26

13.7K 1.1K 6
                                    

Satu Minggu berlalu dan Mark belum sadar, sedangkan Chenle sudah sadar beberapa jam yang lalu.

Haechan? Trauma nya masih membuat Haechan tak mau bertemu seseorang selain Jaemin dan kedua orang tuanya.

Seperti di pagi hari ini, Haechan mengurung dirinya di ruang rawatnya dan bahkan sudah satu Minggu dia tak mau keluar dari ruangannya.

"Chan ... Keluar yuk?"

"..."

"Chan ... Jangan ngurung diri kayak gini dong."

"Gue gak bisa, Jaem."

"Lo bisa selagi lo berusaha, Chan!"

"Gue gak bisa, Jaem! Setiap detail gue di bully waktu gue elementary masih terngiang-ngiang di otak gue!"

"..."

"Gue juga gak mau punya penyakit ini. Tapi, gak bisa! Penyakit ini lebih suka bersarang di otak gue!"

"..."

"Dan Chenle? Hah! Gak tahu!"

Jaemin menghela napas panjang saat melihat bagaimana Haechan seperti orang linglung.

Iya, bila trauma Haechan kambuh, Haechan tak mau bertemu orang-orang dan hanya Jaemin dan kedua orang tuanya yang ingin dia temui.

Bahkan, Chenle sekalipun gak mau dia temuin.

"Gimana sama keadaan Mark dan Chenle?" tanya Haechan.

"Chenle gak butuh waktu lama buat ditangani karena tusukannya gak terlalu dalam, sedangkan Mark benar-benar kritis karena Chenle nusuk tepat di jantungnya," jelas Jaemin.

Haechan tertawa pelan.

"Gue diciptain emang buat gak ngerasain kebahagiaan ya?"

"Kenapa saat gue udah dapat kebahagiaan, kembali dibenturin sama kesedihan?"

"Kenapa harus kayak gini, sih?!"

Haechan menjambak rambutnya karena memang dia merasa frustasi banget dan mau nangis aja rasanya.

"Gue berhak mati biar gak bisa ngerasain sakit ini lagi! Apa yang bikin gue bahagia, bisa bikin gue jatuh nangis kayak gini!"

"Gilak! Sialan!"

Haechan menangis keras.

Jaemin hanya bisa diam dan ngebiarin Haechan nangis karena mau sekuat tenaga dia nahan Haechan biar gak nangis, percuma doang.

"Sayang!" seru Ten.

Ten yang baru masuk ruangan Haechan langsung lah meluk anak kesayangannya itu.

"Kenapa tiba-tiba kayak gini, Nak Jaemin?" tanya Ten.

"Haechan gak bisa nerima kalau Mark gak sadar diri. Dia ngerasa kalau tuhan gak ngizinin dia bahagia," jawab Jaemin.

Ten menahan tangisnya dan memeluk Haechan erat banget.

"Sayang ... Ayo belajar buat ketemu sama Chenle, ya? Mau? Chenle udah sadar loh," bujuk Ten.

Tangisan Haechan terhenti.

"Sadar?" tanya Haechan.

Ten mengangguk.

"Gak! Nanti Chenle sakit lagi gegara Haechan," tolak Haechan.

"Gak ... Chenle nyari kamu. Ada yang mau dia bilang sama kamu," ucap Ten.

"Gak! Haechan gak bisa. Semua orang yang ada di rumah sakit ini, mukanya mirip psikopat semua. Haechan gak mau, mereka semua menakutkan," jelas Haechan.

Bully | MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang