2 minggu lebih 5 hari. Hari ini, tepat pada hari jum'at. Dimana seluruh kegiatan pondok pesantren diliburkan. Seperti mengaji Al-Qur'an, kitab, diniyah, dan ngaji malam, diganti dengan mujahadah ba'da subuh dan maghrib.
Seperti biasa. Setiap Jum'at pagi, pasti seluruh santri sibuk berleha-leha. Katanya, balas dendam karna 6 hari full kegiatan.
Begitupun dengan Asya yang kini berada di asrama bersama dengan para sahabatnya."Mawar, tolong ambilkan kitab Alala di samping kamu, dongg." Kata salah satu dari mereka.
Anisa Fahiranza, namanya. Gadis bertubuh gempal yang cerewet melebihi emak-emak komplek kalau kata Bila.
"Ya Allah, Nisa, aku males banget, beneran ga boong." sahutnya.
Mawar Shintalya. Biasa disapa, Mawar. Gadis keturunan Belanda yang sudah berteman lama dengan Nisa.
"Nisa, Nisa, kamu berdiri terus jalan satu langkah aja bisa loh." timpal seseorang yang baru selesai bermuroja'ah.
Fauzia Almeida, biasa disapa Zia. Masih ingat dengan Zia? Kalau lupa, yaudah') Gadis berdarah Jawa-Sunda itu yang paling dewasa diantara ketiga sahabatnya.
"Males berdiri, Zia,"
"Yaudah. Makan tuh malas." sarkasnya.
Asya terkekeh, Ia menggelengkan kepala melihat sahabatnya yang tidak pernah tidak bertengkar.
"Asyaaaa,"
"Nih." kata Asya sembari memberikan kitab Alala milik Nisa.
"Eheyy, makasihhh makin sayang dehh."
"Astaghfirullah,"
Hening. Mereka kembali sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Asya dan Fauzia yang muroja'ah, Mawar yang asik berbaring di kasur, dan Nisa yang sedang menghafal nadlom.
"Eh, tau ga??" celetuk Mawar, yang tiba-tiba bangkit dari tidurnya.
"Mau ghibah pasti ni,"
"Ngga. Kamu belum kasi tau, War." sahut Nisa membuat mawar mendengus kesal.
"Katanya, Ustadzah Bila, suka sama Gus Afzal. Beritanya lagi hangat banget." ujarnya.
Atensi mereka langsung terfokus kepada Mawar. "Kamu tau dari mana?" heran Zia.
"Tadi, kebetulan aku lagi lewat ruang asatidzah. Sebenernya sih ga niat nguping, cuman, aku kan punya telinga, jadi kedengeran."
"Ustadzah Abel bilang, kayak tanya ke Ustadzah Bila, apa ustadzah Bila masih suka sama gus Afzal? Gitu.." jelas Mawa
"Berarti kan secara ga langsung, Ustadzah Bila pernah suka, atau malah, masih suka sama gus Afzal, kan?" lanjutnya.
Nisa dan Fauzia kompak mengangguk. Sedangkan Asya, gadis itu hanya diam sembari membaca Al-Qur'annya. Entah benar-benar membaca, atau hanya untuk mengalihkan saja.
"Sya, menurut kamu, gimana?"
Asya menatap Mawar. "Apanya?"
"Kalau ustadzah Bila jadi sama gus Afzal,"
Asya mengedikkan bahunya. "Ya ga gimana-gimana. Memangnya mau gimana?"
"Tapi, cocok ga siih??? Gus Afzal, ganteng, sopan, kalau sama cewek ga main kasar. Terus, ustadzah Bila, cantik, peduli sama santri, lembut. Sama-sama hafidz-hafidzah. Yang paling penting, sama-sama suka anak kecil." timpal Nisa.
Asya menutup Qur'annya, "Yang paling penting itu mereka sama-sama punya rasa apa ga!" katanya sedikit ngegas.
"Percuma kalau sama-sama suka anak kecil tapi beda perasaan."
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTAGHFIRULLAH, GUS AFZAL!
Ficção Adolescente"Saya hanya gadis biasa yang gemar menulis, gus. Jadi, maaf jika saya hanya bisa mengabadikan sosok gus Afzal dalam sebuah tulisan." *** Nazillasya Az-Zahra. gadis biasa yang sangat suka dengan sastra. gadis dengan banyak rahasia dibalik senyumnya...