28. Belajar Mandiri

944 175 18
                                    

Jin mengikuti sang dongsaeng yang diantar Rio ke halte bus.

"Noona sudah tahu kan untuk memencet tombol ini jika ingin naik bus?" Tanya, Jisoo mengangguk.

"Pencet sekarang" kata Rio, dengan ragu Jisoo pun menekan nya, sambil menunggu bus datang, Rio kembali berkata.

"Jika sudah tiba di halte tujuan, noona tekan tombol di tiang pintu keluar, yang bergambar sama dengan yang tadi" interuksi Jisoo lagi.

"Aku takut"

"Jangan takut, aku temani lewat telpon" kata Rio lagi.

"Nah, itu bus nya datang" Rio langsung berdiri, Jin masih mengawasi mereka dan Irene lah yang mengambil mobil ke parkiran, Jisoo pun bersiap, ia menatap ragu, dan takut, tapi Rio terus membujuk nya agar Jisoo berani pulang sendiri, karena jika dengan taxi, itu justru lebih berbahaya apalagi dia sendirian, gadis itu melambaikan tangan nya pada Rio saat lantai khusus hidrolik mulai naik ke atas.

"Aku telpon" Rio memberi kode tangan, Jisoo nengangguk setuju, mereka pun melakukan video call, begitu bus mulai berangkat, Jin langsung mengikuti nya dari belakang, melewati Rio yang memang tidak tahu dan tidak kenal dengan namja itu.

"Sial, dia menyuruh Jisoo pulang sendiri" geram Jin mengikuti bus yang sang dongsaeng tumpangi, sedangkan Jisoo tengah melakukan video call dengan Rio.

"Jangan berburuk sangka oppa, kita tahu percakapan mereka, bisa jadi nona yang meminta nya sendiri" ujar Irene, ia tak ingin Jin terlalu banyak pikiran, terlebih akan hal-hal yang negatif.

"Jangan tegang noona, santai saja" Rio terkekeh lucu melihat wajah cemas Jisoo dilayar ponsel nya.

"Ini pengalaman pertama ku sendirian Rio" adu Jisoo.

"Pengalaman pertama selalu berkesan bukan? Nanti noona bisa kemana-mana sendiri tanpa harus diantar, bukan kah itu yang noona mau?"

"Tapi kamu kejam langsung melepasku sendiri"

"Maaf, karena jika tidak dipaksa, noona pasti akan selalu beralasan"

"Sudah mau sampai"

"Bersiap lah noona, dan tekan tombol yang di tiang pegangan samping kiri noona"

"Rasanya mendebarkan, tapi aku suka" Jisoo tersenyum sangat lebar, Rio langsung terpaku untuk beberapa saat.

"Rasanya mendebarkan, tapi aku suka" Jisoo tersenyum sangat lebar, Rio langsung terpaku untuk beberapa saat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan begitu dia turun dari bus, Jisoo pun berpamitan dengan Rio.

"Aku sudah turun, sampai jumpa"

"Ya, sampai jumpa noona" sambungan telpon pun terputus, Jin memarkirkan mobil nya di persimpangan karena ia juga belum siap untuk mempertemukan Jisoo dan Irene, ia hendak turun membantu sang dongsaeng, tapi lagi-lagi Irene menghalangi nya.

"Jangan oppa, biarkan dia belajar mandiri"

"Tapi. . ."

"Nona sudah dewasa, saat nya dia belajar untuk tidak tergantung pada oppa nya" akhir nya Jin pun mengalah, Jisoo memperhatikan kiri dan kanan jalan, sang penjag pintu gerbang hendak menjemput tapi ia melarang nya dengan memberi kode tangan, di rasa sudah aman, gadis itu pun mengayuh kursi roda nya sendiri

"Nona dari mana? Kenapa tidak minta di jemput saja?" Sambut sang penjaga pintu gerbang rumah keluarga Kim.

"Jalan-jalan uncle, sambil belajar naik bus sendiri" jawab Jisoo sumringah.

"Dan nona berhasil melakukan nya" puji nya.

"Iya, gumawo uncle, aku masuk dulu" balas Jisoo, ia ke kamar, dan langsung mengirim pesan pada Rio.

"Rio, tangan ku sakit sekali" adu nya

"Mungkin karena noona belum terbiasa" sekarang, apa-apa Jisoo akan bercerita dan mengadu pada Rio.

Hanya Jin, yang tahu jika Jisoo sedang dekat dengan seorang namja, tapi dia tidak tahu, apakah kedekatan mereka itu hanya sebagai teman atau mengarah kepada hubungan yang romantis, tapi ia menyadari, jika Jisoo yang sekarang, itu berbeda, lebih bersemangat, dan berwajah ceria.

"Oppa, aku mau ayam nya" pinta Jisoo saat makan malam.

"Ini" V membantu nya, tak sampai lima menit

"Nasi nya oppa" Taeyong terkejut.

"Oppa senang melihat mu makan dengan baik begini" Jin tersenyum menambahkan sayur dan potongan daging sapi ke piring si bungsu

"Aku lapar oppa" balas Jisoo, ketiga pria muda itu menatap takjub, kaget, dan tak percaya pada dongsaeng mereka yang makan dengan lahap nya, baru kali ini mereka melihat nya.

"Soo, kamu sudah berapa hari tidak makan?" Tanya Taeyong serius, tapi terselip canda disana, V langsung terbahak dan Jisoo seyum-senyum tak jelas.

"Tapi oppa senang, melihat mu makan dengan baik" imbuh Jin.

"Jika kamu masih lapar, milik oppa pun akan ku berikan" Jin menyodorkan piring nya, Jisoo langsung menolak nya.

"Tidak tidak, oppa juga harus makan, aku sudah cukup kenyang oppa" tolak nya.

"Ya sudah, habiskan ya" Taeyong langsung menuangkan sisa daging panggang ke dalam mangkuk sang dongsaeng.

"Yak! Oppa, aku tak sanggup jika harus menghabiskan nya!" Teriak Jisoo tak terima dan panik, V dan Jin malah tertawa dengan kejahilan Taeyong.

Jin menatap serius sang dongsaeng yang terus bercanda dengan Taeyong dan V.

"Aku mengkhawatirkan mu Jisoo-yaa, aku takut kejadian dengan Hae In akan terulang" batin Jin cemas, tapi dia juga tak bisa langsung menilai jika pemuda yang dekat dengan Jisoo sekarang adalah pria tak baik, karena ia belum menemukan bukti apa-apa.

Jam sepuluh malam, Jin mendatangi kamar Jisoo, memastikan jika sang dongsaeng sudah tertidur, setelah itu dia menghampiri Taeyong dan V yang sedang menontin tv, kedua pria muda itu melirik acuh sang hyung.

"Jisoo sedang dekat dengan seorang namja" kata Jin.

"Apa?!" Kaget V dan Taeyong kompak, sampai mereka nyaris melompat dari sofa yang mereka duduki.

"Hyung tahu dari mana?" Tanya Taeyong

"Hyung melihat nya sendiri" jawab Jin.

"Apa harus kita bereskan dia hyung? Seperti Hae In kemarin" kata V

"Tidak, jangan dulu, karena kita belum menemukan bukti apa-apa, kita selidiki dahulu, jika hanya ingin memanfaatkan dongsaeng kita, kali ini tak ampun" ujar Jin gusar.



#TBC

Blind DateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang