"Tanpa kamu bertanya pun, jawabannya sudah jelas. Bahwa aku lebih bahagia bersamamu."
☆☆☆☆
"Gue suka sama lo."
"..."
"Lo mau nggak jadi pacar gue?"
Marsha mengacak-acak rambutnya frustasi. Sampai malam hari isi kepalanya hanya terbayang kejadian itu-itu saja dan tidak ada yang lain.
"Dari sekian banyaknya jutaan wanita kenapa harus aku orang yang dia suka?"
"Nggak bisa. Dia kan mantannya Ashel, nanti kalau Ashel tau terus dikira temen makan temen gimana?"
Marsha mengambil bingkai foto mamahnya. "Mamah... Marsha bingung banget harus gimana lagi ya?" gumam Marsha.
"MARSHA! BIKININ KOPI UNTUK AYAH SEKARANG!!"
Marsha mendesah lelah mendengar teriakan dari ayahnya itu. Tak bisa berbuat apa-apa selain menuruti perintah beliau. Marsha berjalan keluar kamar dan sudah ada Anggara yang sedang menatapnya tajam duduk di ruang tamu.
Tanpa berkata apa-apa Marsha berjalan ke dapur dan membuka laci di dapur mencari stok kopi ayahnya. Namun, ternyata semua bahan makanan instan dan kopi sudah habis. Akhirnya mau tak mau Marsha harus bilang dengan Anggara.
"Ayah... Kopi sama bahan makanan instan lainnya udah habis, bulan ini ayah juga belum kasih uang bulanan," ucap Marsha.
Anggara kesal. Laki-laki paruh baya itu melempar asbak ke wajah Marsha bukan memberikan uangnya. Marsha yang sudah biasa di perlakuan seperti itu oleh Anggara hanya bisa menghela napasnya sabar.
"GIMANA SIH KAMU! KENAPA SEMUANYA BISA HABIS?!!" bentak Anggara.
"Dia yang ngabisin gue juga yang di marahin," batin Marsha.
"Maaf Ayah..."
Anggara berdecak kesal. Ia pun memberikan selembaran uang seratus ribu pada Marsha dan menyuruhnya pergi ke warung.
"Seratus ribu nggak cukup untuk sebulan Ayah..."
Anggara berdiri dan menampar keras pipi Marsha.
PLAK!
"NGGAK USAH BANYAK OMONG! SANA PERGI KE WARUNG BELI KOPI SAMA GULA!!"
"Iya Ayah."
"Sama rokok jangan lupa."
"Iya."
Marsha menyentuh kening dan pipinya yang terasa perih. Lalu, ia pergi ke warung yang tak jauh dari rumah jaraknya.
"Sakit banget."
Sesampainya di warung Marsha membeli kopi, gula, dan rokok.
"Pak somat... Beli kopi item 5 renceng sama gulanya 1kg ya."
"Oh iya, rokok juga ya pak."
Pak somat mengangguk dan mengambil rokok, kopi beserta gula 1kg.
"Di pukul sama bapak lagi ya neng?" tanya Pak Somat. Selain Pak Somat yang sudah tau hal ini, semua tetangga komplek sekitar juga tau bagaimana Anggara memperlakukan Marsha di rumah.
"Gapapa kok pak cuma masalah kecil," jawab Marsha tersenyum.
Pak Somat mengambil lima bungkus roti untuk Marsha. Ia tahu kalau gadis di depannya ini makan hanya sehari sekali.
"Jangan sampai ketahuan bapak ya."
Marsha tersenyum mengangguk. "Makasih banyak Pak Somat," ucap Marsha.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLYING HOPE [ENDING] ✓
Teen FictionBaca aja dulu siapa tau tertarik. __________________ Maret, 2023.