16

1.3K 184 18
                                        

Pikiran jahat : Lakukan sekarang! Dia yang mengajak lebih dulu, tunggu apa lagi?!

Pikiran baik : Tunggu, yakinlah Harin sendiri tidak sepenuhnya mengerti dengan apa yang ia katakan. Bertanya dulu baik-baik.

Park Jisung, masih di tempat yang sama, terperangah, dengan dua jenis pikiran yang beradu memenuhi kepalanya.

Baiklah, sebagai lelaki bermoral, ia akan mengikuti pikiran baiknya.

Jisung menghela nafas. Mengumpulkan semua kesiapan mentalnya.

"Sini,"

Jisung menepuk-nepuk sisi kosong tempat tidur.

Harin duduk manis menuruti ucapannya.

"Kau.." gumamnya tak yakin, "Mengerti dengan apa yang kau tanyakan itu?"

Harin mengangguk. "Mengerti,"

"Apa yang kau mengerti,"

Harin tersenyum bangga, "Aku sudah tahu, tadi aku menelepon Gyuri, dan juga Haechan oppa!"

Gyuri.

Haechan.

Jisung terhenyak, dua orang itu, bukanlah sumber yang patut disyukuri keberadaannya.

"Apa.. yang kau tanyakan?"

"Gyuri bilang aku harus berani mengajakmu lebih dulu,"

Uhuk.

"Kalau Haechan oppa, dia bilang ada misi khusus yang harus kau selesaikan,"

"Jadi bisa disimpulkan, kau mengajakku liburan kemari, kau memiliki tujuan tersembunyi, dan aku sudah tahu apa itu, berhubungan dengan hal 'malam pertama' yang ditanyakan Gyuri padaku waktu itu,"

"Aku pintar, kan?"

Harin menjentikkan jari, seolah menyimpulkan sesuatu yang sangat brilian.

"Jadi sebenarnya misimu itu adalah melakukan m- hmmmmpt!"

Park Jisung, segera menutup mulut Harin dengan tangannya.

Sebenarnya, bukankah hal bagus jika Harin sudah mengerti?

Tunggu apa lagi?

Tapi tidak seperti ini yang diinginkan Jisung.

Jauh diluar dari bayangannya.

Meski dirinya juga ragu untuk berharap.

Harin yang sekarang meronta-ronta meminta dilepaskan.

Harin berhasil menjauhkan tangan Jisung.

"Ayo lakukan!"

BODOH!

Bagaimana bisa mengajak semudah itu?

"Memangnya kau tahu caranya?!"

Harin menggeleng polos, "Haechan oppa bilang kau tahu,"

Jisung menepuk dahinya sendiri, cukup keras, tapi rasa sakitnya tidak terasa.

Harin menundukkan wajahnya melihat reaksi Jisung.

"Tuh, kan. Wajahmu itu kecewa, kau pasti kecewa padaku karena aku tidak tahu apa-apa,"

Sedetik kemudian, Harin menegakkan wajahnya, lagi.

"Tapi aku cepat belajar, kok! Memangnya apa susahnya? Memangnya sakit, ya?"

Rumah sakit jiwa.

Hanya ada dua pilihan.

Jisung yang masuk, atau Harin.

Crazy Sassy Baby! | PARK JISUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang