11

1.2K 190 11
                                    

Min Gyuri berlari menghampiri Harin, yang sedari tadi temannya itu hanya sibuk bermain game memasak di ponselnya.

"Hoi! Harin!"

Harin tidak merespon, kemudian terdengar ringisan kecil.

"Yah, gosong,"

Gyuri mendengus, "Bahkan memasak dalam permainan kau sama payahnya,"

"Diam," Harin menatap Gyuri kesal.

Gyuri menggenggam lengan Harin erat, "Kau harus ikut aku."

"Kemana?" tanya Harin tidak bersemangat, masih menatap kecewa layar ponselnya.

"Sedang ada pertandingan basket di lapangan belakang!"

"Lalu apa hubungannya denganku? Kau tidak lihat aku sedang berada di titik terendah kepercayaan diri? Lihat masakanku disini-"

Gyuri menutup mulut Harin dengan tangannya. Tidak mau mendengar hal tidak berbobot.

"Cepat ikut saja!"

Harin hanya bisa pasrah saat Gyuri menariknya.

Ke sebuah lapangan basket yang ada di bagian belakang kampus.

Terlihat cukup ramai.

Sementara penontonnya mayoritas adalah mahasiswi, berteriak histeris.

"Sekali-kali kita perlu cuci mata,"

Harin menyipitkan matanya, "Pakai air kalau begitu,"

"Kau bodoh, ya? Maksudku melihat mereka,"

Gyuri menunjuk para lelaki yang sedang bertanding basket.

"Kali ini lawannya dari kampus sebelah,"

"Oh," Harin tidak peduli.

"Kya! Lihat itu Seunghan!"

Harin mengikuti arah tunjuk Gyuri, menunjuk seorang lelaki jangkung yang sedang melakukan shooting.

Dan berhasil!

Teriakan terdengar semakin histeris.

Seunghan?

Junior mereka.

Faktanya lelaki itu pernah menyatakan perasaannya pada Harin saat mereka sama-sama mengikuti klub sastra di awal perkuliahan.

"Lihat, dia semakin tampan saja. Apa kau tidak menyesal sudah menolaknya dulu?"

"Sedikit,"

Gyuri menoleh, sedikit terkejut. "Benarkah?"

Harin mengangguk, "Aku menyesal karena tidak mengambil cokelatnya! Saat itu dia bawa banyak cokelat,"

"Tapi karena aku menolaknya, makanya aku tidak berani ambil cokelatnya, aku kan masih punya malu,"

Gyuri melongo mendengarnya.

"Jadi hanya karena makanan? Bukan karena dia tampan?"

"Lebih tampan suamiku,"

"Terserah!" Gyuri menyerah, menarik Harin untuk mengambil posisi duduk.

"Hei, apa duduk disini tidak terlalu dekat lapangan? Nanti kalau wajahku tiba-tiba terkena bola bagaimana? Aku tidak bisa jadi bidadarinya Jisung lagi,"

"Aku berharap otakmu yang terkena bola,"

Harin merengut, namun ia menurut.

Duduk manis menonton orang bermain basket.

Lima menit kemudian.

"Ah! Harusnya kesana! Hei! Kau tidak lihat ada lawan dibelakang? Hei yang botak! Kau curang!"

Crazy Sassy Baby! | PARK JISUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang