26. Little touch.

2.2K 187 16
                                    

Kedua kaki itu melangkah dengan cepat, satu tangannya memegang dasi yang terus saja terbang karena hembusan angin yang bergerak ke arahnya, satunya lagi mendorong tubuh-tubuh manusia yang sedikit menghalangi pergerakannya.

"Permisi.. permisi.. permisi." Pria kecil berambut pirang itu berujar, ia setengah berlari ketika keluar dari halte bus yang ramainya bukan main, kakinya kembali berlari-lari kecil sembari satu tangannya merogoh sakunya mencari kartu akses kantornya.

Jeonghan bangun kesiangan pagi itu, sudah bangun kesiangan ia juga lupa sarapan, lalu tertinggal bus dan membuatnya harus berlari-lari untuk mengejar absensi kantor yang lima menit lagi akan menunjukan pukul sembilan pagi, ia berlari sekuatnya hingga paru-parunya terasa menciut. Pria itu tidak terbiasa berolahraga membuat dirinya kesulitan sendiri ketika harus berlari.

Gedung dengan dua puluh lantai sudah berada di depan matanya, larinya semakin cepat, tangannya menarik keluar kartu akses kantornya dan ia masuk kedalam lobi, menyapa satpam yang biasanya bercengkrama dengan dirinya dan hanya memberikan gestur mengangguk.

'Tit.'

"AH! Sialan!" Jeonghan menghentak kakinya sendiri, kesal. Ia menatap kartu yang berada di tangannya, yang ia kira adalah kartu akses gedung ternyata kartu bus milik adiknya. Ia melirik kiri dan kanan mau melakukan sesuatu yang tidak boleh dilakukan, melompat gate otomatis yang hanya bisa di akses oleh karyawan.

Tetapi batal, ia tidak melakukannya dan langsung menuju meja resepsionis.

"Mba, aku lupa bawa kartu akses." Jeonghan merengek sambil mengeluarkan kartu kependudukan miliknya. "Ko bisa? Bangun kesiangan ya?" Jeonghan mengangguk, ia dengan gelisah menengok jam tangannya yang kini memperlihatkan waktunya semakin sempit, lima menit lagi untuk absensi kantornya.

"Mba, aku minta kartu akses dulu boleeh? Dua menit lagi masuk." Jeonghan menatap sang wanita dengan wajah yang merayu, dan hanya ditertawakan oleh sang resepsionis hingga akhirnya kartu aksesnya diberikan. Jeonghan langsung mengambil kartunya dan berlari ke arah gate otomatis. Men-tap kartu dan berlari menuju lift paling ujung, memencet tombolnya berkali-kali berharap pintunya akan segera terbuka.

Kantonya berada di lantai sepuluh, dan ia semakin gelisah. Takut terlambat, kalau terlambat nanti gajinya berkurang atau harus digantikan lemburan, dan Jeonghan tidak mau. Ketika pintu lift itu terbuka, ia langsung saja melangkah tanpa menunggu orang yang turun. Sampai akhirnya ia sendiri yang menyesal.

Tubuhnya terhuyung ke belakang ketika wajahnya menabrak sebuah dinding, iya Jeonghan seperti menabrak dinding yang kokoh. "Kamu ngga apa-apa?" Tanya suara itu, sedangkan Jeonghan tengah mengusap-ngusap wajahnya dan hidungnya yang terasa sakit sekali.

"Ngga, permisi." Tanpa menatap pria yang bertanya tadi, Jeonghan langsung masuk kedalam lift dan memencet tombol untuk menutup pintu. Membuat pria yang berdiri di depan pintu lift itu menggelengkan kepalanya dan tertawa kecil. "Anda tidak apa-apa?" Seungcheol menggelengkan kepalanya, walaupun saat keduanya bertabrakan tadi ia merasakan sengatan kecil pada jantungnya yang membuat berdetak lebih cepat.

Jeonghan duduk di bangkunya setelah menghela nafas panjang, ia tidak jadi terlambat. Sisa waktu satu menitnya berhasil di selamatkan, tas gendongnya ia simpan dibawah meja, meminum air yang sudah di sediakan di mejanya. Bajunya sedikit basah karena keringat akibat berlarian tadi, pending ruangan bahkan membutuhkan waktu untuk bisa menurunkan suhu tubuh sang pria.

Kacamata yang dipakainya ia lepaskan dan mengelapnya dengan tissue, tadi kacanya berembun. Laptop di atas meja sudah menyala, ponselnya sudah disimpan di atas meja dan Jeonghan siap bekerja hari itu. Sebelumnya juga ia sudah berdoa agar harinya dilancarkan.

Dan setengah harinya bekerja berjalan lancar tanpa hambatan, Jeonghan ini bekerja sebagai perancang desin untuk berbahan macam kemasan produk, kali ini dirinya sedang memegang produk permen yang di produksi oleh perusahaan multinational.

Kingdom || Jeongcheol [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang