27

11.4K 320 2
                                    

selama membaca:)
.
.
.


"Habisin dulu bubur nya mas, setelah itu minum obatnya" sudah dua hari lamanya Abhi berbaring di rumah sakit, meskipun keadaannya sudah mulai membaik namun tetap saja dirinya masih harus melakukan perawatan mengingat jika kepala hingga belakang lehernya mengalami benturan yang cukup kencang.

Selama dua hari ini Nara dengan setia menemani suaminya, meskipun Abhi selalu melarang untuk menemani dirinya dengan kondisi kehamilan yang sudah besar, namun Nara bersikeras untuk terus menemani Abhi.

"Habis ini kamu pulang ya.." mendengar ucapan kecil suaminya membuat Nara menghela nafas panjang, perempuan itu tahu akan ke khawatiran sang suami, tapi seharusnya Abhi juga tahu bagaimana ke khawatiran dirinya selama dua hari ini.

"Besok saja ya mas, lagian kan mas juga baru mulai membaik, nanti siapa yang jagain mas dan bantuin mas kalau mau ke kamar mandi" Kilah Nara, mendengar hal tersebut Abhi kembali pasrah.

"Masih ada Saka sama yang lainnya, justru kalau kamu di sini lama-lama saya yang khawatir, pulang ya.. besok kamu kesini lagi"
Nara meletakkan mangkuk bubur suaminya dan menyodorkan gelas serta dua butir obat yang kemarin di berikan oleh suster rumah sakit, Abhi langsung mengambil obat dan langsung meminumnya.

Dengan cekatan Nara membantu suaminya untuk tiduran kembali, dia juga merapihkan selimut suaminya, Abhi sebenarnya bersyukur mempunyai istri yang sangat peduli dengannya.

"Yaudah aku pulang, tapi nanti kalau bunda sama yang lain udah sampe"
Abhi tersenyum mendengar penuturan istrinya, dia bersyukur akhirnya bujukan yang dia lakukan selama seharian ini akhirnya mempan juga.

"Nanti kalau sudah sampe rumah, langsung istirahat ya, jangan khawatiran saya, nanti saya minta Ibu dan Rima untuk nginap di rumah" Nara mengangguk patuh, meskipun keinginan dirinya untuk terus ada di samping sang suami terhalang, tapi Nara juga tidak ingin jika sesuatu hal yang buruk lainnya akan menimpa dirinya dan bayi yang ada di kandungnya, rasanya sudah cukup ketika dia tahu ketika mendengar Abhi kecelakaan, dia tingin ada kabar buruk lagi yang lain kedepannya.

"Tadi aku dapat telpon dari Ayah, katanya pedangan asongan yang liat kejadian mas di tabrak itu mau jadi saksi nanti di pengadilan"
Sembari duduk di samping sang suami yang tengah berbaring Nara merasakan sentuhan hangat di perut buncitnya, sedari awal sejak Abhi sadar laki-laki itu tidak pernah lepas dari perut buncit milik istrinya.

"Syukurlah" Balas Abhi, sejak awal dia tahu jika kejadian ini akan dia alami di masa depan, meskipun begitu Abhi bersyukur jika dirinya masih selamat dari insiden kecelakaan dengan motif pembunuhan.

Bagi Abhi menguak fakta tentang kejahatan seseorang bukanlah hal yang mudah, mulai dari pengumpulan bukti yang sangat susah belum lagi teror hingga ancaman pembunuhan yang harus dia dapatkan.

Selama ini Abhi memang bungkam dari istrinya tentang teror yang dia dapatkan, sejak awal laki-laki itu sudah tahu jika dirinya dan sang istri akan menjadi korban bengis dari pelampiasan amarah Pak Salim, tapi untung saja Abhi dengan cepat menyuruh beberapa orang untuk mengawasi sang istri, selain itu Laki-laki bejad itu tidak akan bisa menyakiti istrinya karena selain pengaman ketat yang dia lakukan Abhi juga sudah memastika jika laki-laki tua bangka itu tidak akan bisa menyentuh istri dan keluarganya sedikit pun.

Meskipun akhirnya dia yang menjadi korban pembunuhan berencana yang di lakukan pak Salim kepadanya, Abhi masih ingat bagaimana bengisnya pria tua itu ketika bertemu dengannya di balik jeruji besi, tapi Abhi sudah bersumpah dia tidak akan  membiarkan sampai masyarakat seperti pak Salim itu bisa selamat darinya.


.


Malam hari sebelum kejadian kecelakaan itu, Abhi baru saja keluar dari salah satu restoran bersama kolega bisnisnya. Mobil hitam dengan plat nomor yang Abhi ketahui jika plat tersebut bodong yang telah mengikuti mobil Abhi sejak pagi tadi, dirinya masih santai karena Abhi tahu jika beberapa hari ini ada mobil mencurigakan yang selalu mengikuti kemanapun dia pergi seperti sekarang ini.

Setelah bersalaman dengan kolega nya, Abhi memasuki mobil dan dia melakukan panggilan telpon, nomor yang dia tuju adalah Hamdi, teman polisinya yang bertugas untuk menangani kasus kejahatan berat.

"Kenapa Lo gak bilang dari tadi sih sialan! Kalau terjadi sesuatu sama Lo gimana?!" Teriak Hamdi dengan kesal ketika mendengar sahabat tengah di ikuti, Hamdi tahu jika hal tersebut lumrah terjadi ketika kita sudah berhasil memenjarakan seseorang dengan kasus besar dan orang tersebut juga bukan orang sembarangan.

"Santai, gue udah tahu ini dari beberapa hari, gue juga udah minta beberapa orang untuk cari tahu, tapi kayanya malam ini mereka bakal lakuin aksinya"
Hamdi mendengus kencang ketika mendengar ucapan sahabatnya, nyali Abhi memang kuat tapi tetap saja kalau sudah berurusan dengan nyawa Hamdi tidak akan membiarkan orang-orang itu lolos begitu saja.

"Gue kirim beberapa personil ke sana sekarang!"
Laki-laki jangkung itu terdengar memberikan perintah kepada bawahnya

"Tapi jangan sampai mereka curiga, soalnya mereka pandai berkamuflase"
Balas Abhi dengan santai

"Mereka lima belas menit lagi, Lo ulur waktu dan jangan jalan duluan!" Tegas Hamdi, kemudian Abhi memutup panggilan telpon tersebut dan laki-laki itu keluar dari dalam mobil dan kembali lagi masuk ke dalam restoran untuk memesan salah satu dessert yang nanti akan dia bawa pulang ke rumah.

Hal ini Abhi lakukan agar orang-orang itu tidak curiga, dan Abhi tahu bagaimana insting mereka yang lumayan tajam seperti anjing jika Abhi salah langkah saja semuanya akan sia-sia.

Setelah makanan yang di pesan sudah selesai dan juga anak buah dari sahabatnya itu juga sudah berada di lokasi yang sama, Abhi kembali masuk ke dalam mobil dan melakukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata.

Laki-laki itu melihat foto kecil yang menggantung di dalam kaca mobil, foto yang berisikan wajah sang istri yang tengah tersenyum manis.

Melewati jalanan yang cukup sepi, Abhi sadar mobil yang sedari tadi mengikutinya melaju dengan kencang ke arahnya dan menubruknya beberapa kali, hingga sebuah truk besar melaju dari arah berlawanan melaju dengan kencang, Abhi langsung membanting stir dan mengumpat keras ketika mobilnya masuk jatuh ke bawah dengan posisi hampir terbalik, tak lama terdengarlah suara tembakan dan Abhi sudah pastikan jika anak buah sahabatnya sudah melakukan tindakan.

Luka benturan dan juga kakinya yang lecet lumayan parah menjadi korban, meskipun benturan tersebut tidak fatal tapi tetak saja rasanya sangat menyakitkan, apalagi ketika dia sadar dan dia melihat wajah sang istri yang tengah berada di samping dengan wajah penuh airmata.

Rasa sakit berusaha menjadi rasa bersalah ketika dia melihat wajah cantik istrinya kini terlihat sembab "Jangan tinggalin aku ya mas... Hiks.." ucapan istrinya masih terngiang-ngiang sampai saat ini, Abhi menyesal karena tidak membereskan masalah ini lebih awal dan membiarkan istrinya hancur karena dirinya yang ingin membalas musuh dengan kejamnya tanpa memperdulikan bagaimana perasaan istrinya.

Tapi sekarang Abhi sudah bernafas lega, orang-orangan suruhan itu sudah di tangkap dan keterlibatan mereka dengan pak Salim sudah terbukti, sehingga pria tua bangka itu mendapatkan hukuman yang lebih berlapis lagi dari sebelumnya, dan Abhi akan pastikan jika pria brengsek itu tidak akan pernah bisa keluar dari dalam penjara.













_

Jangan lupa follow:)

Mas Abhi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang