22 Desember 2011
"Pah..."
"Iya, ada apa nak?"
"Nanti mamah datang, kan?"
Sean menghentikan langkahnya dan semakin erat menggenggam tangan Zee yang berusia 7 tahun.
"Nanti papah telepon mamah lagi, sekarang kita masuk ke dalam yuk?"
Zee mengangguk dan masuk ke dalam sekolahnya bersama Sean.
Hari ini, Sean datang ke sebuah acara hari ibu di sekolah TK-nya Zeefano. Hati Sean sedikit cemas melihat arlojinya yang berputar tetapi Widia belum datang juga.
"Oke... Sekarang kita panggilkan ananda Zeefano Cahya Dinata! Mana tepuk tangannya?!!"
Zee naik ke atas panggung dan duduk di kursi piano yang sudah di siapkan. Untuk meramaikan acara, Zee ikut berpartisipasi tampil di atas panggung memainkan lagu tentang ibu dengan keahliannya bermain piano.
Sebelum memulainya, mata Zee mencari keberadaan Widia yang tak terlihat sama sekali di matanya. Dia hanya melihat Sean yang tersenyum manis padanya.
Zee menghela napas dan memulai memainkan pianonya. Tanpa di duga, Zee membawakan lagu tentang ayah bukan tentang hari ibu. Semua orang pun berbisik, bahkan mereka mengira bahwa Zee salah memainkan lagu.
Setelah memainkan lagunya, Zee berdiri di depan mikrofon yang menyala. Lalu, membacakan surat yang sudah ia tulis dari minggu lalu. Karena Widia tak datang akhirnya Zee mengubah beberapa kata untuk Sean.
"Untuk papah, selamat hari ibu... Makasih banyak udah jadi papah sekaligus mamah buat Zee. Papah adalah orang yang paling baik sedunia, dan superhero buat Zee. Makasih banyak papah selalu sayang dan nggak pernah marah sama Zee yang suka bandel. Nanti kalau Zee udah besar, Zee janji akan selalu berbuat baik sama semua orang kayak papah dan gantian jadi superhero buat papah. Semoga papah sehat selalu dan berumur panjang biar bisa liat Zee tumbuh jadi orang dewasa."
KAMU SEDANG MEMBACA
FLYING HOPE [ENDING] ✓
Подростковая литератураBaca aja dulu siapa tau tertarik. __________________ Maret, 2023.