26. Rencana Khitbah

5.8K 519 107
                                    

Dari ambang pintu kamar Abi Arifin, Umi Fatimah menggelengkan kepalanya pelan melihat anak sulungnya yang duduk lesehan di lantai kamar.

"Gus Afzal?" panggil Umi.

Gus Afzal mendongakkan kepalanya. Menatap sang Umi dengan bibir yang mengerucut.

"Umi, Abi mana?" tanyanya.

"Loh? Kok tanya Umi? Kan kamu yang dari tadi disini? Umi ya gatau, Mas,"

Gus Afzal mendengus kesal. "Tadi bilang ke kamar mandi, Umi. Tapi sampai sekarang ga keluar-keluar."

"Lagi buang air besar kali, Mas,"

"Buang air besar kok setengah jam ga keluar-keluar. Itu yang dikeluarin ampas apa batu." gumam Gus Afzal.

"Gitu aja ngomelin anaknya kalau lama di kamar mandi. Padahal diri sendiri juga suka."

"Ghibah terusss! Inget dosa, Gus!" celetuk Abi Arifin dari ambang pintu kamar-mandi.

"Siapa yang ghibah? Kurang kerjaan banget ghibahin Abi." sahut Gus Afzal.

"Kalau Afzal sih lebih milih ghibahin kambingnya kang Nasrul daripada ghibahin Abi."

Abi melebarkan matanya mendengar itu. "Kamu nyamain Abi sama kambingnya Nasrul???"

"Afzal ga bilang. Abi sendiri yang memperjelas."

Umi menggelengkan kepalanya. Heran dengan kedua lelaki yang tidak pernah akur itu. "Sudah-sudah. Mas Afzal ada perlu apa? Kenapa nyariin Abi?"

Gus Afzal diam. Menggaruk tengkuknya untuk menghilangkan gugup yang seketika menyerang. Beliau tersenyum kikuk.

"Umi, Abi,"

"Kenapa kamu, Gus?"

"Afzal dan Asya sudah 14 tahun bareng. Abi dan Umi juga mungkin udah tau kalau Afzal punya rasa ke Asya,"

"Rasa apa gus? Coklat? Vanila? Anggur?" tanya Abi yang mendapat decakan malas.

"Terus-terus?"

Gus Afzal menarik napasnya dalam. "Afzal ingin mengkhitbah Asya, Abi, Umi,"

"Terus?"

Gus Afzal menatap jengkel Abinya. "Terus, terus, awas nabrak, Bi."

"Terus?"

"Terserah."

Abi tertawa melihat wajah kesal putranya. Beliau menepuk pelan pundak gus Afzal.
"Abi merestuimu, Nak."

Gus Afzal menarik kedua sudut bibirnya. Beliau lalu menatap Umi. Membuat Umi menghela napasnya.

"Maaf, Mas. Umi ga setuju,"

"Kenapa, Mi?"

"Umi ga setuju, sebelum kamu memberi tau orang tua Zahra, bahwa kamu akan datang ke rumah mereka."

"Dan, Umi ga setuju, sebelum kamu kasih tau Zahra, bahwa kamu akan segera mengkhitbahnya."

"Jadi, kasih tau Zahra dulu, baru Umi kasih restu."

"Kok gitu sih, Mi?? Kan yang utama dan paling utama itu restu dari Abi sama Umi. Kalau Umi ga restuin Afzal, mana bisa Afzal langsung dateng gitu aja."

"Umi gak nyuruh kamu datang ke mereka. Umi cuman nyuruh kamu kasih tau Zahra dan orang tua Zahra, kalau kamu bakal dateng ke rumah mereka."

"Sama aja, Mi, kasih restu langsung aja kenapa sih, Mi, kayak susah banget,"

"Ya biasanya kamu cuman berani bilang sama Abi, Umi. Waktu suruh bilang Zahra atau orang tuanya, kamu ga berani."

"Kamu malah bilang, "Abi, bantuin Afzal dong, Bi, Afzal ga berani," gitu. Gak sekali dua kali kamu gitu, ya."

ASTAGHFIRULLAH, GUS AFZAL! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang