Bagian 30

2.2K 72 4
                                    

"Tidak ada yang bisa menghentikan ajal, walaupun kita berlari sejauh mungkin pun kita pasti akan mati jika sudah waktunya."
-Gus Agam-

Pastikan komen, dan vote para pembaca ku:))

Selamat membaca
🥰

Deg!

Bagaikan disambar petir disiang bolong, Enggak! Ini enggak mungkin! Gus Agam menggeleng lirih, lutut nya lemas tak kuat menahan berat badan nya. Tanpa ia sadari butiran cairan bening mengalir di pipinya dengan deras tanpa permisi.

Kehidupannya telah pergi, bidadari nya telah pergi meninggalkan dirinya sendiri disini.

"Enggak! Dokter bohong kan?!" Desak Gus Agam ia masih belum menerima Fakta ini.

"Mohon maaf pasien sudah meninggal." Dokter Kania mengulang kembali perkataannya demi membuat suami dari pasien ini percaya.

Gus Agam meremas rambutnya, dia menggeleng ribut tidak menerima Haura pergi meninggalkan dirinya.

Pandangan nya teralih pada brankar Haura, ia melihat suster menutupi tubuh Haura dengan kain putih. Segera dirinya berjalan mendekati istrinya itu, ia menggenggam tangan Haura yang terasa dingin.

"Sayang Mas mohon jangan tinggalin aku."

"Kalau saya ada salah bilang Haura, jangan menghukum saya seperti ini. Saya enggak sanggup." Gus Agam terus berbicara, ia menangis terisak meluapkan semua kesedihannya.

Gus Agam menurunkan kain putih yang menutupi wajah cantik istrinya, ia dapat melihat wajah yang selalu tersenyum kini terlihat pucat. Gus Agam mendekat kan wajahnya ia mencium wajah istrinya dengan lembut untuk terakhir kali. Lagi-lagi dirinya menangis, ia akui dirinya sangat lemah sangat ini.

"Haura Saya mohon buka mata kamu untuk saya jangan tinggalkan saya Haura!"

"HAURA!! BUKA MATA KAMU SAYANG?!"

"Agam bangun Nak, Agam!" Gus Agam tersentak kaget, napasnya terengah-engah. Dirinya menatap sekitar ternyata ia masih dirumah sakit.

"Agam kamu kenapa Nak?" tanya Kyai Fahri saat melihat anaknya itu linglung dengan keringat disekitar dahinya.

Gus Agam masih diam mencerna semua yang dia alami, ini mimpi. Dirinya habis bermimpi buruk bahkan sangat buruk, mimpi yang Gus Agam tidak inginkan.

Segera dia beralih menatap brankar istrinya memastikan semua itu benar-benar bunga tidur, ia akhirnya bisa bernapas lega ternyata istri tercintanya masih ada disana.

"Kamu kenapa Agam?" tanya Kyai Fahri khawatir.

Gus Agam menatap Abinya, sembari beristighfar kepada Allah atas kejadian yang ia alami.

"Astaghfirullah Ya Allah." Gus Agam mengusap wajahnya dengan kasar.

"Agam habis mimpi buruk Bi, mimpi Agam buruk banget Abi," jawabnya dengan cepat.

"Mimpi apa Nak, bisa kasih tau Abi?" Kyai Fahri bertanya lagi dia ingin tahu mimpi seperti apa yang Gus Agam alami hingga membuat dirinya ketakutan seperti ini.

"Agam mimpi istri Agam meninggal Abi." Gus Agam memberitahukan mimpinya dengan berat seakan lidahnya kelu untuk mengeluarkan kata-kata.

GUS AGAM MY HUSBAND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang