Follow cuk!!
Nara tidak pernah membayangkan bahwa panen raya kali ini sangat-sangat menyenangkan melihat banyak warga desa memenuhi kotakan sawah yang luasnya hektaran, banyak bapak-bapak yang terlihat bahagia dengan panen raya kali ini karena hasil yang melimpah belum lagi anak-anak kecil yang tengah bermain-main di gundukan jerami bahkan ada yang ikut serta membantu sang ayah panen padi.
Sedari kemarin rumah sang suami juga sudah di isi oleh banyak sekali bahan makanan yang akan di olah, ibu-ibu warga desa sini pun sudah sibuk dengan berbagai kegiatan memotong, menumis, menggoreng bahkan ada yang menanak nasi, Nara mesra bahagia melihat banyak sekali warga desa yang ikut merasa senang dan bahagia dalam rangka syukuran panen raya ini, bahkan pagi-pagi sekali Nara sudah pergi ke sawah untuk melihat bagaimana para warga melakukan panen padi.
Perempuan yang tengah hamil muda itu terlihat antusias sekali dan Nara merasa penasaran dengan cara warga sini ketika memanen padi, karena rasanya sudah lama Nara tidak melihat orang-orang yang tengah memanen padi.
"Yah... Aku bantuin ya!" Ucap Nara kepada sang ayah yang tengah menggebuk kan padi ke pada dipan.
"Jangan teh, nanti kotor sama gatal-gatal kalau belum terbiasa!" Tolak sang ayah
"Tapi teteh Pengan nyoba yah, udah lama juga teteh gak liat panen padi kaya gini hehehe" Nara melihat wajah sang ayah yang pasrah merasa sedikit senang karena dia tahu ke khawatiran sang ayah, namun keinginan kuat Nara untuk ikut serta dalam panen kali ini juga kuat.
Buk! Buk! Buk!
Kegiatan menggebuk kan padi kepada dipan cukup membuat Nara kelelahan dan pinggangnya sedikit kebas, mungkin karena belum terbiasa dan posisi menggebuk kan padi juga butuh tenaga yang cukup kuat agar padi-padi bisa terlepas dari tangkai nya.
"Udah ya.. kamu mending pulang istirahat, inget teh kamu lagi hamil loh!" Nara menghela nafasnya dan akhirnya memilih menyudahi kegiatan menggebuk ka padi tersebut, Nara akui jika dirinya tidak sekuat dan semahir para warga dalam memanen padi.
Setelah menghentikan kegiatan memanen tersebut Nara sedikit merasa sakit di bagian pinggang dan juga bahunya, bahkan perempuan itu tengah menggaruk-garuk tangan dan juga kakinya yang terasa gatal dan sudah sedikit kemarahan.
"Nah kan!! Kata ayah juga apa!! Udah sekarang kamu pulang biar ayah anter!!" Nara meringis melihat murkaan ayahnya, sebenarnya ini salah dia juga karena tidak mematuhi ucapan ayahnya.
Jarak rumah dan persawahan memang tidak jauh, namun Nara kini pulang menggunakan motor matic sang ayah, perempuan itu memeluk pinggang ayahnya dan sedikit meringis karen merasa gatal di bagian tangan dan kaki kemudian menjalar ke betis.
Sesampainya di rumah sang suami, Nara melihat jumlah ibu-ibu yang bertambah banyak dengan berbagai aktivitas yang di lakukan dia juga melihat ibu dan ibu mertuanya tengah membantu para ibu-ibu sambil mengobrol ria.
"Loh.. kenapa ini ko anak nya cemberut gitu yah??!" Tanya ibu kepada sang suami.
"Biasa, main di sawah, terus gak mau di bilangin jadinya bentol-bentol gitu!" Nara semakin sebal karena merasa terpojok.
"Aduh... Kenapa bisa gini sih, ayok kedalam bersih-bersih nanti ibu obati" Nara mengangguk kemudian berjalan masuk kedalam rumah dan berjalan ke arah kamar, dia juga melihat sekilas sang suami yang tengah sibuk dengan laptopnya pun Nara abaikan.
Abhi menyergit heran melihat istrinya yang tidak bicara dan langsung masuk ke dalam kamar begitu saja, laki-laki jangkung itupun kembali fokus dengan pekerjaannya.
"Bhi, Nara tadi ke kamar ya??" Abhi meletakan laptop di atas meja ketik melihat ibu mertuanya menghampiri dirinya.
"Iya Bu, kenapa memangnya" Abhi menyergit kembali dengan heran melihat wajah ke khawatiran sang ibu mertua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Abhi (END)
RomanceGimana rasanya nikah sama laki-laki mirip kanebo kering, sok dingin tapi nafsuan..... jangan lupa follow