Selamat membaca
🥰"Nak bunda mohon cepat sadar ya," lirih Bunda Kania sedih, dirinya merasa bersalah karena ia baru bisa menjenguk Hira yang disebabkan Mereka berdua pergi keluar kota untuk menemani Suaminya untuk kerja.
"Kita berdoa saja ya Bund semoga Haura kita bisa sadar." Ayah Husain mengusap punggung istrinya. Berusaha menenangkan istrinya yang sedikit terisak.
Bunda Kania menatap suaminya, ia mengusap air matanya yang keluar.
"Mas nanti kita cari pelaku siapa yang membuat kecelakaan ini," ucapnya Bunda Kania ia tidak mungkin membiarkan pelakunya bisa berkeliaran diluar sana. Sementara anaknya disini koma.
Ayah Husain mengangguk setuju.
"Tenang lah sahabat ku kita pasti akan mencari siapa pelakunya," ucap Kyai Fahri menghampiri Ayah Husain kemudian menepuk pundaknya.
"Benar yang dikatakan suami ku, kita akan menghukum pelaku nya," sahut Nyai Maryam saat ini dia sedang ada di ruang Haura keadaannya sekarang sudah cukup membaik. Itulah, mengapa dia ingin menemui menantunya. Sedangkan, Gus Abbas masih ada diruang nya.
"Mas! Tangan Haura gerak!" seru Bunda Kania tanpa sengaja melihat pergerakan di jari Haura, hal itu membuat ia kaget dan bahagia.
Ayah Husain sudah keluar untuk memanggil Dokter Kania menyuruhnya untuk segera keruangan Haura.
"Dok, tolong periksa keadaan anak saya," Dokter Kania mengangguk dan menyuruh keluarga dari pasien untuk menyingkir sebentar.
Dokter Kania tersenyum tipis setelah selesai memeriksa Haura.
"Bagaimana Dok?" tanya Bunda Kania tidak sabaran.
"Alhamdulillah Bu, keadaan pasien saat ini sangat baik. Bahkan, pasien sudah berhasil melewati masa-masa komanya." Mereka yang disana tersenyum haru mendengar nya.
Haura dengan perlahan membuka matanya menyesuaikan cahaya yang sangat terang penyambut dirinya saat membuka mata untuk pertama kali.
"M-mas Agam," lirih Haura pelan tenggorokannya terasa kering benar-benar kering bahkan untuk mengeluarkan suara saja ia sangat sulit.
Kyai Fahri yang mendengarnya bergegas menelpon Gus Agam untuk segera kerumah sakit.
Bunda Kania duduk disamping Haura, ia tidak henti-hentinya tersenyum.
"Bunda Haura haus.." ucap dengan suara pelan, Bunda Kania segera mengambil air yang ada di nakas sebelah brangkar Haura.
Bunda Kania membantu Haura menaikkan tubuhnya sedikit, ia memegang kepalanya anaknya agar Haura bisa minum dengan mudah. Kebetulan alat bantu pernapasan Haura sudah dilepas.
"Nak..." panggil Ayah Husain setelah Haura minum dan tidur kembali.
Bunda Kania buru-buru menyingkir untuk memberi ruang suaminya berbicara dengan Haura.
"Ayah..." Haura meneteskan air matanya entah mengapa ia menangis, Ayah Husain segera menghapus air mata yang ada di pipi Haura.
"Anak ayah hebat, dia bisa melewati masa komanya," ucap Ayah Husain bangga dengan mata berkaca-kaca.
Haura tersenyum mendengar ini yang dia rindukan selama ini.
"Jeng, Hira mana?" tanya Bunda Kania saat ini mereka tengah duduk disofa yang sedikit jauh dari brangkar Haura.
Nyai Maryam menggeleng pelan.
"Saya juga tidak tau, jeng," jawabnya membuat Bunda Kania bingung kemana anak keduanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
GUS AGAM MY HUSBAND
Ficção Adolescente⚠️ FOLLOW SEBELUM BACA ⚠️ [ Bijak dalam berkomentar, hargai karya penulis] _________________________________ Haura Azzahrah Alfiah Anastazia, Gadis cantik yang terkenal dengan sifatnya yang baik hati. Anak pertama dari pasangan Bunda Kania dan ayah...