Wahai pemilik bola mata coklat terang, bolehkah saya mengagumi senyummu yang begitu menawan? Sungguh, fabiayyi alaa irobbikuma tukadz dziban.
***
Asya dengan laptopnya, adalah dua hal yang tidak bisa diganggu. Jika sudah berhadapan dengan laptop, maka Ia hanya akan fokus kepada laptopnya.
"587 ribu pembaca. Apa bisa cerita ini diterbitkan?" monolognya.
Asya menatap sendu laptopnya. Tertera sebuah cerita berjudul 'Untuk sang Hujan' karya syazahra, dengan 587 ribu pembaca, 30 Bab.
Di sebelahnya, terdapat sebuah cerita yang berbeda dengan judul 'Semesta untuk Bumi' yang baru dibaca 178 orang.
Untuk sang Hujan, adalah karya pertama Asya, yang bercerita tentang seorang gadis ceria yang merasa diperlakukan tidak adil oleh semesta. Hingga akhirnya, seorang lelaki datang, membuatnya damai dengan rasanya, dengan semestanya.
Dan, Semesta untuk Bumi adalah karya keduanya. Menceritakan tentang bagaimana semesta menjalankan tugasnya tanpa campur tangan manusia. Tentang bagaimana cara agar bisa berdamai dengan keadaan. Dan tentang bagaimana pelangi datang sesudah hujan reda.
Asya menghela napasnya. Ia tersenyum tipis. "Andai ada kamu disini, Ga. Pasti kamu bakal heboh kalau tau, kamu abadi di salah satu karya aku."
Gadis itu kembali fokus kepada laptopnya. Ia membuka chapter sepuluh dari cerita keduanya.
Jarinya bergerak lincah diatas keyboard. Menuliskan satu per satu huruf yang di rangkai menjadi kata, berubah menjadi kalimat, dan berakhir menjadi sebuah pargraf singkat.
Semesta, jika kamu memang tercipta untuk Bumi, tolong jaga dia dengan sangat, ya? Ajak dia berjalan menuju kebaikan. Jangan biarkan dia tersesat didalam sebuah hutan dengan banyak jurang.
Tuhan tau bahwa Bumi sedang lelah. Oleh karena itu, Tuhan menghadirkan kamu dalam perjalanannya.
Semesta, tolong bahagiakan dia.
Asya tersenyum. Lalu kembali menulis chapter 10 itu hingga akhir.
Saat tengah menulis, Fauzia, sahabatnya memanggilnya."Asyaa,"
"Assalamu'alaikum, Zia." tegur Asya.
"Hehe, waalaikumussalam."
"Kenapa?" tanya Asya yang masih fokus.
"Kamu ditimbali Abi, Sya. Kata Abi di suruh ke ndalem." sahut Zia.
Jari-jari Asya yang tadi bergerak diatas keyboard, kini terhenti karna mendengar ucapan Zia.
"Ditimbali Abi? Langsung Abi yang nimbali, Zi?" tanya Asya dan Zia hanya menganggukkan kepalanya.
"Yasudah kalau begitu aku ke ndalem dulu. Oh iya, sebentar lagi dzuhur. Tolong bangunin Mawar dan Nisa ya, Zi."
"Iya, Sya. Nanti aku bangunin mereka."
"Yaudah, assalamu'alaikum."
"Waalaikumussalam."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTAGHFIRULLAH, GUS AFZAL!
Novela Juvenil"Saya hanya gadis biasa yang gemar menulis, gus. Jadi, maaf jika saya hanya bisa mengabadikan sosok gus Afzal dalam sebuah tulisan." *** Nazillasya Az-Zahra. gadis biasa yang sangat suka dengan sastra. gadis dengan banyak rahasia dibalik senyumnya...