d u a p u l u h t i g a

5.5K 478 3
                                    

Vic's POV

Sehari sebelum pernikahan tante Anna dan paman Thomas, Val memintaku untuk menemuinya di café biasa. Sebenarnya aku malas. Tapi, aku benar-benar penasaran. Jadilah aku pergi ke café dan melihat Val sedang memikirkan sesuatu sambil meminum milkshakenya.

"Hai, Val." Sapaku sebelum aku duduk di depannya. Dia akhirnya tersadar dari lamunannya, dan tersenyum padaku.

"Hei, Vic. Pesanlah dulu minuman, ku rasa ini akan menjadi percakapan yang panjang." Katanya lalu menghembuskan napas, lelah. Ku menaikkan sebelah alisku, lalu akhirnya aku menuruti nasihatnya.

Aku berjalan ke tempat pemesanan lalu memesan jus alpukat dan new york cheesecake. Jangan tanya kenapa aku pesan jus alpukat. Aku lebih suka minum jus dari pada soda.

Setelah membayar, aku segera kembali ke tempat dudukkudan kami pun memulai pembicaraan sambil meunggu pesananku datang.

"Aku langsung saja, ya." Aku mengangguk. "Hari ketika kami meninggalkanmu berduaan dengan Lyna, apakah kau menyatakan perasaanmu padanya?" Tanya Val. Dia bicara serius.

Aku mengangguk lagi. "Iya. Memangnya kenapa?"

"Lalu, Lyna menjawab apa?"

Aku diam sebentar. Lalu aku menggeleng. "Aku bilang padanya kalau dia tidak perlu membalas perasaanku saat itu juga. Karena aku yakin dia belum tahu bagaimana perasaannya sendiri."

"Aih.. aku pusing dengan kalian berdua. Lalu apa lagi yang kalian lakukan di sana?"

"Tidak ada. Aku menyatakan perasaannya lalu aku meyakinkannya dengan menyentuh tangannya. Lalu seketika dia menangis. Sisanya, aku menenangkannya. Lalu kami pulang."

"Dan kau tidak tahu kenapa dia menangis?"

Aku menggeleng. Dia terlihat frustasi setelah mendapatkan jawaban dari ku. Sebenarnya ada apa? "Sebenarnya kau ingin bertanya apa padaku, Val? Oh, tidak. Kurasa bukan bertanya tapi menjelaskan. Iya?"

Dia menghela napas, lalu mengangguk. "Lyna tahu kalau kau akan pergi ke London." Badanku seketika kaku. "Dan dia bilang kalau dia harus memberimu jawaban sebelum hari itu tiba."

"Kapan?" tanyaku. Aku benar-benar panik.

"Minggu depan. Hari pernikahan orang tuanya." Aku berpikir sebentar. Lalu tiba-tiba saja aku dapat ide.

"Aku punya ide." Kataku pada Val yang sudah terlihat putus asa karena sahabatnya itu. Ketika mendengarku, dia menatapku penasaran. "Tapi pertama aku ingin Tanya dulu."

"Tanya saja."

"Memangnya kenapa kalau Lyna menyatakan perasaannya padaku?"

"... Entahlah, tapi aku merasa itu tidak benar. Harusnya kau yang bilang dulu kan? Kau belum memintanya untuk menjadi pacarmu kan?"

"Belum sih."

"Kalau begitu pernyataan cintamu tidak sah." Katanya terlihat kesal. Baiklah aku hentikan saja argumentasi ini.

Aku menghela napas. Lalu akhirnya memberitahu ideku. "Jadi, begini..."

***

Esok harinya, aku pergi ke rumah Grey. Aku ingin bicara denganya.

"Jadi, kenapa kau kesini?"

"Aku ingin kau membantuku."

"Asalkan bukan sesuatu yang gila, baiklah."

"Sebenarnya ini cukup gila." Balasku.

"Hah?"

"..."

***

Sehari sebelum pernikahan.

"Vic, jadi kau meminta kami untuk mematikan lampu ballroom ketika kau memberi sinyal?"

Aku mengangguk. "Kau sudah izin dengan orang tuamu kan?" tanyaku was-was.

"Tenang saja. Aku sudah bilang pada mama dan papa. Mereka sih setuju saja." Tanya Lyon santai.

Aku menghela napasku, lega. Bagus. "Semoga berhasil, Vic."

Aku tersenyum. "Thanks, Grey." Dia juga membalas senyumku. Entah sejak kapan kami menjadi lebih dekat. Padahal dulu kami sering bertengkar karena masalah... em, Lili.

Val memintaku untuk menjemputnya besok malam karena tidak ada yang mengantar. "Good Luck, Victor Shane!" Yah itulah tipikal Val. Penyemangat.

***

"Jadi kau yang menyebabkan lampu ruangan ballroom mati?" Tanya Lili kaget. Aku hanya tersenyum. aku mengambil tangan kirinya yang terbalut sarung tangan lalu mencium punggung tangannya. Aku melihat wajahnya berubah merah. Manis sekali dia.

"Apakah itu menjadi masalah lagi sekarang?" Aku tersenyum.

"Tapi kan tetap saja..." katanya dengan wajah yang masih memerah.

"Ku rasa aku akan serius sekarang." Aku menatap matanya dalam. "Aku tahu aku ini tidak seromantis Lyon atau Grey. Tapi.." aku menyentuh pipinya lembut degan tangan kananku. "percayalah kalau aku mencintaimu. Aku menyayangimu dan aku akan selalu melindungimu. Walaupun nanti kita dibatasi oleh jarak yang sangat jauh, apakah kau bersedia menjadi pacarku?"

Dia terlihat sangat kaget. Lalu dia tersenyum lembut dan mengambil tangan kananku yang ada di pipinya dengan kedua tangannya. "Aku belum bersedia."

Aku.. kaget. Sungguh. Kalau kalian melihat wajahku sekarang, aku bisa dikira orang bodoh. "Aku tidak akan sanggup pacaran denganmu kalau nanti kau pergi ke London." Lanjutnya. "Tapi, aku juga mencintaimu. Aku menyayangimu, dan bukan lagi sebagai sahabat seperti dulu." Lalu dia tertawa kecil.

"Lalu kenapa-" mulutku berhenti bicara ketika Lili memintaku untuk tidak bicara dulu.

"Setelah kau kembali nanti, kembalilah padaku dan katakan ucapanmu tadi padaku. Aku akan berusaha untuk mempertahankan perasaan ini untukmu." Katanya lalu tersenyum manis.

Aku juga tersenyum. "Aku juga akan berusaha untuk tidak berpaling darimu, Li. Aku berjanji akan kembali lagi ke sisimu dan saat itu juga aku akan memintamu menjadi pacarku."

"Janji harus di tepati, Vic." Katanya serius. "Kalau aku tidak menepatinya aku akan.."

"Akan apa?" Tanyaku sambil tersenyum jahil.

Lalu aku mendekatkan wajahku ke arahnya. Dia berhenti bicara dan terlihat kaget tapi tidak menjauh. Wajahnya bahkan memerah. "Boleh?" tanyaku ketika dahi kami sudah bersentuhan. Aku bisa merasakan kalau dia mengangguk kecil lalu aku menciumnya tepat di bibir.

Ketika aku mundur, aku melihat wajah Lili benar-benar merah. Aku tertawa kecil melihatnya yang sedang menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Aku melepaskan kedua tangan itu dari wajahnya.

"Percayalah, aku tidak akan mengingkari janjiku, Li." Lalu kaget ketika Lili mengeluarkan jari kelingking kanannya.

"Pinky promise." Aku tersenyum lalu menautkan jari kelingkingku dengannya.

"Pinky promise."

***
Hemm.. Udah mau abissss 😄😄
Makasii untuk semua yang udah baca cerita ini sampai chap ini!! 💞💞 aku bahagiaaaa 😭😭😭 please kasi aku vomments yang banyakk yaa 😂 ILYSM 😘

Nad

Mind ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang