18

5.1K 500 24
                                    

Jeonghan, semua yang Seungcheol lakukan demi Jeonghan, agar ayahnya berhenti menggangu dirinya dan Jeonghan.

Seungcheol sudah berkuda selama lima belas jam tanpa henti, tubuhnya sudah berteriak untuk berhenti dan tubuh para prajuritnya pun sudah pasti kelelahan.

Mereka tersesat di hutan senyap, hutan ini di berikan nama seperti itu karena keadaannya yang sangat rapat dan senyap sekali, jarang ada hewan-hewan yang memasuki hutan-hutan ini, jarang pula manusia yang berada di sana.

Vegetasinya sangat beragam, begitu pula dengan tanaman-tanaman beracun.

Hutan ini tidak terlalu jauh dari kerajaan, tetapi sampai hari ini hutan yang luasnya lebih besar dari istana, tidak pernah bisa di petakan oleh para pembuat peta.

"Pangeran, sepertinya kita harus berhenti dahulu." Ujar salah satu prajuritnya, kuda mereka sudah kelelahan terus berjalan tidak tentu arah di dalam hutan, udara yang lembab membuat tubuh mereka basah hingga seperti kekurangan cairan.

Seungcheol menarik pelananya, ia menghentikan jalan kudanya, lalu turun.

Ia bisa mendengar beberapa tulang belakangnya berbunyi, karena ia terus saja duduk di atas kuda.

Mereka berhenti di pinggir aliran sungai kecil, airnya sangat jernih. Mungkin ini adalah aliran air dari sungai utama.

"Apakah kalau kita mengikuti aliran sungai, kita bisa keluar dari hutan?" Tanya Seungcheol.

"Tentu bisa yang mulia, kita bisa mengetahui di mana hilir sungai pada akhirnya, tetapi kita tidak tahu ujungnya sejauh apa." Jawab salah satu prajuritnya.

"Dan kita tidak tahu kemana ujung sungai ini mengalir." Gumam Seungcheol, ia duduk di tanah yang terasa basah akibat lembab.

Oh, dia ingin cepat pulang. Sudah hampir satu minggu ia meninggalkan Jeonghan, ayah mertuanya pasti merasa sangat kecewa karena tidak menemukan menantunya di istana.

Dan lagi, beberapa hari ini Seungcheol merasa tiba-tiba tidak enak badan.

Ia selalu berharap, bahwa Jeonghan baik-baik saja di sana.

***

"Pangeran Jeonghan, apa anda masih merasa pusing?"

Jeonghan menggelengkan kepalanya, ia sudah tidak pusing, tetapi ia lemas sekali.

Satu minggu tanpa menghirup feromon Seungcheol, membuat tubuhnya lebih mudah lelah. Ia bahkan sudah tidak bisa menemani kedua orang tuanya untuk sekedar berkuda berkeliling istana.

Kedua orang tuanya tentu saja terkejut, Jeonghan bisa menjadi lemah seperti ini. Yang mereka tahu, Jeonghan itu sangat kuat, ia bahkan berlatih untuk berperang, menempa pedang dan pergi berburu selama berhari-hari.

Ini menjadi perhatian khusus untuk Jaejoong, ia bahkan bertanya beberapa hal pada Jeonghan, mengenai apa saja yang berubah semenjak ia menjadi omega.

"Bunda, aku.." Jeonghan menghela nafasnya.

"Ada apa sayangku?" Jaejoong datang dengan gelas berisi air jahe dan gula cair, menghampiri Jeonghan yang tengah berbaring di atas kasur.

Kemunduran kesehatan sang pangeran menjadi berita yang sangat menakutkan bagi seluruh tabib, mereka tengah menunggu-nunggu kabar tentang kehamilan sang pangeran, tetapi yang mereka dapatkan adalah tubuh Jeonghan yang melemah.

Tifanny bahkan mengirimkan prajurit terbaiknya untuk menemukan Seungcheol dan membawa sang putra pulang, tetapi sudah hari kedua. Tidak ada kabar apapun dari siapapun tentang dimana keberadaan Seungcheol, entah masih hidup atau sudah menjadi bangkai.

Kingdom || Jeongcheol [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang