24

10K 311 3
                                    

Masuk trimester ketiga membuat Nara cukup kewalahan, berat badannya yang naik secara drastis belum lagi kaki nya yang mulai membengkak serta jangan lupakan jika banyak sekali bajunya yang terasa sudah tidak muat di tubuhnya.

Setiap dua hari sekali Nara memang rutin untuk olahraga kecil di rumahnya atau paling tidak perempuan itu akan berjalan kaki di dampingi oleh sang suami.

Bahkan ke overprotektif an Abhi membuat Nara selalu merasa kesal, larangan ini itu sering sekali Nara dapatkan meskipun begitu dia sangat bersyukur karena Abhi merupakan sosok suami dan ayah yang tanggung jawab, dia benar-benar menjaga dirinya serta anak dalam kandungannya.

Hari ini Nara melihat banyak sekali orang-orang yang berlalu lalang di rumahnya, mengingat jika acara tujuh bulanan tersebut akan di adakan sore nanti, awalnya Nara menolak untuk mengadakan acara tujuh bulanan dengan cukup meriah, menurut Nara acara tujuh bulanan terkesan sakral dan intim karena di dalamnya berisikan banyak sekali doa-doa yang baik untuk kesehatan bayi dan kelancaran persalinan.

Hanya saja ibu mertuanya menolak untuk mengadakan acara tujuh bulanan dengan biasa saja, karena menurut beliau acara bulanan ini menjadi ajang silaturahmi juga bagi sanak saudara yang jauh, Nara dan Abhi hanya bisa mengangguk patuh dengan keinginan orangtuanya.

Segala macam persiapan dari mulai makanan khas yang ada di tujuh bulanan hingga rumah yang sudah di hias sedemikian cantiknya, bulan lalu Nara dan Abhi memang sudah mengetahui jenis kelamin sang anak yang ternyata berjenis kelamin laki-laki, perasaan hari dan bahagia begitu terasa ketika dokter mengatakan bayi mereka sehat dan aktif.

Bagi Abhi dan Nara laki-laki atau perempuan yang akan menjadi anaknya kelak, mereka akan mensyukuri apapun yang tuhan berikan karena bagi mereka dengan di berikan titipan berupa buah hati saja mereka sudah sangat bahagia sekali.

"Teh.. yang mau nge makeup teteh udah dateng" Ibu hamil yang tengah merebahkan dirinya di sofa dengan cemilan di atas perutnya itu menoleh ke arah sang adik.

Nara beranjak dari tempat duduknya dan menyambut dua orang perempuan yang akan mendandaninya nanti, ibu hamil itu mempersilahkan mereka untuk istirahat terlebih dahulu mengingat jika keduanya berasal dari kota sebrang yang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan perjalanan ke rumahnya.

"Nanti makeup nya jam setengah jam lagi saja, mending mbak nya istirahat dulu soalnya tadi perjalanan nya lumayan jauh kan??" Tanya Nara

"Iya mbak lumayan, kalau begitu saya terima ya makanannya" Balas salah satu penata rias tersebut

"Silahkan mbak, kalau begitu saya siap-siap dulu ya" selepas menjamu tamunya, Nara memutuskan untuk pergi ke kamar dan dia mendapati sang suami yang tengah sibuk dengan iPad nya.

"Loh.. kapan kamu pulangnya mas??" Tanya Nara dengan heran, karena sepengatahuan perempuan itu suaminya masih berada di kantor desa.

"Tadi pas kamu sibuk sama toples makanan" Nara meringis kecil mendengar penuturan sang suami, tanpa mau bertanya lebih lanjut Nara memutuskan untuk mandi saja dan bersiap-siap



.



Makeup natural sesuai dengan permintaan Nara terlihat sangat cantik dengan rambut yang di sanggul oleh bunga melati, selain itu Nara juga di pakaikan baju bunga melati, sore hari ini Nara akan melakukan adat siraman yang sering di lakukan oleh ibu hamil dalam acara tujuh bulanan selepas magrib nanti dilanjutkan dengan pengajian tujuh bulanan.

Tak lupa juga Abhi yang tampak gagah dengan balita baju tradisional, Nara yang melihat bagaimana ketampanan sang suami membuat pipi perempuan itu memerah, rasanya Nara ingin sekali memeluk dan mendusel-dusel suaminya itu.

Selepas Ashar acara di mulai berbagai ritual tradisi Nara dan suaminya lakukan, rasa haru dan bahagia serta panjatan doa yang tiada henti di rasakan oleh Abhi dan Nara, putra pertama mereka akan segera hadir kurang dari dua bulan.

Rentetan acara tersebut akhirnya selesai juga, Nara yang sudah nampak kedinginan langsung saja di pangku oleh Abhi ke dalam kamarnya, ucapan syukur terus terdengar dari orang-orang yang datang menyaksikan acara tersebut

"Sweet banget sih bang Abhi, jadi pengen deh punya suami nanti kaya bang Abhi" Saka hanya menggelengkan kepalanya melihat adik satu-satunya itu yang tengah berhayal

"Mimpi.. dari pada sibuk mikirin suami kakak sendiri mending kamu bantu-bantu sana!" Rima mendengus dan menatap kakaknya dengan garang.

"Siapa yang mikirin mas Abhi lagi, aku tuh cuman membayangkan kalau nanti punya suami kaya mas Abhi tapi bentukannya kaya Kim Seok Jin"

Plak!!!

Saka menggeplak kening sang adik yang tengah menghayalkan laki-laki Korea yang menurutnya jauh dari kata macho.

"Sakit tauu..." Geram Rima

"Lagian mikirnya ke jauhan, emangnya laki-laki Korea itu mau sama kamu?? Tau kamu hidup di dunia aja kayak dia enggak tau, malah sok-sokan pengen punya suami macem itu" Mendengar hal tersebut Rima tidak ingin kalah, karena cita-cita Rima selain membahagiakan orang tuanya, dia juga ingin menikah dengan orang Korea, terlebih-lebih dengan Kim Seok Jin.

"Sirik aja sih, lagian nanti kalau aku udah besar aku bakalan pergi ke Korea dan aku yakin aku bakalan punya suami orang Korea wleee...." Rima menjulurkan lidahnya dari lari dari hadapan sang kakak, melihat kelakuan sang adik Saka hanya menatap malas, Saka tahu level halusinasi sang adik sudah masuk ke dalam level tinggi jadi sepertinya akan susah memberikan masukan kepada gadis itu.


.

Pengajian tujuh bulanan berjalan dengan lancar dan di hadiri oleh banyak sekali tamu, bahkan Abhi juga mengundang para santri untuk ikut mendoakan di acara pengajian ini.

Sebenarnya sedari awal acara ini di lakukan Nara sama sekali tidak ikut campur bahkan perempuan itu setiap harinya hanya rebahan dan menyaksikan orang-orang yang hilir mudik di rumahnya, karena kalau sekali saja perempuan hamil itu berusaha untuk membantu maka ibu dan juga ibu mertuanya akan melarangnya.

Dari pada kena semprot mending Nara mematuhi perintah kedua ibunya tersebut, jadilah perempuan itu hanya bisa tumpang kaki dengan berbagai toples makanan di tangannya.

"Capek ya??" Nara menatap sang suami dengan senyum tipisnya, meskipun kegiatan hari ini tidak terlalu banyak tapi mengingat jika sudah masuk trimester ketiga Nara sering merasa kelelahan.

"Lumayan mas" balasnya, setelah Menganti baju Nara memutuskan untuk merebahkan tubuhnya yang terasa hampir remuk itu.

Perlahan Abhi mengangkat salah satu kaki istrinya kemudian laki-laki itu memijit dengan perlahan, akhir-akhir ini Abhi memang sering memijit kakinya meskipun awalnya Nara menolak dengan alasan tidak sopan seorang suami memijit kaki istrinya, namun Abhi bersikeras laki-laki itu juga mengatakan jika itu sudah menjadi kewajiban dirinya sebagai suami dan ayah.

"Besok istirahat dulu jangan ikut kelas yoga" Nara hanya menganggukkan kepalanya dan berusaha menikmati pijitan sang suami.

"Mas besok kamu jadi ke luar kota??" Tiga hari yang lalu Abhi sudah mengatakan jika dirinya akan pergi meninjau pekerjaannya di luar kota.

"Iya, cuman satu hari hari saja" balasnya.

"Oh iya, aku belum nyiapin baju kamu" Nara berusaha bangun dari tidurnya langsung di halau oleh Abhi.

"Gak perlu, lagian cuman satu hari besok paginya aku pulang bawa baju ganti satu saja sudah cukup biar nanti saya saja" mendengar hal tersebut Nara mengurungkan niatnya, di tambah tubuhnya sudah sangat letih pula alhasil di tengah pijitan sang suami perlahan Nara tertidur.

Abhi tersenyum kecil melihat istrinya yang sudah memasuki dunia mimpi, setelah merasa cukup memijit kaki istrinya, laki-laki itu ikut membaringkan tubuhnya di samping sang istri, kecupan singkat dia berikan untuk istrinya.













__



Hai...
Maaf baru up lagi, soalnya aku lagi ada urusan yang gak bisa di tinggalkan, apalagi kalau gak kangen-kangenan sama doi yang baru pulang nugas, jadi jangan cuman Nara sama Abhi mulu yang bucin sekali-kali author nya juga ikutan bucin


:)

Mas Abhi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang