Lyon mulai jarang bicara ketika bertemu denganku, mungkin dia butuh jarak. Teman-temannya pun tidak sedikit yang menjauhinya, alasannya tentu saja aku.
Aku tahu Lyon tidak suka hal ini. Tapi ketika aku menenyentuhnya kemarin, dia bilang kalau dia tidak butuh teman yang tidak bisa menerimaku, dan aku terharu mendengarnya.
"Apa aku lebih penting dari pada mereka?"
Dia hanya tersenyum. "Pasti. Karena kau adikku."
"Sudahku bilang jangan sebut aku adik." Kataku sebal.
Dia hanya tertawa lalu mengacak rambutku. "Ini hanya perasaanku saja atau kau memang jauh lebih manis setelah kau bicara dengan Vic?"
Aku membulatkan mata, lalu menatap Lyon tajam. "Aku bercanda." Katanya lalu tertawa.
"Memang sih kau itu tampan dan pengertian, tapi tetap saja kau menyebalkan."
"Jangan masukkan pujian dan hinaan ke dalam satu kalimat! Kau membuat hatiku hancur tahu!"
***
Bagiku, kesekolah sama saja dengan ke pemakaman. Kenapa? Tidak ada yang bicara denganku selama di sekolah. Val bahkan menjauh dariku, walaupun kami masih duduk bersebelahan.Ketika aku berada di toilet, aku bahkan disirami air kotor. Ketika aku berjalan di koridor, semuanya menganggap aku tidak ada, seenaknya menyenggolku.
Tapi hari ini cukup tenang. Kurasa mereka bosan mengerjaiku. Aku hanya bisa berharap saja kan?
Lalu ketika aku akan berjana ke lapangan, menghampiri Lyon yang ingin pulang, ada tiga anak perempuan yang menghadang jalanku. Bosnya adalah anak kepala sekolah, dan sisanya hanya anak buahnya.
"Bukankah kami sudah pernah bilang untuk tidak datang ke sekolah ini lagi"
Aku hanya mengangkat bahuku malas.
"Kurasa kau tidak cukup menggretaknya bos. Apa mungkin sebaknya kita permalukan dia di sini. Mumpung sedang ramai." Kata anak buahnya.
Aku berbohong jika bilang tidak takut.
Lalu mereka bertiga menarikku paksa dan mendorongku ke dinding. Baiklah mereka memang ingin mempermalukanku tapi apa yang mereka likirkan keterlaluan!
Mereka mencoba merobek bajuku, tapi kemudian ada yang mendorong mereka bertiga.
Lyon, Vic, dan Val.
Mereka terjatuh. "Pergilah dari sini sebelum aku melaporkan kejadian ini pada kepala sekolah, nona-nona. Jika dalam 10 detik kalian tidak pergi dari sini, artikel di majalah dinding sekolah besok akan berjudul 'Anak dari Kepala Sekolah dan Gengnya Memperkosa Sesama Jenis'. Mungkin terdengar aneh sih tapi akan ku buat seperti itu." Kata Lyon menggretak.
Mereka pun pergi sambil menggerutu.
Aku masih mengatur napasku dan mengusap keringatku karena ketakutan tadi. "Kau tidak papa?" Tanya Val padaku.
Aku hanya mengangguk lemas. Lalu tiba-tiba dia memelukku. Maaf, maaf, maafkan aku. Batinnya. Aku pun berbisik padanya. "Aku maafkan."
Lalu dia melepaskan pelukannya dan mengusap air mata yang sempat keluar. Dia tersenyum padaku.
Aku juga membalasnya dengan senyuman terbaikku. Lyon dan Vic hanya bisa tersenyum melihat kami berdua.
Ada satu lagi orang yang harus aku pertahankan.
***
Setelah kejadian di sekolah tadi, kami berempat berkumpul di cafe dekat sekolah."Maafkan aku."
Aku menghela napasku keras. "Sudah ku bilang berapa kali? Berhentilah meminta maaf. Aku sudah memaafkau, Val."
Lalu hening.
"Umm.. Sudah beberapa hari ini aku tidak kelihat Grey. Dia apa kabar?" Tanyaku memecah keheingan.
Lyon dan Val saling menatap, lalu Val menjawab "Dia sedang keluar kota dengan ayahnya." Aku hanya mengangguk.
"Kenapa kau bertanya?"
"Kenapa aku harus memberitahu mu?"
Lyon menghela napas. "Jawab saja lah."
"Bukan karena apa apa."
"Kau mulai menyukainya, ya?" Tanya Vic, frontal.
Lyon dan Val langsung menatap Vic tajam. "Kenapa kalian melihatku begitu?" Tanya Vic.
Aku tidak menjawab pertanyaan Vic. Mungkin saja. Aku tidak tahu perasaanku sendiri.
"MUNGKIN?!" Teriak Lyon dan Val. Semua mata di cafe pun terpaku pada kami. Mereka benar-benar memalukan.
Dan tunggu. Aku tadi menyuarakan pikiranku, ya? "Memangnya tadi aku bilang mungkin?"
Mereka mengangguk keras. Oh tidak...
***
Hai readers! Thanks yang udah baca ceritaku sampai sini ☺️☺️
Maap part ini cuman sedikit :')
I'm waiting for you vomments, guysNad
KAMU SEDANG MEMBACA
Mind Reader
Teen FictionKau mau menjadi sepertiku yang punya kemampuan membaca pikiran? Aku bersedia memberikan kemampuan ini padamu, kalau saja aku bisa. -Lyna Freyana- Ketika rahasianya terbongkar, yaitu kemampuannya membaca pikiran, tidak ada satupun orang yang mau bert...