27. Khitbah?

6K 612 131
                                    

Ya, seperti yang dikatakan gus Afzal kemarin. Hari ini, pukul 8.30 WIB, gus Afzal akan bicara dengan Asya, masalah apa man temann?? He'em bener banget!!! seratus buat kalian.

Nahh, kebetulan anaknya lewat depan ndalem. Jadi dirinya tidak perlu capek-capek nyamperin Asya. Gak lakik!

"Zill!" panggilnya.

Asya yang sedang berjalan sembari menyanyikan lagu kesukaannya pun berhenti.

"Ya, Gus? Aya naon?"

" Ga cocok pake logat sunda kamu."

"Dih, yaudah. Ada apa, gus Afzal nyebelin?" ralatnya melirih di akhir kalimat.

Gus Afzal berdehem pelan. "Saya mau bicara sebentar, bisa?"

"Duh, afwan, Gus. Ana sibuk. Lagi buru-buru ini."

"Lima menit, aja, Zil,"

"Gabisa, Gus. Ini urgen. U r g e n. URGEN!"

Gus Afzal berdecak kesal. "Emang mau ngapain sih, Sya? Mau ketemu siapa?"

"Mau ketemu ustadz Rizal, Gus,"

"Ngapain?!"

"Mauuuuu.... Cie nungguin yaa?"

"Terserah."

"Mau ngembaliin kitab yang kemarin Asya pinjam, Gus."

"Nanti 'kan bisa?"

"Masalahnya, ustadz Rizal mau pergi, Gus. Jadi harus cepet-cepet." sahutnya.

"Di titipin ustadz lain bisa, Sya. Atau titipkan ke saya, pasti amanah."

"Maaf, Gus. Rasanya gimana gitu kalau ga liat barangnya nyampe dengan selamat ke tangan pemiliknya."

"Yasudah, sana."

"Hah?"

"Katanya mau ketemu ustadz Rizal? Yasudah, sana. Keburu pergi."

"Beneran? Gamau nahan lagi?"

"Hm."

Asya mengangguk pelan. "Yaudah, lima menit dari sekarang."

"Hah?"

Asya tertawa pelan. "Katanya mau bicara? Yasudah ayo. Lima menit, 'kan? Ajak ning Kinar tapi."

"Hm. Di ndalem aja. Mumpung Abi sama Umi gaada."

Asya sontak melebarkan matanya. "Astaghfirullah, Gus Afzal!"



Pletak!



"Kotor pikirannya."

"Shh, sakit, Gusss!!!"

"Ya lagi, kamu. Maksud saya mumpung Abi sama Umi gaada. Jadi saya gaakan di ledek. Di ndalem juga ada Kinar."

"Makanya, kalau ngomong yang jelas, Gus."

Gus Afzal menghela napasnya. "Iya, saya salah."

"Perempuan selalu benar."

Asya mengangguk. Lalu memasuki ndalem lebih dulu. "Waktu tinggal 3 menit, Gus."

Gus Afzal buru-buru memasuki ndalem. Tak lupa menutup kembali pintunya. Ia berdecak kesal saat melihat Asya yang malah asik bergurau dengan adiknya.

"Zil," panggilnya.

"Iya, Gus? Mau bicara apa?"

Gus Afzal membenarkan duduknya. Sedangkan Ning Kinar, yang tidak tau apa-apa hanya diam menyimak.

ASTAGHFIRULLAH, GUS AFZAL! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang