22

5K 409 16
                                    

Jeonghan pulang dengan perasaan gusar, pertanyaan tadi membuat kepalanya pusing. Berita tentang kehamilannya masih menjadi rahasia, tetapi teriakan dan pertanyaan tadi.. janggal.

Tidak ada yang tahu kalau Jeonghan hamil, hanya segelintir orang.

Ratu, kedua orang tuanya, pelayan yang dibawa orang tuanya, Seungcheol, minki dan keluarganya, lalu.. tabib istana serta Nana dan Kazuha.

Hanya itu, hanya mereka. Tetapi untuk seorang warga biasa mengetahuinya, membuat Jeonghan sedikit panik.

Ia terduduk dikursi, menatap lautan lepas dihadapannya.

Kamarnya sangat sepi, tetapi kepalanya sangat riuh sekali. Tiba-tiba saja telapak tangannya berkeringat dingin, tubuhnya bergetar, Jeonghan tidak mengerti perasaan ini, ia tidak pernah merasakan ini.

Kedua tangannya ia satukan, saling mengenggam.

Ia butuh Seungcheol, dan Jeonghan bangkit secara mendadak dari duduknya, kepalanya tiba-tiba saja pusing dan ia mual luar biasa. Jeonghan memilih untuk duduk di lantai, mengurangi kemungkinan ia akan terjatuh dan membahayakan dirinya serta calon anak mereka.

Nafas Jeonghan tersengal, tiba-tiba saja semua menjadi berputar.

Jeonghan panik, ia takut.

"Pangeran Jeonghan!"

Kazuha masuk dengan panik, ia menyimpan piring berisi camilan yang tadi mereka beli di kota.

"Pangeran apa yang terjadi?"

"S.. Seungcheol.. aku butuh Seungcheol." Ujar Jeonghan, rasanya ia tercekik. Nafasnya semakin tersengal.

"Jun! Jun!" Kazuha sedikit berteriak dari dalam.

"Kenapa..? Apa yang terjadi?" Jun menghampiri Kazuha yang tengah memeluk Jeonghan.

"Pangeran Seungcheol! Tolong panggilkan pangeran Seungcheol!"

Tidak membuang waktu, Jun berlari menuju ruang kerja milik Seungcheol.

Benar, setelah mengantarkan Jeonghan kembali kedalam kamar, Seungcheol sudah meminta izin untuk kembali menuju ruang kerjanya. Sebelumnya, ruang kerja dan kamar mereka menyatu, tetapi Seungcheol takut menganggu Jeonghan yang butuh istirahat, jadi ia memilih untuk memindahkan ruang kerjanya menuju perpustakaan kerajaan.

"Pangeran Jeonghan! Tarik nafas anda perlahan huu.. haa.. huu..." Kazuha mengusap-ngusap pundak Jeonghan yang berada dipeluknya.

"H-haa.." Jeonghan membuka mulutnya secara perlahan, menarik nafasnya dari hidung dan mengeluarkannya dari mulut. Ia terbatuk.

Dadanya bergemuruh, Jeonghan tidak pernah sepanik ini. Ia takut, ia ingin dilindungi. Omeganya berteriak agar Jeonghan bisa melindungi dirinya sendiri, kepala Jeonghan penuh dengan teriakan-teriakan omeganya, bahkan feromonnya sendiri tidak bisa ia kendalikan dan keluar secara tidak terkontrol, bahkan alpha manapun pasti bisa menciumnya dari jarak yang jauh.

"Huek! Uhuk uhuk!" Jeonghan yang berada dipelukan Kazuha akhirnya memuntahkan seluruh makan siangnya.

"Jeonghan!"

"Sㅡseungcheol.. tolong.." Jeonghan mengulurkan tangannya, dan tanpa buang waktu. Seungcheol langsung memeluk Jeonghan, ia mengeluarkan feromonnya untuk menenangkan sang omega yang terisak.

Seungcheol bisa mencium feromon Jeonghan dari luar kamar mereka, beruntung tidak ada alpha yang sedang berjaga atau dekat dengan mereka. Para prajurit Alpha berada di barak, tidak ada di dalam kerajaan.

Dan beruntungnya, Mingyu tidak sedang berjaga.

"Tenang, tarik nafas perlahan." Bisik Seungcheol, pelukannya mengerat pada Jeonghan. Feromonnya ia keluarkan secara perlahan. Menurut para tabib, tidak baik apabila Jeonghan terlalu banyak menghirup feromon alpha. Akan berpengaruh pada kehamilannya.

Kingdom || Jeongcheol [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang