Lyna's POV
"Bagaimana kemarin?" Sekarang aku dan Val sedang duduk di café biasa. Dia meminum milkshake nya dengan antusias, dan juga tidak lupa dengan tar susunya yang terpotong rapi.
"Apanya yang bagaimana?" tanyaku sambil mengaduk-aduk hot chocolate kuyang masih sangat panas. Caramel cheesecake yang kupesan tadi belum ku sentuh.
Dia memutar bola matanya, kesal. "Kau. Vic. Taman bunga. Berbicara. Tidak mungkin tidak terjadi sesuatu kan??" katanya antusias.
"Aku sebenarnya ingin cerita tapi aku malas bicara saat ini, jadi berhentilah mengeluh." Kataku malas.
"Hei! Ini sahabatmu sendiri loh?! Kau benar-benar malas bercerita denganku?" dia menghela napasnya. "Kadang aku bingung, sebenarnya kenapa aku bisa bersahabat denganmu?"
Aku hanya tertawa. "Kau mau aku membantumu? Mengotak-atik otakmu, maksudku. Mumpung aku sedang tidak pakai."
Dia menggeleng keras. "Tidak terima kasih. Lebih baik berhadapan dengan soal ujian matematika dari pada membiarkan kau menyentuhku." Aku tertawa lagi.
Lalu, tiba-tiba reff lagu one direction yang berjudul She's Not Afraid terdengar. Kalau kalian bertanya, itu hp ku. Aku pun segera mencari hp itu. Uhh... di mana??
She's not afraid of all the attention. She's not afraid of running wild. How could she's so afraid of fallin' in love
She's not afraid of scary movies. She likes the way we kiss in the dark. But she's so afraid of fa-fa-fallin' in love.
Klik! "Halo!" uh akhirnya ketemu juga, dan aku langsung mengangkatnya bahkan sebelum melihat nama yang tertera di hp sialanku itu.
"Lyn. Besok aku jemput kau dari rumah jam 10 pagi. Tidak menerima penolakan." Oh ternyata Grey.
"Ke mana?"
"Aku bosan mendengar pertanyaanmu yang itu Lyn, dan kau pasti tahu kalau jawaban dariku adalah rahasia. Aku sudah izin pada mamamu. Sampai jumpa." Lalu dia memutuskan telepon secara sepihak. Aku hanya menghembuskan napasku, kesal.
"Siapa?" Tanya Val lalu menyeruput milkshakenya.
Aku pun memotong cheesecake yang belum ku sentuh dari tadi, lalu memakannya. "Grey." Jawabku malas.
"Oh..." lalu dia kembali meminum minumannya. "Oh ya ngomong-ngomong, lagu tadi cocok denganmu." Katanya sambil menahan tawa.
Aku tahu, kalian juga berpikiran begitu. Ingatkan aku untuk mengganti nada deringku. Dan aku membalas kata-kata Val dengan dengusan yang dilanjutkan dengan tawa Val yang keras.
Dia benar-benar membuatku malu hari ini.
***
Keesokan harinya, Grey membawaku ke sebuah butik. Jangan berpikir yang aneh-aneh, kami belum membeli pakaian untuk pesta pernikahan mama dan om- maksudku Papa Thomas.
Dan ternyata Lyon juga ada si sana, sedang mencoba beberapa tuxedo. Dan Grey langsung menghampiri Lyon, membiarkan aku memilih dress yang aku inginkan.
Setelah melihat-lihat, aku akhirnya memilih satu dress panjang yang menutupi seluruh kakiku sampai bawah. Bagian bawahnya berwarna tosca. Bagian atasnya di padu dengan warna putih dan dress itu tanpa lengan.
"Yang itu bagus." Kata Grey dan Lyon bersamaan dari belakangku.
Aku terlonjak kaget. Aku melihat mereka menenteng 2 kantong berisi pakaian yang mereka pilih. "Kalian sudah selesai memilih?"
Mereka mengangguk. "Aku duluan ya, Grey. Ly, kau pulang dengannya ya." Dia pun melambaikan tangannya pada kami, lalu keluar dari butik.
"Kenapa kau tidak mencobanya?" Tanya Grey padaku. "Mbak! Tolong ambilkan dress yang ini. Dia ingin mencobanya." Katanya pada pegawai butik itu sambil menepuk pundakku.
Pegawai itu tersenyum lalu mengangguk. Dia segera pergi ke gudang lalu mengambil pakaian yang baru yang kira-kira ukurannya pas denganku. "Mari saya bantu pakaikan. Ruang fittingnya di sebelah sini." Katanya lalu berjalan ke arah fitting room. Kami berdua mengikutinya dari belakang.
Aku pun masuk ke fitting room itu diikuti oleh pegawai tadi. Grey menunggu di luar, tentu saja. Setelah pakaian yang tadi melekat di tubuhku, aku pun membuka pintu fitting room dan menunjukkannya pada Grey. "Bagaimana?"
Dia tersenyum. "Sangat bagus. Kita ambil yang ini." Katanya antuias.
"Apa ini tidak terlalu berlebihan, ya?" tanyaku agak ragu.
"Hei, ini pernikahan orang tuamu, loh. Tidak mungkin kau menggunakan dress yang biasa." Katanya sambil memutar bola matanya.
Setelah perdebatan kecil kami, akhirnya kami membeli gaun itu. Lalu dia membawaku ke café dekat butik tadi. "Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?" yah, aku tahu dia ingin bicara denganku.
Dia terdiam sebentar. "Apa yang kau bicarakan dengan Vic waktu kami meninggalkanmu kemarin lusa?" tanyanya sambil menatapku tajam.
"Dia... menyatakan perasaannya padaku. Tapi.." kataku agak ragu dengan suara pelan.
"Tapi kau menolaknya?"
Aku menggeleng keras. "Tidak bukan begitu. Dia bilang aku tidak harus membalasnya, jadi aku belum menjawab." Kami kembali diam, saling memainkan minuman kami.
Tiba-tiba dia menghela napas. "Aku saja sudah move on, tapi kenapa kau belum?" tanyanya frustasi.
Aku kaget, tentu saja. "Kau? Secepat itu?" Dia hanya tertawa.
"Aku tahu ini masih pengalaman baru bagimu, jadi aku tidak bingung. Aku mulai sadar kalau perasaanku padamu hanyalah rasa sayang untuk melindungi saudaraku sendiri. Dan ternyata memang benar."
Aku tertegun. Lalu dia kembali berbicara. "Aku yakin perasaanmu padaku dengan perasaanmu pada Vic sangatlah berbeda. Coba kau pikirkan itu."
Aku berpikir lama. Ini hanya perasaanku, atau Grey lebih memandangku seperti adik kecil kesayangannya? Setelah aku berpikir cukup lama.. akhirnya "Kurasa kau benar."
Dia tersenyum menang. "Persoalan seperti ini jangan kau pecahkan dengan logika, tapi dengan perasaanmu. Kalau kau menggunakan logikamu, aku yakin kau pasti tetap bersi keras untuk menolak perasaanmu pada Vic, karena selama ini kau hanya menganggapnya sebagai sahabat. Apa aku salah?"
"Ku rasa... kau benar. Thanks, brotha!" aku tertawa dengannya.
Aku tahu apa yang akan aku lakukan setelah ini. Terima kasih Grey. Kau kakak terbaikku, yah tentu saja setelah Lyon.
***
Ketika aku sampai di rumah, Aku tidak sengaja mebaca pikiran Lyon. Dan setelah mendengarnya, aku seperti tersambar oleh petir.
"Ayah memintaku untuk sekolah di London setelah tahun ajaran ini." Itu suara Vic.
3 minggu dari hari ini. Dan aku harus menggunakan waktu sebaik-baiknya. Pada saat pernikahan mama, atau tidak sama sekali.
***
Hai Hai!! gimana Chap yang ini?? feak gak?? Semoga aja kalian suka :D
Eh, kalau aku tanya, kalian lebih suka Lyon atau Grey sebagai brothernya Lyna? Comment aja guys di sini 😊😊
N don't forget to give some vomments, kay? Gausah rakut aku tersinggung apa ngak 💕💕😘😘
Buat kalian yang ga percaya, cerita abal ini aku bikin sendiri dengan ideku sendiri dengan jerih payahku sendiri. And one more, please don't steal what is not belong to u.
Ilysm, readers 😁
love, Nad
Nb: don't forget to check the mulmed :3 itu gaunnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Mind Reader
Подростковая литератураKau mau menjadi sepertiku yang punya kemampuan membaca pikiran? Aku bersedia memberikan kemampuan ini padamu, kalau saja aku bisa. -Lyna Freyana- Ketika rahasianya terbongkar, yaitu kemampuannya membaca pikiran, tidak ada satupun orang yang mau bert...