Jangan lupa follow..
.
.Jam tujuh tadi Mbak Tami, Agni dan juga Ismi izin pamit pulang untuk kembali lagi ke Jakarta, meskipun Nara merasa sedikit sedih karena harus kembali berpisah dengan mereka tapi setidaknya Nara bersyukur Tuhan sangat baik dengan mempertemukan mereka lagi meskipun tidak terlalu lama, Nara pastikan setelah perpisahan ini pasti ada pertemuan lagi di masa depan.
Setelah melepas kepergian teman-temannya Nara menyiapkan keperluan sang suami sebelum berangkat kerja, laki-laki itu bilang jika dirinya hari ini ada kerjaan di luar kecamatan jadi pulangnya bakalan lebih sore dari biasanya, sebenarnya Nara ingin membahas perihal lahan yang akan di jual oleh suaminya kepada perusahaannya dulu itu fiks atau tidak, tapi perempuan itu memilih untuk menundanya setelah suaminya pulang kerja saja.
"Di rumah aja jangan kemana-mana, kalau mau ke rumah ibu atau bunda kasih tahu saya" Perempuan hamil hanya mengangguk patuh dan mencium punggung tangan sang suami.
"Iya mas, lagian barang-barang yang aku pesen kemarin hari ini deh kayanya dateng nya" Barang yang Nara maksud adalah barang yang nantinya akan di berikan sebagai THR kepada para karyawan suaminya, pasalnya kemarin barang yang bisa Nara ambil hanya sedikit karena bagasi mobil yang tidak cukup untuk menyimpan puluhan dus, akhirnya Abhi memutuskan untuk mengirim lewat mobil lain yang kapasitasnya bisa menampung boks yang banyak tersebut.
"Hubungi Sihun sama yang lain, pokonya jangan lakuin aktivitas yang berat-berat" Abhi memang sangat protektif mengingat jika usia kandungan istrinya yang sudah mulai membesar membuat laki-laki itu terkadang takut dengan tingkah aktif sang istri.
"Iya mas"
Selepas kepergian Abhi, Nara berasyik ria masuk kedalam rumah, perempuan itu membuka kulkas dan mengambil beberapa potong kue serta buah, bi asih yang melihat majikannya itu hanya menggelengkan kepala saja dan melanjutkan pekerjaannya.
Awalnya Nara berniat untuk mengambil tiga potong kue bolu dan satu mangkuk yang berisikan potongan buah, tapi akhirnya perempuan hamil itu menghabiskan hampir seperempat isi Tupperware yang berisikan potongan kue bolu.
Memasuki trimester kedua ini nafsu makan Nara semakin bertambah, meskipun dokter tidak melarangnya untuk makan banyak asalkan makanan itu mempunyai nilai gizi yang bagus dan cukup untuk kandungannya.
"Dih... Orang mah pada puasa ini mah malah nyemilin makanan" Nara sedikit tersentak ketika Salah dan Rima tiba-tiba datang masuk kedalam rumahnya tanpa mengucapkan permisi.
"Terserah teteh lah, orang teteh lagi hamil, kalau iri bilang boss..." Saka mendengus ketika mendengar jawaban sang kakak.
"Siapa yang iri coba, seenggaknya nanti aku gak bakalan gantiin hutang puasa gak kaya teteh, mana sebulan full lagi" Rima hanya menggelengkan kepala melihat kedua kakaknya yang tengah beradu mulut, sementara gadis itu hanya bisa menonton tanpa mau masuk kedalam obrolan tersebut.
"Gak papa lah, udah biasa juga ngeganti puasa sebelum hamil juga, lagian ngapain kalian pagi-pagi udah kesini kan teteh bilangnya nanti kalau barang-barang udah nyampe" balas Nara merenggut kesal ketika melihat adik-adiknya di pagi hari ini, dulu ketika merantau Nara memang sering sekali merindukan adik-adiknya tapi sekarang rasanya Nara sering naik darah melihat tingkah kedua adiknya yang memang di luar nalar, padahal dulu adik-adiknya ketika kecil terlihat lucu dan penurut, tapi sekarang kepribadiannya menjadi berbanding terbaik.
"Aku juga ogah sih tadinya pagi-pagi ke sini, mana biasanya habis subuhan aku lanjut tidur, kalau bukan karena barang-barang pesenan teteh udah nyampe tuh di depan rumah, mendingan aku lanjut rebahan" Balas Saka
"Loh udah nyampe, bukannya nanti siang ya??" Tanya Nara dengan wajah bingungnya
"Ngak tau teh, tadi supir nya ke rumah trus ayah nyuruh kita sini bantuin teteh, nanti juga ayah sama ibu nyusul" Ujar Rima
"Loh ko bisa ke rumah ya, padahal teteh nyantumin alamat rumah ini loh" Nara menggaruk kepalanya yang tidak gatal, perempuan itu bergegas merapihkan Tupperware dan juga mangkuk di hadapannya.
"Mungkin pas tanya-tanya orang, mereka di nunjukin alamat rumah ayah kali" Nara hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, perempuan itu bergegas keluar rumah dan benar saja sebuah mobil truk terparkir di dalam rumahnya, Nara merasa bingung untuk menempatkan barang-barang sebanyak itu di mana, gudangnya saja sudah hampir penuh dengan barang-barang yang kemarin.
"Ri, kamu tolong hubungi Sihun suruh dia bawa lima atau enam orang ke sini" Rima mengangguk dengan cepat dia masuk kedalam rumah dan mengambil ponsel sang kakak.
Halaman rumah Abhi memang cukup luas dengan hamparan rumput hijau yang mengelilingi rumah tersebut, setelah seluruh barang di turunkan dari mobil, Nara meminta Saka tadi untuk merapihkan gudang, karena dia pikir rasanya tidak mungkin membiarkan barang-barang ini di simpan di halaman begitu saja, tak lama Sihun dan beberapa karyawan suaminya datang membantu memasukan sebagai barang ke dalam gudang dan juga ke dalam rumah.
Dalam sekejap rumahnya terasa ramai ibu dan ayahnya datang menyusul dan jangan lupakan bunda mertuanya juga ikut membantu langsung merapihkan dan juga memasukkan barang apa saja yang nantinya akan di berikan sebagai THR.
"Isinya Kue kaleng, kue kering, sirup, susu, beras, minyak, gula sama telur pokonya satu boks isinya satu-satu" Jelas Nara yang di angguki oleh seluruh personil yang ada di ruangan ini
Boks demi boks mereka isi dengan serba serbi makanan hari raya, tidak lupa juga sembako yang menjadi makanan pokok utama seluruh masyarakat Indonesia, Nara tahu jika dirinya hanya memberikan per kue han saja apalagi kue kaleng seperti yang di lakukan oleh Abhi sebelumnya, rasanya kurang pantas mengingat ketika perayaan idul Fitri orang-orang akan berbondong-bondong untuk membuat kue dan menurut Nara beberapa bahan baku pokok cocok di berikan seperti telur, minyak dan gula.
Mengingat jika di desanya ini juga setiap lebaran idul Fitri selalu ada tradisi membuat kue tradisional jadi rasanya ini akan sedikit membantu para ibu rumah tangga di tambah lagi harga bahan pokok kian menaik apalagi mendekati hari raya.
Ratusan boks sudah tersusun rapih, niatnya THR ini Nara tidak hanya ingin membagikan kepada karyawan suaminya saja namun tetapi kepada para penduduk yang ada di kampungnya meskipun isi boks tersebut sedikit berbeda.
Nara berpikir selama ini dia dan suami sudah di limpahi banyak rezeki jadi tidak ada salahnya untuk memberikan sebagian hak mereka yang ada pada rezeki keluarganya.
Para karyawan yang akan di berikan THR kali ini adalah para pekerja di kebun teh, karena Nara tidak terlalu turut ambil untuk masalah pabrik dan juga bisnis lainnya karena memang sudah ada yang mengurusnya, namun untuk bisnis perkebunan teh ini Nara sering ikut membantu dan Abhi jugalah yang mempercayai semua keperluan untuk hari raya ini.
Setelah melawati hari yang cukup panjang akhirnya Nara bisa bernafas lega karena persiapan barang yang akan di berikan nanti sudah selesai, perempuan itu merebahkan tubuhnya yang terasa pegal meskipun sebenarnya sedari tadi Nara hanya merecoki saja dan hanya membantu sedikit, karena orangtua dan ibu mertuanya selalu melarang dirinya untuk membantu karena takut jika dirinya capek.
"Loh mas ko udah pulang??" Nara sedikit terkejut melihat Abhi masuk ke dalam kamar.
"Iya, kerjaannya udah beres, aku tadi juga liat di bawah barang-barangnya sudah beres semua ya?" Nara mengangguk, dia melihat jam masih menunjukkan pukul empat sore, perempuan itu juga tengah malas untuk masak meskipun begitu Nara masih mempunyai stok sop buah di kulkas dan beberapa makanan lain yang nanti akan dia hangatkan ketika mendekati berbuka puasa.
"Mas sini deh..." Abhi mengangguk patuh dan naik ke atas kasur, laki-laki ikut merebahkan tubuhnya di samping sang istri sementara itu Nara memeluk manja dan mengendus-endus leher suaminya yang masih terasa wangi sekali.
__
Guys.. kira-kira aku masukin cerita ini ke karya karsa kalian akan baca gak?? Tapi dengan catatan ceritanya akan lebih kompleks lagi dari wattpad
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Abhi (END)
RomanceGimana rasanya nikah sama laki-laki mirip kanebo kering, sok dingin tapi nafsuan..... jangan lupa follow