5

6.4K 534 14
                                    

"Seungcheol tangkap!"

"Jangan terlalu jauh melemparnya!"

Teriak lawannya, kedua anak kecil itu tengah bermain lempar-tangkap bola, sedangkan para dewasa tengah sibuk dengan entah apa yang mereka bicarakan.

Anak kecil dengan rambut hitam berlari untuk mengambil bola yang terhenti di samping pohon, matanya menatap lurus ke arah rerumputan.

"Seungcheol! Ayo main lagii." Pria kecil lainnya menarik lengan Seungcheol untuk berlari kembali ke tengah lapang, dimana mereka bermain tadi.

"Jeonghan tangkap!"

Seungcheol melemparkan bolanya cukup jauh dari jangkauan Jeonghan kecil.

"Jangan keras-keras melemparnya!" Jeonghan cemberut, dengan kedua kaki yang terhentak-hentak ia berjalan menuju semak-semak guna mengambil bola yang terjatuh.

"Oh!" Jeonghan memekik senang saat melihat bola berwarna biru itu berada di tangan seorang pria.

"Paman siapa?" Tanya Jeonghan, ia tidak mengenal wajah yang berada di hadapannya.

"Saya seorang penjaga yang baru bekerja dua hari lalu, Yang Mulia."

"Oh, penjaga dari kerajaan." Jeonghan mengangguk, tangannya terulur untuk meminta bola yang tengah dipegang oleh pria tersebut.

"Paman, boleh aku meminta bolanya?" Tanya Jeonghan, kepalanya masih mendongak ke atas, guna menatap wajah pria asing itu.

"Tentu saja." Bola itu sudah berada di tangan Jeonghan.

"Terimakasih paman." Jeonghan tersenyum kecil lalu berjalan kembali ke lapangan, dimana Seungcheol menunggunya.

Setiap musim panas, Jeonghan selalu menantikan perjalanan menuju Winsdor untuk bermain bersama Seungcheol dan Minki.

Ia adalah pangeran satu-satunya yang dimiliki Sharai, sehingga terkadang ia merasa kesepian. Dan perjalanan hingga menginap di Winsdor adalah salah satu yang paling ia tunggu.

Setelah puas bermain, Jeonghan sudah berada di kamar miliknya yang di sediakan oleh Raja Winsdor.

Kedua orang tuanya dengan Raja dan Ratu tengah pergi, untuk menengok hasil panen di kerajaan Winsdor. Dan Jeonghan sudah bersiap untuk tidur siang, dengan salah satu pengasuhnya.

Jeonghan kecil sudah naik ke atas kasur, matanya sudah memberat karena seharian bermain dengan Seungcheol dan Minki. Hingga akhirnya, kedua matanya tertutup, ia terlelap dalam tidurnya.

Jeonghan terbangun karena suara teriakan dari Seo-ah sang pengasuh, ia dengan cepat mengunci pintu dan menggendong Jeonghan secara tergesa.

"Pangeran, anda harus sembunyi. Apapun yang terjadi, anda tidak boleh keluar dari dalam sini, mengerti?"

Jeonghan mengangguk, mendengar ucapan Seo-ah, ia duduk dengan diam di dalam lemari kayu yang biasanya terisi oleh baju-baju kotor.

Jeonghan mendengar suara ketukan pintu cukup kuat, hingga akhirnya pintu kayu yang sebelumnya terkunci, kini terbuka lebar. Jeonghan mengintip dari balik pintu almari, ia bisa melihat pria dengan baju-baju yang tidak ia kenal, mengangkat senjata ke arah kepala Seo-ah.

"Seo-ah.." Jeonghan berbicara pelan, matanya mulai berair saat melihat Seo-ah terbaring di atas lantai batu yang dingin, sambil menangis dan memohon diberikan pengampunan.

Jeonghan menutup wajahnya dengan kedua tangannya, ia memejamkan matanya hingga suara teriakan Seo-ah tidak lagi terdengar, hanya terdengar suara barang-barang yang dilempar ke sembarang arah, mereka mencari perhiasan, emas atau apapun yang bisa mereka curi.

Kingdom || Jeongcheol [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang