011- FLYING HOPE

1.9K 190 37
                                    

Zee merasa hampa karena Marsha yang tidak masuk sekolah. Ia tidak tau harus melakukan apa lagi selain belajar dan bergurau dengan Marsha. Selama ini yang membuat Zee bersemangat sekolah hanyalah Marsha alasan satu-satunya.

Merasa bosan di kelas, akhirnya Zee memilih keluar dan berdiam di rooftop sekolah. Jessen yang memperhatikan Zee sedari tadi, mengikutinya dari belakang.

Melihat Zee yang naik ke atas rooftop, Jessen berbelok ke kamar mandi dekat tangga.

Di dalam kamar mandi. Jessen mengunci pintunya dengan rapat, dan melihat dirinya di depan cermin.

"Apa yang spesial dari Zee, sampai lo tergila-gila sama dia?" tanya Jessen pada dirinya sendiri.

Jessen menghela napasnya. Ia mengambil lip balm di saku celananya dan memakainya di bibir tebal miliknya.

Setelah memakai lip balm, Jessen merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan begitupun dengan seragamnya.

Jessen membuka kuncinya dan menyusul Zee ke atas rooftop sembari membawa coklat di saku seragamnya.

Di rooftop. Zee mengunyah permen karet yang ia bawa dari rumah. Sambil mengunyah hazel matanya melihat langit yang cukup terik di atasnya.

Bicara soal langit. Zee jadi teringat dengan ucapan Marsha saat di pantai.

"Emang bener ya, kalau kita buat permintaan sama langit bakal di kabulin?" gumam Zee.

"Kalau di kabulin lo mau apa?" tanya Jessen dari belakang.

Zee tersentak kaget dan menoleh ke belakang.

"Kaget! Gue kira siapa."

Jessen terkekeh, lalu menghampiri Zee.

"Lo beneran percaya kalau langit bakal kabulin permintaan lo?" tanya Jessen.

"Nggak tau," jawab Zee.

"Kalau gue nggak."

"Alasannya?"

"Gue udah coba berkali-kali tapi nggak pernah di kabulin."

"Mungkin lo datang ke dia pas ada maunya doang."

"Iya, lo bener."

"Terus, lo juga kurang serius minta sesuatunya."

"Mungkin."

"Akhir-akhir ini kita sering ketemu. Lo ngerasa kayak gitu juga nggak?" tanya Zee.

"Mungkin jodoh," jawab Jessen tertawa pelan.

Zee yang tau itu hanya candaan saja, ikut tertawa.

"Hahaha. Gila lo!"

"Emang udah gila."

Zee masih tertawa sambil menggeleng pelan.

"Sumpah Jess, muka lo kayak nggak asing banget di ingatan gue."

"Kan, lo sendiri yang bilang kalau kita akhir-akhir ini sering ketemu. Makanya di ingatan lo kayak nggak asing setiap liat gue," ucap Jessen.

"Lo mirip cewek yang pernah gue temuin."

Jessen tersenyum tipis.

"Muka gue mahal. Nggak mungkin ada yang mirip kayam gue," kata Jessen.

"Tapi, bibir lo sama dia mirip banget."

"Dari sekian banyak anggota tubuh, kenapa bibirnya yang lo ingat?" tanya Jessen.

"Karena bibirnya menarik perhatian duluan... Tebal, dan sedikit merah muda," jawab Zee.

FLYING HOPE [ENDING] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang