6

31.9K 476 3
                                    

Harap follow atuhh guys....
.
.
.



Nara masih menunggu sang suami pulang dari kantor polisi, setelah dari rumah sang ibu tadi Nara memutuskan untuk istirahat saja, dia juga ingin mengecek apakah dia hamil atau tidak, namun menurut sumber yang dia lihat di artikel jika pengecekan tespek yang bagus adalah ketika pagi hari setelah bangun tidur, sebenarnya Nara memang sudah menyimpan tespek dari awal-awal menikah sih, tapi dia masih belum bisa jika harus mengecek sekarang takutnya Nara hanya masuk angin biasa.

Sekitar jam lima sore Abhi pulang dengan wajah lelahnya. dengan sigap Nara melayani sang suami, setelah itu nara memutuskan untuk membuat teh hangat yang akan dia berikan kepada suaminya.

Abhi sedikit terlihat lebih segar setelah mandi.

"Minum dulu mas.." ujar Nara memberikan segelas teh hangat, kepada sang suami.

"Makasih" Abhi mengambil teh tersebut dan perlahan menyeruputnya.

"Mas mau makan sekarang gak? Tadi bibi udah bikin semur ayam, atau nanti aja habis sholat magrib?" Tanya Nara yang kini tengah membantu memakai kan baju sang suami

"Nanti aja.." Balas Abhi, Laki-laki jangkung itu terlihat banyak sekali beban pikiran dari raut wajahnya, Nara kemudian mendekati sang suami dan memeluknya.

"Mas.. gimana tadi berjalan baik kan pas di kantor polisi??" Nara mencoba bertanya siapa tahu sang suami bisa membagi keluh kesah kepadanya.

"Keluarga korban masih tetap menuntut keadilan, meskipun warga sudah meminta maaf dan mau bertanggung jawab untuk semua biaya perawatan" Apa yang dikatakan oleh Abhi benar adanya, setelah pertemuan di kepolisian dan setelah itu di rumah sakit tempat korban di rawat.

"Kalau aku berada di posisi keluarga korban, aku juga gak bakalan maafin mereka gitu aja meskipun katanya mereka hanya terprovokasi tapi kan sudah memberikan kerugian yang luar biasa untuk korban" Siapapun akan merasa marah jika ada anggota keluarganya yang tidak bersalah menjadi bahan pengeroyokan apalagi sampai koma, semua orang pasti marah dan akan menuntut keadilan.

"Iya.., jalan damai memang sudah sulit untuk di lakukan, pelaku inti sudah di tahan dan akan di proses hukum, selain memfitnah dan memprovokasi dia juga ikut terlibat dalam pengeroyokan, dan untuk warga lain setelah berdiskusi panjang lebar pihak keluarga meminta ganti rugi yang nominalnya besar.." Abhi menghela nafas dan memijit keningnya yang terasa pusing, bagaimana tidak pusing ia sebagai kepala desa mau tidak mau harus terlibat dalam permasalahan warga karena dia adalah pemimpin di desa ini otomatis semua keluhan akan dia dengar dan dia lihat dari warganya.

"Berapa mas??" Tanya Nara

"60 juta untuk pengobatan Karena korban masih belum sadarkan diri, terus pihak keluarga meminta lagi 60 juta untuk kerugian fisik yang dialami korban, nominal tersebut terbilang kecil bagi keluarga korban Karen tidak setara dengan nyawa, tapi bagi para warga nominal tersebut sangat banyak bahkan mereka kebingungan untuk mencari uang dengan jumlah itu.." Mungkin bagi Abhi nominal uang tersebut tidak terlalu besar, tapi dia juga harus memikirkan perekonomian warga sekitar yang berada di bawahnya.

"Kalau di posisi korban itu akan sangat kecil, tapi kalau melihat disisi warga itu nominal yang sangat-sangat besar belum lagi perekonomian di desa kita belum sebagus seperti di kota, warga kita hanya menggantungkan hidupnya pada pertanian dan juga ternak, belum lagi sebagian hanya bergantung pada upah pabrik" Sebagai pemimpin Nara paham apa yang menjadi kegusaran sang suami apalagi ketika dia harus berada di dua sisi dan harus bisa saling mengerti antara dua sisi tersebut.

"Iya, saya ingin membantu warga tapi melihat kasusnya yang seperti ini, saya cuman ingin mereka bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan, tapi kalau saya tidak membantu mereka, kemana lagi mereka akan meminta bantuan kalau bukan kepada perangkat daerah..." Abhi paham bentul tentu saja tempat mengadu warga adalah pemimpin daerah yang ada di sana

Mas Abhi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang