Bagian 14

3.4K 153 1
                                    

Jangan lupa tandai kalau ada Typo

Selamat membaca
🥰

Haura keluar dari kamarnya dengan perasaan senang, karena sang bunda baru saja mengabari dia bahwa adiknya Hira telah sadar. Tentunya saja dirinya bahagia bahkan sekarang ia ingin ke kamar Hira.

"Haura, tunggu Nak." Panggil Ayah Husain.

Haura menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap pada ayahnya.

"Kenapa Yah?"

"Kamu mau ke kamar Hira kan?" Tanya Ayah Husain balik, Haura lalu mengangguk.

"Tolong berikan obat ini kepada Hira, Nak." Ayah Husain menyerahkan kantong kresek biru yang di pastikan didalamnya berisi obat Hira.

Haura dengan senang hati mengambil kantong kresek itu dari tangan ayahnya,"iya yah, nanti Haura kasih."

"Yaudah, Haura ke kamar Hira dulu." Pamitnya lalu berjalan meninggalkan ayahnya.

Ceklek

Haura membuka pintu kamar Hira dan masuk kedalam.

"Hira." Panggilnya, Hira yang kebetulan selesai sholat langsung melipat sajadahnya saat mendengar suara kakaknya.

"Iya kak, kenapa?" Tanya Hira, Haura menyerahkan kantong kresek biru yang ada ditangannya.

Hira mengernyit bingung."Ini apa?"

"Obat kamu, tadi ayah sempat kasih ke aku. Oh ya, obatnya jangan lupa di minum." Pesannya, Hira mengangguk seraya mengambil obatnya itu. Dan menyimpannya di atas kasur.

"Eh, tunggu kak." Cegah Hira. Saat melihat Haura hendak keluar dari kamarnya.

"Kenapa?"

"Tunggu dulu kak, Hira mau bicara sesuatu penting." Ucapnya, Haura bingung." Bicara apa?"

"Ada deh. Kita duduk di sofa sana nanti Hira kasih tau." Ajak Hira, mereka berdua berjalan ke arah sofa yang terletak di pojok kamar.

"Jadi, mau bicara apa?" Tanya Haura saat mereka sudah duduk di sofa.

Hira mengambil nafas dalam-dalam." Berikan Gus Agam kepadaku, tinggalkan dia dan biarkan aku menikah dengannya." Ucap Hira tanpa beban sambil menatap kakaknya dengan tatapan berbinar.

Deg!

Haura terdiam seribu bahasa mendengar perkataan Hira, Hira berbicara kepadanya seakan-akan apa yang ia ucapkan adalah hal kecil. Ia menatap manik adiknya dengan tatapan terkejut dan bingung.

"M-maksud kamu?" Tanya Haura.

"berikan Gus Agam kepadaku dan biarkan aku hidup bahagia dengannya." Jawab Hira dengan nada suara yang lembut.

"Apa-apaan kamu Hira!" Ucap Haura berdiri dari duduknya begitupun Hira yang ikut berdiri menatap kakaknya.

"Apa susahnya sih kak, kasih Gus Agam ke aku. Lagipula kak Haura enggak cintakan dengan Gus Agam. Kak Haura belum kenal betul Gus Agam, sedangkan aku lebih kenal Gus Agam dibandingkan kamu kak." Perkataan Hira sukses membuat Haura kembali terdiam.

GUS AGAM MY HUSBAND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang