahman di ayat 78. Aku jamin bakal ketawa se ketawa-ketawanya!"

"Udah dibenerin sama gus Afzal padahal, masihhh ada wa'abqorriyin hisaan, HAHAHAHHA."

"Udah gitu mukanya Gus Afzal waktu benerin ayat itu ngakak banget lagi, War!"

Asya menatap Zia sinis, lalu sebuah boneka melayang dan mendarat tepat di wajah Zia. Membuat Zia reflek menghentikan tawanya.

"ITU BONEKA ADA BEKAS ILERNYA NISA, ASYAAAA!!!!!"

"Bodoamat! Salah siapa ketawain Asya terus?! Mamam tu ilernya Nisnis!"

Mawar menggelengkan kepalanya melihat Asya yang keluar dari Asrama sembari menghentakkan kakinya. Persis seperti anak kecil yang tengah merajuk.

"Asya ngambek aku ga tanggung jawab, Zi,"

***

Adzan isya' sudah berkumandang sejak 2 menit lalu. Kini, masjid utama PonPes Asy-Syifa' sudah dipenuhi oleh para santriwan dan santriwati yang akan melaksanakn sholat isya' berjama'ah.

Di barisan kedua dari depan, Asya menghela napasnya kala Zia dan Mawar terus-menerus mengingatkannya dengan takziran.

"Sya jangan lupa ba'da isya' setoran Al-Mulk, yaaaa!"

"Asyaa, lihat Gus Afzal udah datengg tuuh!"

"Sya, takziran kamu masih banyak yaa?"

"At--"

"Kalian berdua bisa diam? Daripada ngomongin hal yang ga penting mending kalian dzikir, atau baca al-qur'an. Ingat lagi di dalam masjid!" kata Asya sedikit sinis.

Nisa menatap ketiga sahabatnya, "Sejak kapan takziran ga penting, Syaa?"

"Sejak takzirannya ditambah karna nego," sahut Zia sembari cekikikan.

Pukul 19.55 waktu setempat, setelah dirasa masjid tidak terlalu ramai, Asya berjalan keluar dari masjid. Di depan sana, di selasar masjid, sudah terdapat gus Afzal yang berdiri memunggunginya.

"Assalamu'alaikum, Gus,"

Gus Afzal membalikkan badannya, "Wa'alaikumussalam. Cepat hafalan."

"Baru juga dateng," batin Asya sembari tersenyum getir.

"Sambil berdiri, Gus?" tanyanya.

"Ya sudah, duduk. Waktu kamu hanya 10 menit dimulai dari sekarang."

"Dikira lomba kali ah pake di waktuin segala." gerutu Asya.

Asya mendudukkan dirinya di lantai serambi masjid, diikuti oleh gus Afzal yang duduk sedikit jauh.

"Audzubillahi minasy-syaitho nirrojiim,"

"Bismillahir-rahmanir-rahiim,"

"Tabarakalladzi biyadhihil mulku wahuwa 'ala kulli syai'in qadiir,"

"Alladzi kholaqol mawta wal hayatal liyabluwakum ayyukum ahsanu 'amala, wahuwal 'azizul ghofur,"

"Alladzii khalaqa sab'a samaawaatin tibaaqam maa taraa fii khalqir rahmaani min tafaawuti, farji'il bashara hal taraa min futhuur, ......."

ASTAGHFIRULLAH, GUS AFZAL! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang