Maaf ya aku lama updatenya :'(
Dan chapter ini sangat sedikittt!! Jadi maafkan daku :'(
But, Enjoy the story, Guys!
Kali ini aku buat bagiannya Lyon yaa!! Maap kalau banyak Typo TwT
Love, Nad***
Lyon POV
Suster bilang aku baru boleh keluar dari rumah sakit sialan ini minggu depan. Aku sudah bosann!!!
Aku mendengar ada suara pintu terbuka. Mungkin suster atau tamu, tidak tahu untukku atau bukan. Aku lalu membaca buku yang tadi belom selesai ku baca, tidak menghiraukan suara tadi.
"Hai Lyon! Bagaimana kabarmu?" Aku mendongkak ke arah datangnya suara. Oh rupanya Grey.
"Hai. Aku sudah baik."
"Kau terlihat..."
"Apa?" Aku mengangkat sebelah alisku.
"Bosan." Katanya sambil tersenyum mengejek. Aku hanya mendengus kesal.
"Iya memang." Dia hanya tertawa lalu duduk di kursi yang ada di dekatku.
"Bagaimana keadaan Lyna?" tanya Grey.
"Dia masih sering melamun seperti biasa, tapi dia masih sedih tentangmu." Grey hanya membalasku dengan gumamannya. "Kapan kau akan bicara yang sebenarnya?"
"Kenapa tidak kau saja yang bilang padanya, Lyon?"
Aku menatapnya kesal. "Hei, ini masalahmu, bukan masalahku. Kau yang harus selesaikan. Dengan Lyna."
Aku melihat Grey terus menunduk. Aku tidak tahu apa isi pikirannya sekarang. Tentu saja, aku bukan Lyna kan? "Jadi?"
"Aku akan bicara padanya, kalau waktunya sudah tepat." Aku menghela napas keras-keras yang membuat Grey menatapku bingung.
"Aku beritahu ya. Waktu yang kau maksud itu harus kau buat sendiri! Bukan menunggu waktu yang tepat untuk datang." Grey terlihat merenung sebentar lalu tertawa kecil.
"Kau terdengar seperti Vic, Lyon."
"Terserah apa katamu. Yang penting kau segera bicara dengan Lyna."
"Baiklah."
***
Lyna POVAku penasaran kenapa Grey mengajakku ke cafe.
From: Grey
Aku ingin bicara denganmu. Ketemu di cafe biasa?To: Grey
Jam berapa?From: Grey
Jam 1 siang.To: Grey
BaiklahAku sudah berada di cafe sejak tadi, menunggu Grey. Dia lama sekali, bahkan hot chocolate ku sudah dingin.
"Maaf membuatku menunggu." Aku mendongkak dan mendapati Grey sedang mengatur napasnya.
"Kau tidak naik motor?" Tanyaku.
Dia menggeleng. "Aku baru saja dari rumah Tony, tugas kelompok. Dan motorku di bengekel."
Aku hanya mengangguk. Dia pun duduk di depanku, lalu keheningan datang di antara kami.
"Jadi.. Apa yang ingin kau bicarakan?" Tanyaku pada Grey.
"Pertama aku ingin minta maaf atas perlakuanku saat itu, ketika aku langsung lari meninggalkanmu."
"Yang kedua?"
"Yang kedua, aku ingin beritahu berita buruk untukmu."
"Soal kau yang menyesal menyu-"
"Maaf aku berpikir begitu dulu. Tapi aku tidak menyesal. Dan bukan itu yang ingin aku beritahu."
"... Lalu?"
"Kau tahu ibuku sudah meninggal tiga tahun lalu?" Aku hanya menggeleng. "Ayahku sangat sedih dan terpukul saat itu. Lebih parah dari aku. Satu hari, dia bertanya apakah aku ingin punya ibu baru. Aku menolaknya mentah-mentah." Setelah itu dia tersenyum sedih. "Tapi aku sadar aku egois, hanya mementingkan keinginanku, mengabaikan kebahagiaan ayahku. Akhirnya ayah mengajakku bertemu dengan pacarnya."
Aku mendengarnya dengan cermat, sambil meminum hot chocolate ku yang belum habis. Aku tidak berani menyelanya.
"Wanita itu cantik, dan sangat menyayangi ayahku. Dan ketika dia memberitahu namanya, aku sangat kaget."
Aku merinding mendengarnya, entah kenapa.
"Namanya Anna Freyana." Aku membeku seketika, lalu menatapnya tidak percaya.
"Ibumu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mind Reader
Teen FictionKau mau menjadi sepertiku yang punya kemampuan membaca pikiran? Aku bersedia memberikan kemampuan ini padamu, kalau saja aku bisa. -Lyna Freyana- Ketika rahasianya terbongkar, yaitu kemampuannya membaca pikiran, tidak ada satupun orang yang mau bert...