23

1K 151 12
                                    

"Apa?"

Park Jisung, yang akhirnya berinisiatif bertanya, serta tatapan herannya terarah pada Harin, yang terus menerus menatapnya.

Song Harin, duduk manis di tempat tidur, memandangi Jisung yang tengah mematut diri di depan cermin tanpa henti.

Harin merespon Jisung dengan gelengan, tersenyum lugu.

"Kau tampan,"

Harin diam sejenak, kemudian mendesis.

"Ji! Kenapa kau tampan sekali?"

"Rasanya setiap hari aku semakin jatuh cinta padamu,"

"Lihat, dengan pakaian seperti itu, kau benar-benar.. jjang!"

Harin tersenyum lebar seraya mengacungkan jempol.

Jisung mengalihkan pandangannya dari Harin, berdehem pelan seraya melanjutkan acara merapikan kerah bajunya.

"Pulang bekerja nanti, belikan aku bungeoppang, ya?"

Jisung melirik Harin, memanyunkan bibirnya tanpa sadar.

Pujian beruntun itu, berujung pada pesanan roti ikan rupanya.

"Belinya yang di dekat minimarket kemarin, bibinya tidak pelit memberikan isian,"

Melihat Jisung yang hanya diam menatapnya, Harin mengerutkan dahi.

"Tidak mau? Oh, begitu? Bahkan mengeluarkan sedikit uang untuk memberi makan istri kau tidak mau? Tidak rela? Pelit!"

"Harin-ah,"

"Apa?!" jawabnya ketus.

"Suasana hatimu itu sistemnya bagaimana? Mengapa bisa semengerikan itu kecepatam berubahnya?"

Harin memalingkan wajah, "Tidak tahu, dasar Jisung jelek!"

Jisung menghela nafas, malas menghadapi Harin.

Hening beberapa saat.

Dari sudut matanya, Jisung melihat pergerakan Harin.

Wanita itu turun dari tempat tidur, berjalan menghampirinya.

Dengan raut wajah seperti... merasa bersalah?

Harin menyentuh lengan Jisung dengan jari telunjuknya.

"Maaf. Aku kasar, ya?"

Bahkan dengan suara yang seperti ingin menangis itu?

Jisung terheran-heran.

"Aku sebenarnya lembut, kok."

"Sentuh saja kulitku," Harin menyodorkan lengannya.

Harin menatap Jisung, "Ji, bagaimana jika kau tidak
usah ke kantor?"

"Dirumah saja?"

"Tidak punya uang tidak apa-apa,"

"Aku akan menjual Jwi,"

Jisung menyentuh dahi Harin, suhu tubuhnya normal.

"Bagian dalamnya yang memang tidak normal," Jisung bergumam, "Tidak bisa diperbaiki,
sudah parah,"

"Apanya?"

Jisung tersenyum geli, "Otakmu,"

Alis yang mulai bertaut marah itu, sebelum terlambat, harus diredamkan.

"Pelukan, cukup?"

Jisung memeluk Harin, mengelus punggungnya dengan lembut.

Cara yang seharusnya dilakukan jika ingin menjinakkan spesies betina ganas yang sulit diprediksi seperti Harin.

Crazy Sassy Baby! | PARK JISUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang