1

54.2K 608 6
                                    

Jangan lupa Follow, vote dan juga komen no plagiat!!!!
..


Bagi Nara Saraswati lulus dengan nilai terbaik di Universitas Negeri memang suatu hal yang bisa di banggakan apalagi setelah kelulusan itu dia menerima pekerjaan di perusahaan besar sebagai staf marketing dengan gajih besar, perempuan mana coba yang tidak iri melihat keberuntungan Nara, bahkan bagi sebagian orang untuk bisa mendapatkan pekerjaan pun rasanya susah minta ampun, namun gadis itu mendapatkan tawaran pekerjaan dari beberapa perusahaan tanpa dia harus melamar pekerjaan.

Namun keberuntungan itu seakan tidak berarti di mata kedua orang tuanya, kini Nara harus menelan pil pahit ketik orang tuanya terus menerus memintanya pulang dan menikah, padahal usianya baru saja dua puluh empat tahun, namun sang ibu menganggapnya perawan tua, padahal zaman sekarang banyak perempuan yang menikah di atas 30 tahun, tapi bagi keluarganya yang masih kental dengan budaya mau tidak mau Nara harus pulang dan memutuskan untuk segera Risen.

"Iya Bu, Nara bakalan pulang ko besok, ini lagi ngurus-ngurus surat pengunduran diri, Nara juga kan harus ngurus pindahan juga Bu..." Bagi Nara orang tua adalah segalanya, karena tanpa kedua orang tuanya mungkin dia tidak akan bisa berada di fase ini, Nara tahu selama hidupnya ini Nara sering sekali tidak mendengarkan apa kata ibunya, Nara di suruh sekolah di sekolah SMA swasta, namun perempuan itu memilih sekolah SMA negeri, ibunya melarang kuliah jauh-jauh Nara memilih kuliah di ibu kota, bahkan setelah Lulus ibunya meminta Nara untuk bekerja di kota kelahirannya, namun Nara masih kekeh ingin di ibu kota. Pada akhirnya kali ini Nara tidak bisa terus menerus menentang sang ibu, takutnya nanti dia jadi anak yang durhaka.

"Di suruh pulang lagi ya??.." tanya mbak Tami kepada Nara yang kini terlihat melamun setelah melakukan panggilan telpon dengan sang ibu.

"Iya mbak, kali ini Nara bakalan milih Resign aja, soalnya Nara udah banyak ngebantah ibu.." Balas Nara dengan nada pasrahnya.

"Ya itu sih pilihan kamu, tapi jujur aja sih mbak ngerasa sayang banget sama karir kamu yang lagi mulus-mulus nya, tapi mbak juga ngerti gimana kondisi kamu, jadi kamu kapan ngasih surat pengunduran diri nya??"

"Hari ini mbak, aku udah buat dari beberapa hari yang lalu, tapi aku belum berani ngasih, soalnya aku pengen beresin dulu kerjaan yang ini, takutnya nanti aku malah nambah beban ke yang lain."

"Mau mbak temenin gak ke pak Seto? Jujur aja mbak gak bisa melepas kamu, kamu tuh bawahan mbak yang paling top di antara yang lain, tapi mbak juga gak bisa maksa kamu sih.." Tami sekalu senior yang juga jabatannya di atas Nara sangat merasa sedih akan kepergian juniornya yang sering membantu dia dan tim lainnya.

"Gak papa mbak, aku sendiri aja.." Nara berusaha untuk menguatkan diri, dan pergi kedalam ruangan pak Seto selaku HRD.

"Selamat siang pak!" Ucap Nara.

"Iya Nar, ada apa??" Tanya pak Seto laki-laki yang usianya hampir sama dengan ayahnya.

"Pak, ini surat pengunduran diri saya, semua tugas sudah saya selesaikan pak, seperti yang bapak bilang watu itu" Nara memang sudah memberitahukan tentang pengunduran dirinya kepada sang HRD namun Pak Seto sempat menahannya dan memintanya Nara untuk berfikir ulang, tapi keputusan Nara sudah bulat sementara itu pak Seto tidak bisa menahan Nara lebih lama lagi dan di hanya meminta untuk membereskan terlebih dahulu tugasnya

"Kamu sudah ya??"

"Insyaallah pak, saya udah pikirkan ini jauh-jauh hari, jadi saya yakin dengan keputusan saya"

Mas Abhi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang