Bagian 12

3.7K 157 1
                                        

Selamat membaca, Jangan lupa tandai kalau ada Typo.
🥰

"Karena Surah dalam Al-Quran tidak bisa dijadikan mahar saya akan membacakan surah ar-rahman bukan sebagai mahar tapi sebagai hadiah pernikahan." Jawab Gus Agam.

"Alasannya?" Tanya Haura lagi yang ternyata masih bingung.

Gus Agam tersenyum tipis."Mahar itu adalah sesuatu yang diberikan oleh pihak laki-laki untuk pihak perempuan. Sedangkan hafalan Alquran tidak akan pernah bisa dipindah tangankan, hafalan Alquran selamanya akan menjadi pemilik si penghafal, maka dari itu saya akan tetap memberikan sesuatu yang berharga dan ternilai." Jelas Gus Agam panjang lebar agar Haura bisa mengerti.

Haura mengangguk mengerti.

"MasyaAllah, ternyata pilihan bunda dan ayah enggak salah pilih calon menantu." Sahut Bunda Kania tiba-tiba.

Gus Agam tersenyum."Ada lagi yang ingin ditanyakan?" Tanya Gus Agam.

"Tidak ada Gus." Jawab Haura.

"Bagaimana jika kita langsung menentukan tanggal pernikahannya." Saran Nyai Maryam.

Mereka yang berada disana mengangguk setuju.

"Haura, Agam, kalian ingin pernikahan kalian digelar tanggal berapa. Nak?" Tanya Kyai Fahri membuka suara.

"Kalau Haura terserah Gus Agam sih, biar Gus Agam aja yang nentuin tanggal dan hari pernikahan kita." Ucapnya.

Ayah Husain menatap calon menantunya itu." Jadi, bagaimana Nak?"

"Pernikahan Agam dan Haura akan dilaksanakan hari Senin tepat tanggal 20 Februari." Ucap Gus Agam.

"Oke, jadi sudah ditetapkan pernikahan Haura dan Agam dilaksanakan hari Senin." Ucap bunda Kania.

Nyai Maryam dan  kyai Fahri mengangguk.

"Haura sayang, kamu setuju kan pernikahannya dilaksanakan Minggu depan?" Tanya Nyai Maryam.

Haura mengangguk."Iya. Haura setuju."

"Alhamdulillah." Syukur Nyai Maryam.

"Hira, Nak. Kenapa kamu diam saja?" Tanya Nyai Maryam sedikit heran, karena sejak dari dimulainya proses lamaran hingga penentuan tanggal pernikahan Haura dan anaknya. Hira sama sekali tidak terdengar suaranya.

Sontak saja pertanyaan dari Nyai Maryam membuat yang berada disana menatap Hira.

Sedangkan sang empu hanya bisa tersenyum manis mendengar pertanyaan dari Nyai Maryam. Lalu Hira menatap Nyai Maryam dengan senyuman manis dan air mata yang ia tahan sebisa mungkin agar tidak jatuh dihadapan semua orang yang berada disana.

"Kepala Hira sedikit sakit Bu nyai, untuk berbicara saja tidak kuat." Bohongnya dengan menampilkan ekspresi kesakitan yang sengaja ia buat-buat agar semua yang berada disana percaya.

Sebenarnya bukan tenggorokannya yang sakit tapi hatinya.

"Astaghfirullah, Hira kenapa kamu tidak bilang sama bunda. Biar nanti bunda belikan obat." Ucap Bunda Kania khawatir.

Hira tersenyum."Enggak apa-apa bund, nanti juga sembuh sendiri. Kok." Jawabnya.

"Benar, enggak bohong." Ucap Bunda Kania.

Hira mengangguk,"enggak bund."

"Penentuan tanggal pernikahan dan proses lamaran sudah selesai, kalau begitu kami permisi pulang dulu." Ujar Kyai Fahri.

"Kenapa cepat sekali pulangnya,Fahri? Nanti saja." Ucap Ayah Husain kepada sahabat itu.

"Hari sudah sore Sahabat ku, jika kita tidak pulang cepat mungkin untuk sampai ke pesantren Al-hafizh akan kemalaman." Ungkap Kyai Fahri.

GUS AGAM MY HUSBAND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang