Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
.
"Ayah, boleh tidak jangan bawa Ji ke kantor?"
Mr. Park yang baru saja ingin membuka pintu mobil, terkejut dengan permintaan tiba-tiba sang menantu.
Lelaki paruh baya itu membalikkan badan, hanya tersenyum melihat putranya, memasang ekspresi pasrah dengan seorang wanita cantik yang menggelayuti lengannya.
Hari pertama dimana Jisung memulai pelatihannya untuk posisi di perusahaan, sepertinya akan sulit berjalan lancar.
Harin, tidak ingin melepaskan Jisung.
Wanita berpiyama kartun tikus itu memasang wajah memelasnya.
Penampilannya berbanding terbalik dengan Jisung yang sudah rapi dengan pakaian formalnya.
"Mau ditunda besok saja?" tawar Mr. Park.
"Iya!"
"Tidak, sudah sejak minggu lalu, tidak akan ada habisnya jika selalu ditunda," Jisung berucap tegas.
Ini bukan pertama kalinya Harin seperti ini.
Harusnya hari pertama pelatihan itu sudah sejak minggu lalu, tapi semuanya termakan tipu daya wajah memelas bidadari palsu satu ini
Jisung menghela nafas berat, "Hanya dua hari penuh,"
"Kau tidak pulang?"
Jisung mengangguk, "Lusa,"
"Itu dia masalahnya, aku mana bisa-"
"Kau tidak bisa hidup bersamaku kalau begitu, jika terlalu egois,"
Terhenyak.
Dengan pernyataan tajam itu.
Refleks melepaskan lengan Jisung.
Memundurkan langkahnya.
Tidak bisa hidup bersama.
"B-baiklah, maaf. Selamat bekerja,"
Harin mengucapkan dengan pelan, kemudian berlari kembali masuk ke dalam rumah.
"Tidakkah ucapanmu sedikit berlebihan?" Mr. Park mengingatkan.
Jisung tidak langsung menjawab, berjalan menghampiri ayahnya.
"Itu cukup. Yang seperti Harin itu, tidak bisa jika terus mengalah untuknya."
...
Song Harin, melewati dua belas jam pertamanya, dengan tidak begitu memikirkan Jisung.
Menghabiskan waktu untuk menonton kartun.
Meski sesekali teringat ucapan Jisung di pagi hari.