7

5.8K 541 27
                                    

"Yang Mulia, pelajaran hamba hari ini sudah selesai, saya ingin meminta izin untuk sekedar berjalan-jalan keluar istana." Jeonghan menunduk, di hadapannya Tifanny tersenyum kecil.

"Kemana kira-kira pangeran akan pergi? Di luar sana sangat dingin, salju sedang lebat-lebatnya." Tifanny berdiri dari duduknya.

"Mungkin ke taman belakang Yang Mulia, saya tidak pernah melihat salju jadi sebelum salju mencair dan hilang, saya ingin menyentuhnya." Jawab Jeonghan.

Tifanny sudah berdiri di samping jendela, ia menatap butiran putih yang turun ke bumi.

"Silahkan, hati-hati kalau perlu mintalah Seungcheol untuk keluar bersama juga." Tifanny menatap Jeonghan sambil tersenyum. Dan bibir Jeonghan tidak bisa berbohong, ia pun tersenyum lebar.

"Terima kasih, saya permisi."

Tifanny hanya mengangguk, membiarkan Jeonghan untuk keluar dari ruangannya.

Jeonghan rasanya ingin sekali memekik karena merasa senang, tapi ia ingat bahwa ia tidak diperbolehkan.

"Pangeran, sarung tangan anda." Kazuha memberikan sarung tangan pada Jeonghan.

"Oh, terima kasih." Jeonghan mengambil nya, dan memakainya. Ketiga nya berjalan menuju barak, dimana ada Seungcheol disana yang sedang berkuda.

Jadwal suaminya itu tidak berubah, bahkan di cuaca bersalju seperti ini. Seungcheol masih harus berkuda mengelilingi istana.

Jeonghan keluar dari istana setelah jam makan siang, ia melewati pilar-pilar yang tertutupi oleh salju, semuanya berwarna putih. Walaupun cuacanya sedikit gelap tetapi tidak menyurutkan keinginan Jeonghan untuk bermain dengan salju.

Ia melewati satu jalan dimana apabila ia terus lurus ke belakang, makan bangunan yang cukup besar akan terlihat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia melewati satu jalan dimana apabila ia terus lurus ke belakang, makan bangunan yang cukup besar akan terlihat. Disana tempat para prajurit perang ber istirahat, dengan keluarnya Jeonghan dari lingkungan utama istana, menambah pula penjaga yang ia dapat.

Di belakangnya kini ada Kazuha, Jun dan empat orang lainnya yang secara otomatis mengikuti Jeonghan.

"Apa Pangeran Seungcheol ada di dalam?" Tanya Jeonghan pada seorang pria yang saat itu tengah menggosok pedangnya.

"Yang Mulia!" Pria itu secara tiba-tiba berdiri dari duduknya dan membungkuk, Jeonghan kenal pria itu namanya Howoon salah satu petarung kepercayaan Seungcheol, karena ia beberapa kali membicarakan Howoon padanya.

"Pangeran sedang berkeliling, mungkin sebentar lagi ia akan kembali." Howoon menundukan kepalanya saat berbicara dengan Jeonghan.

"Bolehkah aku masuk?" Tanya Jeonghan, menatap ruang barak yang terdengar cukup ramai dan sepertinya hangat.

"Tentu saja Yang Mulia, silahkan tunggu Pangeran Seungcheol di dalam." Howoon mengangguk, ia mengetuk pintu sebanyak tiga kali, sebelum akhirnya pintu itu terbuka.

Kingdom || Jeongcheol [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang