Hari silih berganti.
Kemarin, kedua belah pihak keluarga kembali bertemu guna membicarakan kapan berlangsungnya pernikahan Gus Afzal dan Asya.H-7. Iya, hari ini adalah satu minggu sebelum acara pernikahan berlangsung.
Kini, Asya asik berguling-guling di atas kasurnya. Ya, kemarin Ia diboyong kembali oleh orang tuanya.Beberapa detik setelah itu Asya terdiam, karna badannya terbungkus oleh selimut.
Seperti sebuah kepompong."Jadi, bagaimana kelanjutannya, Pak Yai,"
tanya Ayah Asya.Abi tersenyum tipis. "Bagaimana jika disegerakan, Pak, Bu? Minggu depan, acara akad dan resepsinya. Bagaimana?"
Melihat kedua orang tua Asya terdiam, Abi kembali berucap.
"Saya hanya menyarankan, jika memang dari pihak panjenengan belum bisa dan belum siap, nggih mboten nopo-nopo,"Ayah Asya tersenyum. Lalu menganggukkan kepalanya mantap.
"Kulo manut panjenengan mawon, Yai. Kalau memang baik disegerakan, nggih mari atur tanggal."Abi yang mendengar empat kata terakhir Ayah Asya tertawa. Beliau menganggukkan kepalanya.
"Jadi, setuju jika akad dilaksanakan pada tanggal 23 Maret 2023, dan resepsinya satu hari setelah akad?"
Ayah dan Umma Asya sontak mengangguk.
Menyetujui ucapan Abi. Gus Afzal sendiri sudah senyum-senyum tidak jelas. Sedangkan Asya hanya diam. Masih kaget udah mau nikah aja:)"Baik. Setelah ini kita atur dekorasinya. Sepertinya Afzal juga sudah tidak sabar."
Kedua pipi Asya memerah mengingat obrolan Orang tuanya dengan Abi dan Umi.
Ia menenggelamkan wajahnya dibawah bantal. Lalu dengan gemas menggigit seprai."UMMAA MASA ASYA UDAH MAU JADI ISTRI ORANGGGG?!!" teriaknya.
***
Di kediaman Gus Afzal, Umi dan Abi tidak berhenti menggoda sang putra. Terhitung sudah 30 menit lamanya.
Wajah Gus Afzal kini sudah memerah, tetap dengan mimik muka yang terlihat biasa saja. padahal dalam hati pengen ngereog.
"Ciee, anak Umi, ciee, udah mau jadi bapak aja yaa, Bi," goda Umi.
Gus Afzal mendengus. "Akad aja belum. Udah dibilang mau jadi bapak aja." gumamnya pelan.
Abi tertawa mendengar gumaman putranya. "Ya kan sebentar lagi akad, Gus."
"Nah, setelah akad kan ehem ehem, Gus. Setelah itu kamu jadi calon bapak, deh." lanjut Umi.
"Belum tentu, Umiii. Masa iya sekali buat jadi." dengusnya lagi.
"Ya makanya, yang rajin, Gus." sahut Abi.
Gus Afzal pasrah. "Iya, nanti Afzal rajin."
"Empat kali satu hari. Kalau bisa, 24 jam non stop, biar cepet." lanjut Gus Afzal dengan nada yang terdengar sedikit kesal.
"Asya langsung ga bisa jalan 2 minggu kayaknya itu, gus,"
"Biarin. Biar Afzal cepet jadi bapak."
Abi tertawa. "Kamu ngebet banget ya, Gus?"
"Iya, Bi. Afzal ngebet punya baby kembar 10. Yang ga kembar 2. Nanti bisa ngajakin Gang Halilintar tanding bola."
Abi dan Umi sontak tertawa kala mendengar ucapan Gus Afzal. "Astaghfirullah, Gus Afzal."
"Sudah-sudah, Gus, tolong infokan di grup Asatidz-Asatidzah bahwa nanti kita akan mengadakan rapat, jam 20.30"
Mendengar itu, Gus Afzal langsung membuka aplikasi WhatsApp di ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTAGHFIRULLAH, GUS AFZAL!
Ficção Adolescente"Saya hanya gadis biasa yang gemar menulis, gus. Jadi, maaf jika saya hanya bisa mengabadikan sosok gus Afzal dalam sebuah tulisan." *** Nazillasya Az-Zahra. gadis biasa yang sangat suka dengan sastra. gadis dengan banyak rahasia dibalik senyumnya...