Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-
Jisung hanya menatap ibunya santai.
Menunjuk Harin dengan lebih santai lagi, "Salahnya,"
Harin cukup terkejut karena Jisung menunjuknya, kemudian gadis itu bangkit dan menghampiri ibu mertuanya.
Hanya memberikan tatapan memelasnya, Harin tahu jelas siapa yang akan disalahkan setelah ini.
"Setidaknya kau pesan atau beli dimanapun itu, makanan yang sehat,"
"Masa istri sendiri hanya diberi makan ramen setiap hari?"
"Jangan mencoreng nama baik keluarga Park,"
Jisung melongo mendengar semua ucapan ibunya.
Bisa-bisanya ia tak mendapat pembelaan sama sekali.
Sementara itu, bisa ia lihat Harin sedang memberikan senyum mengejeknya di balik tubuh sang ibu.
Ya, seperti inilah ketidakadilan.
Harin yang entah bagaimana bisa mendapatkan hati semua orang, meski dengan tingkah tak wajarnya itu.
"Ibu! Ibu bawa apa?" Harin bertanya antusias melihat beberapa kotak yang dibawa Mrs. Park.
Mrs. Park tersenyum menanggapi pertanyaan menantu cantiknya itu.
"Beberapa sayur dan lauk yang sudah jadi, kau hanya perlu memanaskannya,"
"Yey!"
Jisung ikut menyusul, "Memangnya kau bisa memanaskan makanan?" tanyanya tak yakin.
Harin memberengut, "Tidak bisa memasak bukan berarti aku juga sebodoh itu, tidak bisa memanaskan makanan,"
"Oh,"
Harin mengambil alih semua kotak itu, memasukkannya ke dalam kulkas.
"Aku mau mandi,"
"Ramenmu?"
Harin menatap Jisung polos, "Aku sumbangkan untukmu," kemudian menatap Mrs. Park, "Ibu? Tidak apa-apa, kan? Kalau aku mandi dulu? Soalnya seharian ini aku belum mandi, karena sibuk menahan sakit hati melihat Jisung yang dibuatkan bekal oleh gadis lain," adunya tanpa ekspresi.
"Harin!"
Harin kabur, dan Jisung tinggal berdua saja dengan ibunya.
Tidak, ini ujian.
"Siapa gadis itu?"
Jisung menghela nafas berat, "Cho Jinhee,"
"Kau berselingkuh?"
Jisung mengerang, "Tidak!"
Mrs. Park melipat tangan di dada, "Jelaskan padaku,"
Mau tak mau, meski sangat malas, Jisung pun menceritakan semuanya.