9

5.7K 510 12
                                    

"Aku ingin pulang." Ujar Jeonghan, ia menatap ke luar jendela. Yang bisa ia lihat hanya hamparan salju yang cukup luas di depan sana.

Rumahnya tidak nampak lagi, Kazuha yang berdiri di sebelah Jeonghan tidak mengatakan apapun, di tangannya terdapat mangkuk berisi sup hangat.

Pagi tadi, tabib istana sudah datang untuk memeriksa kondisi Jeonghan pasca insiden kemarin, selain memar yang berada di lengan dan pahannya, sejauh ini Jeonghan baik-baik saja, ia akan selalu baik-baik saja. Ia tumbuh untuk menjadi seorang petarung, hingga akhirnya statusnya menurun menjadi seorang omega yang menuruti Alpha nya.

Tapi kali ini Jeonghan yang terbalut dengan selimut bulu seperti kepayahan sendiri, nafasnya sejak satu jam yang lalu selalu terdengar lebih cepat atau melambat dengan sendirinya, membuat Kazuha ketakutan sendiri kalau-kalau nafas Jeonghan nantinya terhenti.

"Pangeran." Kazuha berbicara lagi, sup di mangkuknya secara perlahan sudah mendingin.

"Perlu hamba panaskan lagi sup nya?" Tanya Kazuha, Jeonghan menggeleng. Ia mengulurkan tangannya dan meminta mangkuk sup nya. Kening Jeonghan mengernyit ketika melihat isinya yang lebih banyak.. sayuran daripada dagingnya.

Tetapi tidak protes lagi, akhirnya di makan juga oleh olehnya.

Semua kelasnya dihentikan untuk sementara waktu, sampai Jeonghan benar-benar sehat seperti sedia kala. Padahal Jeonghan selalu mengtakan bahwa ia baik-baik saja, tidak ada masalah sedikitpun dengan dirinya. Tidak memiliki kegiatan seperti ini malah membuatnya semakin sakit karena bosan.

"Kazuha."

"Hamba, yang mulia."

"Bisakah kita memindahkan kanvas dari kelas melukis, ke kamarku?" Tanya Jeonghan.

"Akan saya persiapkan." Kazuha menundukan kepalanya, ia keluar dari dalam kamar dan langsung menghampiri para penjaga, meminta kanvas yang ukurannya tidak terlalu besar itu untuk dibawakan ke kamar Jeonghan.

Tangan Jeonghan yang sedang bergerak menyendok sup, tiba-tiba saja terhenti saat hidungnya menangkap aroma tubuh sang Alpha yang kini semakin dekat.

Mungkin Seungcheol berada di pintu utama kamarnya.

"Jeonghan." Panggilnya, dan suara itu mampu membuat Jeonghan terhenti sejenak. Ia tidak menjawab panggilan Seungcheol, tangannya kembali menggerakan sendok untuk menyuap sup nya yang mendingin.

"Bisa kita bicara?" Tanya Seungcheol.

"Bicaralah." Hanya itu jawaban Jeonghan, ia tidak menengok pada suaminya sedikitpun. Rasa marah dan benci secara perlahan terkumpul di dadanya. Terlebih lagi karena pagi ini, tanpa sepatah katapun Seungcheol pergi meninggalkan Jeonghan di dalam kamar, sendiri. Bersama para dayang.

"Tidak perlu mendekat." Pinta Jeonghan saat ia mendengar derap langkah kaki Seungcheol.

Mangkuk sup ia simpan di atas meja, sudah dipastikan Kazuha tidak akan masuk kedalam ruangan ini.

"Aku minta maaf." Ujar Seungcheol, hampir saja ujung bibir Jeonghan tertarik ke atas, ia merasakan kemenangan atas dirinya.

"Untuk?" Tanyanya, Jeonghan mengeratkan selimut yang menutupi tubuhnya.

"Untuk kemarin, aku tahu.. maksudku.." Seungcheol berhenti, semua kata-kata yang sudah ia susun di dalam kamar Minki pergi entah kemana.

"Aku tahu, maksudmu kemarin baik. Untuk membelaku atas apa yang terjadi di danau, tetapi di saat seperti ini.. itu tidak baik untukmu membela aku, maksudku..." Seungcheol menghela nafasnya, kata-kata yang keluar dari mulutnya benar-benar berantakan.

Kingdom || Jeongcheol [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang