17

10.5K 306 8
                                    

Jangan lupa vote dan follow...

.
.

Buat kalian yang suka baca cerita aku bisa support cerita ini dengan memberikan sedikit traktiran kalian di
https://trakteer.id/nu_ha/tip
(Lik ada di bio)


Sepulang dari mall Nara memutuskan untuk buka puasa di rumah orangtuanya, rasanya percuma juga jika dirinya capek-capek menyiapkan makanan untuk suaminya namun berakhir tidak termakan seperti beberapa hari belakangan ini, di tambah Nara juga masih berada di mode marah kepada sang suami.

"Teh, emang suami mu gak nyariin kalau teteh buka di sini?" Nara melihat sang ibu yang tengah menyiapkan makanan di atas meja, beberapa lauk kesukaannya pun sudah terhidangkan.

"Aku udah chat ko tadi, lagian beberapa hari ini mas abhi nya juga suka buka puasa di luar, dari pada buka puasa sendiri di rumah lebih baik di sini" Jelas Nara, meskipun dirinya tidak berpuasa tetap saja ketika datang waktu magrib dia akan ikut berbuka seperti yang lainnya, karena Sepajang hari pun Nara hanya mengkonsumsi beberapa makanan untuk memenuhi nutrisinya dia dan janinnya dan bukan berarti Nara akan makan seperti hal nya hari-hari biasa, Nari masih punya adab untuk menghormati orang-orang yang tengah menjalankan puasa.

"Gak papa atuh Bu, lagian kan jarak rumah teteh sama rumah kita gak jauh" Ujar Ayah, sementara itu Ibu hanya menganggukkan paham.

Menunggu adzan magrib ketika berada di bulan suci ramadhan memang terasa sangat lama, bahkan Nara yang tidak puasa saja selalu menghela nafas melihat jam dinding yang terasa lebih lambat sementara masakan sang ibu di depannya sudah siap untuk di nikmati.

"Makan duluan aja teh, kasian liatnya kaya orang yang kelaparan gitu hahaha..." Nara merenggut kesal melihat Saka yang tengah menjahilinya.

"Iya teh makan duluan aja, lagian buka puasanya masih lima belas menit lagi" tambah Ayah sementara itu Nara menggelengkan kepalanya dia tidak mau makan sendiri apalagi di hadapan orang-orang yang tengah berpuasa, meskipun perutnya sudah berdemo ingin di masuki makanan tetap saja Nara ingin menunggu yang lain.

Setelah menunggu cukup lama dan rasanya berabad-abad akhirnya suara adzan berkumandang, senyum ceria terlihat dari wajah Nara dengan cepat dia mengambil takjil yang sudah di siapkan oleh ibunya, Nara tahu dirinya memang tidak berpuasa tetapi ikut berbuka bersama dengan orang-orang yang berpuasa rasanya jauh lebih nikmat.

Setelah menghabiskan semangkuk es buah dan semangkuk kolak, Nara memutuskan untuk ikut sholat berjamaah Magrib bersama dengan ibu dan adiknya, selepas sholat barulah Nara melancarkan aksinya dengan mengambil nasi dan juga lauk pauk kesukaannya.

Setelah beberapa hari ini Nara selalu merasa kesal tiap kali berhadapan dengan buka puasa, namun kali ini Nara begitu bahagia karena bisa menikmati masakan ibunya, walaupun jarak rumah yang tidak terlalu jauh Nara memang lebih suka masak sendiri untuk suaminya ketimbang meminta di masakan oleh sang ibu, padahal sang ibu juga sering mengirim berbagai menu masakan kepadanya hampir setiap hari tetap saja Nara tidak pernah bosa dengan masakan sang ibu.

Selepas berbuka Nara merebahkan punggungnya di sofa ruang tamu rumah orangtuanya, Nara berusaha menetralisir rasa kenyang nya dengan mengusap-usap perut buncitnya.

Melihat jam mendekati waktu isya dan tarawih Nara meminta kepada Saka untuk mengantarkan dirinya pulang untuk mengganti baju dan mengambil mukena yang akan dia pakai untuk sholat tarawih nanti, meskipun ogah-ogahan akhirnya Saka mengantarkan sang kakak kerumahnya.

Nara menyergitkan keningnya karena suasana rumah yang sudah terang benderang karena setahu Nara, bi asih sudah dia suruh untuk pulang tadi siang karena Nara berencana untuk buka puasa di rumah ibunya, tanpa mau peduli Nara turun dari motor sang adik dan masuk ke dalam rumah.

Mas Abhi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang