"USTADZ FAHRII KENAPA TEMBOKNYA JADI SEPERTI INIII??!!!!"
Seketika itu semua tatapan tertuju pada dinding depan aula. Gelak tawa mulai memenuhi ruangan. Sedangkan sang pelaku, hanya bisa menggaruk tengkuknya seraya memamerkan rentetan gigi putihnya.
"Bagus kan dindingnya Ustadzah?"
Bagus, tapi aneh....
Ustadzah Abel memijit pangkal hidungnya. Pusng melihat kelakuan ustadz dan santri yang tidak ada bedanya. Ada saja hal-hal yang mereka lakukan diluar pemikirannya.
Tembok depan aula sana, terdapat hiasan bunga yang dibentuk pola seperti bulan sabit. Disebelah kanannya, terdapat nama Gus Afzal dan Asya. Dimana bunga tersebut dirangkai dari beberapa popok, jilbab, dan kaos yang dijadikan satu hingga membentuk bunga.
Tulisan nama Gus Afzal dan Asya sendiri terbuat dari styrofoam. Sekelilingnya dihiasi dengan gambar bayi beserta perlengkapannya. Kesannya seperti orang mau melahirkan :)
"Ustadz, Ustadz. Ini kan untuk acara nikahan yaa. Kenapa hiasan samping namanya pake bayi sih? Kaya orang mau nyambut bayi aja." Kata Andika setelah berhasil meredakan tawanya.
Ustadz Fahri melempar popok yang masih Ia pegang hingga mengenai wajah Andika. "Heh!"
"Bukan seperti itu maksudnya. Maksud saya meghias keliling nama dengan dedek bayi dan antek-anteknya itu sepert doa agar mereka segera dikaruniai dedek bayi setelah menikah." Jelas Ustadz Fahri.
Entah apa yang lucu, aula kembali dipenuhi oleh gelak tawa santriwan dan santriwati. "Ustadz Fahri, Ustadz Fahri, ada-ada aja." celetuk salah satu dari mereka.
"Sudah-sudah. Ayo lanjutkan lagi." Ujar Ustadz Rizal menengahi.
Melihat ada Ustadz Rizal, Rohman menyenggol lengan beliau. "Ustadz Rizal!"
"Iyaa, kenaoa Man?" sahut beliau.
"Perasaan saya gak enak."
Dengan tampang tidaj berdosanya, Rohman menunjukkan dua foto yang Ia pegang, sembaru tersenyum mengejek.
"Ganteng dan cantik, ya, Ustadz?""Nah, kan, apa kata saya"
Ustadz Rizal tersenyum paksa menanggapinya. "Iya, Man. Cantik dan ganteng."
Rohman menahan tawanya kala melihat raut wajah Ustadz Rizal. "Cocok, ya, Ustadz." katanya.
"Iya, Man, cocok sekali."
Melihat raut wajah yang sudah sangat tak enak dipandang, Rohma menghentikan aksinya. Ia menyimpan kembali kedua foto tersebut, kini, tatapannya benar-benar fokus kepada Ustadz Rizal.
"Sakit, ya, Ustadz?" tanyanya pelan.
Ustadz Rizal menampilkan senyum tipisnya.
"Apanya yang sakit, Man? Saya ada di sini, itu artinya saya sehat." jelas Ustadz Rizal.Rohman menggeleng tak setuju. Jari telunjuknya terangkat hingga tepat didepan dada Ustadz Rizal. "Ini yang sedang tidak sehat, Ustadz."
Ustadz Rizal diam. Rohman memang tau tentang perasaannya kepada salah satu muridnya itu. Tak jarang, Rohman mendukung beliau. Karna Ia tak tahu bahwa Gus Afzal dan Asya sedekat itu.
"Man, mencintai itu tidak selalu berakhir dengan memiliki. Munafik memang jika hanya mencintai tanpa ada ingin untuk memiliki. Tapi--"
"--sebesar apapun inginnya, jika Tuhan tidak berkehendak, jika semesta tidak mengizinkan, kita bisa apa? Selain ikhlas? Selain menerima yang menyakitkan dengan hati lapang?"
"Man... Saya baik-baik saja. Saya terima ini. Mungkin, memang saya bukan yang terbaik untuk Zilla. Doa saya tidak sia-sia, Man. Doa saya untuk Zilla tidak akan berhenti sampai disini. Tenang saja."
"Saya hanya terluka sedikit, Man. Saya pastikan tidak akan menimbulkan iri dan benci dalam hati saya."
Kini, Rohman yang terdiam. Semenyebalkan apapun ustadznya yang satu ini, tetap saja beliau adalah gurunya. Bagaimanapun, beliau ini manusia.
Kini, Ia paham.
Cinta adalah bahagia yang sakit.
Cinta adalah bahagia dan sakit yang lama."Ayo lanjut, Man." ajak Ustadz Rizal yang berusaha mengalihkan pembicaraan.
Bohong, jika dirinya berkata bahwa Ia tidak apa-apa. Bohong, jika dirinya berkata bahwa Ia menerima kabar ini dengan sangat lapang dada. Mempersiapkan acara pernikahan perempuan yang dicintainya, siapa yang akan baik-baik saja?
Tapi, inilah nyatanya. Mencintai itu mendukung. Mencintai itu cukup sampai melihat yang dicintai menemukan cintanya.
"Ustadz Rizal, Roh--"
"Ustadzz Rizall, catering makan sudah deal belum? Jika sudah berapa dananya, biar daya transfer sekarang, Ustadz." sela Ustadzah Bila.
Ustadz Rizal memalingkan wajahnya, menatap Ustadzah Bila. "Sebentar ya Man, saya mau ngurus ini dulu."
"Pintar sekali mencari kesempatan untuk menghindar. Ustadz, Ustadz."
Kang Nasrul, Kang Lian, dan Kang Dio yang bertugas mengkoordinasikan persiapan di aula tersenyum puas melihat persiapan sudah berjalan 75%.
"Man! Kamu ngapain diam di situ, bantu-bantu gih!" Tegur Kang Lian.
Rohman terperanjat. Terkejut akan kehadiran Kang Lian beserta temannya.
"Kang Lian tanya Oman ngapain?""Lagi ngelihatin orang yang sakit hati tapi ga mau ngakuin, Kang. Katanya, gaada yang sakit. Hih, bulshit!" sahut Rohman dengan sedikit sindiran.
Ustadz Rizal yang mendengar itu memejamkan matanya sejenak. Lalu memijat pelipisnya.
"Astaghfirullah, Rohman."Kang Nasrul menggelengkan kepalanya. Tak heran lagi dengan kelakuan Rohman. "Gih lanjut, Man. Dibantu yang lain, ya. Nanti Akang belikan sosis bakar."
Mendengar itu mata rohman langsung berbinar. Dengan segera Ia membantu siapapun yang terlihat sangat sibuk di aula, membuat Kang Nasrul menggelengkan kepalanya. Takjub.
Suasana di aula benar-benar berisik. Ada yang tertawa, ada yang berteriak menanyakan ini itu, ada yang sibuk mengurus keuangan dan berbagai maacam kesibukan lainnya.
Tak jauh dari aula, seorang gadis tampak memperhatikan para santriwan dan santriwati serta ustadz-ustadzah yang bekerja di aula. Kilatan amarah berkobar di matanya. Ia, tak suka.
"Ga akan, Asya. Ga akan gue biarin lo dan gus Afzal bahagia di atas penderitaan gue selama ini." celetuknya.
"Kalian harus bayar apa yang terjadi bertahun-tahun silam."
"MAWAR?!"
$$$
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.haloo! Assalamu'alaikum, Apa kabar?
Capee mungguu??
Maaf sudaah membuat kalian kesal karna berbulan bulan tidak up🫂
Hehe, maaf sedikit dulu.
💗💗💗MAU PELUK GUS AFZAL VERSI CETAK?
YES
OR
NO
??????Selamat membacaaaa🫂
Sebelumnya, aku penasaran.
Apakah ada cowok yang baca cerita ini??Oke termakasih.
Wassalamu'alaikum
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.-- 30°C salah satu daerah di Jawa Tengah.
Terimakasih sudah membaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTAGHFIRULLAH, GUS AFZAL!
Fiksi Remaja"Saya hanya gadis biasa yang gemar menulis, gus. Jadi, maaf jika saya hanya bisa mengabadikan sosok gus Afzal dalam sebuah tulisan." *** Nazillasya Az-Zahra. gadis biasa yang sangat suka dengan sastra. gadis dengan banyak rahasia dibalik senyumnya...