3

1.2K 183 12
                                    

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

"Cho Jinhee, kau sungguh melakukan ini?"

Jinhee menghampiri Harin, tersenyum angkuh seraya mengangkat dagunya.

"Iya, memangnya kenapa?"

"Kau tak tahu kalau dia itu sudah milik orang lain?!" Harin bersiap menarik rambut Jinhee, namun tangannya sudah lebih dulu ditahan oleh seseorang.

Park Jisung.

"Harin, sudahlah,"

"Kau membelanya?!"

Jisung menggeleng, "Aku tidak membela siapapun, dan cukup, hentikan ini."

Harin menarik tangannya dari genggaman Jisung.

Semakin kesal karena Jinhee yang begitu terang-terangan menahan tawa di depannya.

Harin melirik kotak bekal yang diberikan Jinhee.

Membukanya.

Bento yang disusun dengan begitu rapi dan terkesan... manis?

Bahkan ada telur yang berbentuk hati itu terlihat begitu rapi.

Harin semakin cemberut.

Semakin kesal rasanya melihat hal seperti ini.

Kemudian berdecak sinis, Harin tersenyum remeh.

"Hanya karena tampilannya yang sedikit bagus, bukan berarti rasanya enak, kan? Haha! Yang seperti ini aku juga-" Harin terus mengoceh dan mulai memasukkan satu gulungan telur ke dalam mulutnya.

Terdiam sesaat.

Tak mengatakan apapun, ekspresi gadis cantik itu berubah sedih.

"Aku juga... sama sekali tidak bisa membuatnya," lanjutnya lirih.

Rasanya sangat enak.

Harin menatap Jisung dan Jinhee bergantian.

"Kalian menikah saja sana," ucapnya asal. "Lebih baik aku pergi dan tak usah kembali saja,"

Dengan langkah dramatis, Harin membalikan tubuhnya berjalan ingin keluar dari kelas Jisung.

Namun anehnya, gadis itu berhenti dan kembali meraih kotak bekal itu.

Apa yang dilakukannya?

Tanpa rasa gengsi ataupun malu sedikitpun, ia memakan satu gulungan telur lagi.

Kemudian benar-benar melangkah keluar.

Sementara Gyuri, gadis itu menggeleng miris.

Memilih untuk mengikuti Harin, karena ia sudah tak punya urusan lagi di tempat ini.

"Harin, kau memang tak punya harga diri terhadap makanan, ya?"

Tak peduli dengan sindiran Gyuri, Harin menyipitkan matanya.

Crazy Sassy Baby! | PARK JISUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang