9

1.1K 187 9
                                    

"Ji!"

Harin menghampiri Jisung yang sedang bermain game di ruang tengah, sendirian.

"Apa?" Jisung merespon seadanya, matanya tak ia alihkan dari ponsel.

Harin duduk manis di samping Jisung.

"Malam pertama itu apa?"

Jeng!

Park Jisung, masih memandang lurus layar ponselnya.

Tapi jari-jarinya tak lagi bergerak untuk memainkan.

Lelaki yang baru berusia 22 tahun itu, syok berat.

Mengapa hal seperti ini harus terjadi padanya?

"A-aku tidak tahu," jawabnya asal, menjauhi resiko.

"Tapi kata Gyuri kau pasti tahu, katanya anak laki-laki pasti tahu,"

MIN GYURI!

Jisung menghela nafas berat.

Harin, gadis gila sekaligus terpolos di dunia, mustahil ada tapi nyatanya sekarang gadis itu ada disampingnya.

Dan ia yang sangat 'tidak suka menghadapi masalah' itulah yang harus menghadapinya.

"Awalnya Gyuri hanya iseng bertanya, dia tanya, apakah aku sudah lakukan hal 'malam pertama' itu atau belum, aku kan tidak mengerti,"

Jisung merasakan kepalanya berat sebelah.

Berpikir ternyata tidak begitu baik juga untuk seseorang yang menghabiskan 22 tahun hidupnya hanya untuk menonton kartun anak-anak.

Seperti Harin.

Lalu Jisung?

Ayolah, dia lelaki muda yang sehat dan normal, jadi... tidak usah pusing memikirkan.

"Ji! Ayo jawab, kalau sepertinya tidak bisa dijelaskan, berikan contohnya saja,"

CONTOH APANYA, BODOH!

Jisung menatap Harin dengan sengit.

Otaknya berputar cepat, bagaimana ia lolos dari rasa penasaran Harin yang berbahaya ini?

Menyuruhnya untuk cari saja di internet?

Ah, ia takut Harin akan semakin syok dengan apa yang dilihatnya.

Jisung memejamkan matanya.

Tidak, ia harus menjawabnya sendiri.

Dengan aman.

Tak kunjung diberi jawaban, Harin mulai tidak tahan.

"Apa ada hubungannya dengan ciuman? Kalau ciuman kan kita sering, apa harusnya aku jawab sudah? Tapi itu kan malam pertama, maksudnya malam pertama apa? Malam hari di hari yang seperti apa?" Harin mulai kacau.

Tidak.

Jisung terjebak.

Ia tidak bisa berpikir lagi.

"Kau, pernah mwngikuti kelas biologi?" Jisung tiba-tiba bertanya.

Tentu saja ia sudah tahu jawabannya.

"Kau bodoh, ya? Kau lupa, ya? Aku kan pembenci nomor satu guru biologi, aku tidak pernah menghadiri kelasnya,"

Song Harin, selama masa menengah atasnya, ia tidak pernah mengikuti jadwal biologi.

Alasannya ia tidak suka gurunya yang selalu suka mengomel itu.

Dianggapnya sama seperti nenek.

Resikonya Harin hampir tidak bisa lulus sekolah, karena nilai kehadiran kelas biologinya yang kosong.

Crazy Sassy Baby! | PARK JISUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang