27

1K 132 16
                                    

Harin semakin menjadi-jadi.

"Jisung-aaaaaaa~"

"Jangan tinggalkan aku, hiks,"

"Kasihani istri dan bayimu ini,"

"Bukankah kau janji akan menjadi suami yang bertanggung jawab? Kau bilang akan selalu menemaniku,"

"Tidak akan menjauh dariku,"

"Walaupun ada badai- hiks, walaupun kau sedang ingin buang air besar, kau tetap tidak boleh menjauh dariku!"

Park Jisung, si calon ayah muda berusia 22 tahun, hanya bisa pasrah, di tengah masa sulit.

Ia menunduk melihat pemandangan Harin yang tengah memeluk kakinya dengan erat.

Setiap hari berganti, setiap hari itu pula terjadi pergantian suasana hati seorang Song Harin.

Kemarin, Jisung diabaikan satu hari penuh, Harin lebih memilih mengajak bicara Jwi, si boneka tikus, yang sampai kapan pun tidak akan pernah bisa meresponnya.

Kemarin lusa, saat di pusat perbelanjaan, ada beberapa pegawai toko yang mereka datangi, menanyakan status hubungan mereka.

Kemudian Harin, dengan gaya rambut dikuncir duanya saat itu, dengan enteng menjawab kalau Jisung adalah kakaknya.

Terkadang ia menjawab adik, bahkan pernah satu pertanyaan dijawab dengan.

"Ah, dia pamanku,"

Jiwa Song Harin di kemarin lusa adalah anak kecil yang terjebak di tubuh wanita yang sedang hamil.

Park Jisung yang hanya diam dan mengikuti alur keinginan istrinya itu, tidak memberikan reaksi apapun.

Paling penting, asalkan Harin merasa senang. Itu saja.

Tapi kali ini.

Ia benar-benar berada diambang kesulitan.

Isi perutnya sudah bergemuruh.

Panggilan alam yang tidak bisa diabaikan.

"Lepaskan kakiku,"

"Tidak mau, aku mau terus bersamamu,"

"Harin, aku hanya ingin ke toilet,"

"Aku ikut!"

"Harin, aku ingin buang air besar!"

"Aku tidak peduli. Aku ingin I-K-U-T!"

Ini gila.

"Aku bisa duduk diam menunggumu di dalam, aku janji tak akan mengganggu,"

Jisung memegangi perutnya, "Bukan masalah mengganggunya!"

"Lalu apa? Kau malu, ya? Malu? Kau masih merasa menyembunyikan dirimu pada istrinu sendiri? Iya? Begitu? Kau tidak tahu? Dalam pernikahan itu suami istri harus saling terbuka satu sama lain. Kau tidak mengganggap aku istrimu?!"

"Bangunlah,"

Jisung menghela nafas, membantu Harin berdiri.

Menepuk-nepuk lembut puncak kepala istrinya itu.

"Ingin dipeluk dulu?"

Harin mengerutkan dahinya, kenapa jadi menawarkan pelukan?

"Untuk apa?"

"Menawarkan saja,"

Harin menyipitkan matanya, namun kemudian tersenyum.

"Boleh, hehe."

Berpelukan.

Hingga beberapa detik kemudian, senyuman Harin memudar dan hidungnya mulai berkerut-kerut.

Crazy Sassy Baby! | PARK JISUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang