Keesokan harinya...Lyna's POV
Percakapanku dengan Grey tadi masih terngiang-ngiang di kepalaku. Aku benar-benar pusing. Apa lagi maunya?
"Lyn. Pulang sekolah ikut denganku. Aku sudah minta ijin Lyon dan Vic."
"Kau akan membawaku kemana?"
"Tunggu saja. Nanti kau akan tahu"
"Apa yang sedang kau pikirkan?"
Aku mendongkak kea rah Val. Dia mengerutkan keningnya. "Aku masih memikirkan kenapa Grey ingin mengajakku pergi."
"Oh..."
"Lyn. Ayo." Teriak Grey cukup keras.
Aku menengok ke arah Val. Dia hanya mengibaskan tangannya. "Sudah pergi saja sana. Nanti aku pulang sendiri."
Aku hanya tersenyum kecil lalu mengangguk. Aku pun keluar kelas, mengikuti Lyon. "Kau masih belum mau memberi tahu kita akan kemana?"
"Belum. Dan tidak akan." Dia menaiki motornya lalu meberi helm padaku.
Ini akan jadi hari yang panjang.
***
"Pantai?"
Grey hanya duduk di gazebo dekat pantai. Lalu berbaring sebentar.
"jadi, kenapa kau mengajakku kesini?"
"Aku ingin bicara denganmu, sambil melihat pemandangan. Memangnya salah?"
"Aku pernah bilang begitu?"
Dia hanya mengangkat bahunya. Lalu duduk di sebelahku. "Aku ingin membicarakan tentag perasaanku padamu."
"..."
"Sejujurnya aku masih menyukaimu. Sungguh. Bahkan setelah mendengar tentang kemampuanmu itu."
"Tunggu." Aku menyelanya. "ketika ku menyentuhmu waktu itu, kau bilang kau menysela menyukaiku karena kemampuan ini."
"Itu hanya sekedar alasan. Sebelum aku ke café waktu itu, aku terus menekankan pada diriku kalau aku menyesal menyukaimu, jadi yang kau baca dariku saat itu hanya kebohongan belaka."
"..." aku kaget memang. Tapi aku tidak bisa berkata-kata. "Teruskan yang tadi."
Dia hanya tersenyum lalu melanjukannya. "Aku tidak pernah menyesal menyukaimu, Lyn. Tapi semenjak tahu kalau ayahku akan menikahi ibumu, aku berusaha mengabaikan perasaan ini. Karena aku tidak mungkin memaksakannya hanya untuk kebahagiaanku semata, mengabaikan kebahagiaan mereka berdua." Dia menarik napas dan menghembuskannya cukup keras. Lalu dia berusaha tersenyum kepadaku. "Tapi sekarang aku cukup bersyukur. Walaupun aku tidak menjadi kekasihmu, aku bisa menjadi kakakmu." Lalu dia mengelus pucuk kepalaku.
Aku menahan air mataku. "Jangan seenaknya saja. Memangnya kau lebih tua dariku? Aku bahkan tidak pernah mengakui Lyon sebagai kakak." Tanpa kusadari, air mataku menetes.
Dia hanya tertawa kecil. Lalu dia memelukku. "Kau terlalu banyak menangis akhir-akhir ini."
"Aku sudah bosan mendengar kalimat itu dari kalian semua." Lalu aku membalas pelukannya. "Mulai sekarang kau menjadi saudaraku?"
"Anggap saja begitu, saudara." Katanya bercanda. Dan aku tahu tadi dia pasti menyeringai.
Walaupun kau tidak menjadi kekasihku, kau akan menjadi saudaraku yang sangat menyayangiku, sebesar Lyon menyayangiku. Itu saja sudah cukup, kurasa. Begitu saja aku sudah bersyukur.
Terima kasih, Grey.
***
"Matamu sembab. Apa yang dilakukan Grey padamu tadi?" Tanya Lyon ketika aku baru saja masuk ke dalam rumah. Aku melihat sekeliling rumah dan.. oh di sana juga ada Vic.
"Dia tidak melakukan apapun. Hanya ingin meluruskan fakta dan tanpa sengaja aku menangis."
Dia hanya memutar bolamatanya. Vic yang melihat perdebatan kami berdua hanya tertawa kecil. Aku pun ikut tersenyum. "Nah. Sekarang aku Tanya, kenapa Vic bisa ada di sini."
"Memangnya aku tidak boleh ke sini?"
"Boleh sih. Tapi ini sudah sore. Tidak biasanya.."
"Sudahlah.. kau bawel sekali." Sela Lyon ketus. Aku hanya menggembungkan pipiku. Lalu naik ke atas. Aku ingin berbaring di kamarku lalu mandi.
Aku mendengar Vic tertawa lagi. Hmm.. "Oh ya Lyon. Kau tadi yang mengantar Val pulang ya?"
Dia membulatkan matanya, kaget. "Bagaimana kau tahu?"
Aku mengangkat bahuku sekilas. "Aku mencium bau Val di motormu tadi. ternyata ada sesuatu di antara kalian ya.. mencurigakan." Aku lalu mengalihkan pandanganku pada Vic. Dan dia hanya tersenyum lalu mengangat bahunya. Hmm. Aku baru tahu senyumanya manis. Mungkin karena dia jarang tersenyum atau-. Hei kenapa aku jadi berpikir kearah ini sih.
"Gerak-gerikmu tidak akan lepas dari mataku Lyon. Ingat saja itu." Kataku sambil tersenyum licik.
"huu.. aku merinding." Katanya datar, mengejekku.
***
Hai haii!! Akhirnya aku bisa update lagi.. puas ga nih?? hehehe. apa kurang bagus? jangan lupa tinggalin vomments loh yaa!!
nad.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mind Reader
Teen FictionKau mau menjadi sepertiku yang punya kemampuan membaca pikiran? Aku bersedia memberikan kemampuan ini padamu, kalau saja aku bisa. -Lyna Freyana- Ketika rahasianya terbongkar, yaitu kemampuannya membaca pikiran, tidak ada satupun orang yang mau bert...