2. Sadar

1.3K 194 16
                                    

"Tae, bagaimana keadaan dongsaeng mu?" Tanya Lucas teman kuliah Taeyong, yang di tanya nampak murung, karena selain kehilangan kedua orang tua nya, sang dongsaeng juga terbaring lemah dalam kondisi koma.

"Dokter belum bisa memastikan kapan Jisoo sadar Luc, jadi kami hanya bisa menunggu, dan berharap" jawab Taeyong.

"Sabar ya, Jisoo pasti baik-baik saja" hibur Lucas sambil menepuk-nepuk bahu Taeyong, mereka lalu memasuki kelas.

Sedangkan Jin dan V, mereka sudah di rumah sakit, karena dokter yang menangani Jisoo menghubungi nya.

"Bagaimana aunty?" Tanya Jin pada Seohyun, dokter yang adalah teman dekat orang tua mereka.

"Jisoo sudah siuman" beritahu Seo.

"Tapi ada hal yang harus kalian ketahui" Jin dan V memasang wajah serius.

"Apa aunty?" Tanya V tak sabar.

"Jisoo mengalami spinal cord injury, kelumpuhan pada kedua kaki nya karena benturan di bagian sumsum tulang belakang nya" jelas Seo

Duar

Kedua pemuda itu pun membeku mendengar penjelasan Seohyun.

"Kalian bisa menemui nya sekarang, Jisoo sudah kami pindahkan ke ruang perawatan" lanjut Seohyun.

"Baik, terima kasih aunty" balas Jin, mereka pun keluar dari ruangan Seo, dan berjalan menuju ke kamar Jisoo sambil terus berfikir keras.

"Bagaimana kita memberitahu dia jika appa dan eomma sudah meninggal dalam kecelakaan itu hyung?" Tanya V pada Jin.

"Hyung juga sedang memikirkan itu V" jawab Jin.

"HYUNG!" Panggil Taeyong yang baru datang dari kampus, Jin dan V menoleh, ia pun segera berlari menghampiri hyung nya itu.

"Bagaimana hyung?" Tanya Taeyong cemas, Jin menarik nafas dalam-dalam, sedangkan V membuang tatapan nya dari Taeyong.

"Dongsaeng kita lumpuh" lirih Jin, Taeyong terkejut bukan main.

"Jangan menangis, tak ada yang boleh menangis" Jin langsung memberi interuksi tegas, melihat Taeyong sudah berkaca-kaca, dan V nafas nya mulai naik turun menahan tangis.

"Jika sampai ada yang menangis di hadapan Jisoo, hyung akan menghajar nya" ancam Jin, ia sendiri juga sudah ingin menangis, tapi harus menahan nya karena tak ingin membuat Jisoo semakin tertekan nanti nya, selama lebih dari sepuluh menit mereka berusaha menenangkan diri masing-masing sebelum memasuki ruang perawatan Jisoo.

Ceklek

Jin membuka pintu, disusul V dan Taeyong di belakang nya.

"Oppa" adu Jisoo begitu melihat saudara-saudara nya memasuki kamar nya, ia sudah menangis sejak tadi rupanya, dan hanya sendirian.

"Aku lumpuh aku lumpuh" rancau nya, Jin langsung mendekat dan memeluk si bungsu.

"Tidak apa-apa tidak apa-apa, yang penting kamu selamat" ucap Jin

"Tapi aku tidak bisa berjalan lagi oppa" isak Jisoo

"Oppa yang akan menjadi kaki mu nanti" sahut Taeyong, karena ia memang sangat dekat dengan Jisoo.

"Kami akan menjadi kaki tangan mu nanti" imbuh V

"Aku pasti akan sangat merepotkan kalian nanti, oppa pasti malu memiliki dongsaeng cacat seperti ku" tangis Jisoo kian menjadi.

"Tidak, kamu tetap dongsaeng kami, princes kami" begitu Taeyong selalu memanggil dongsaeng nya.

Selama lebih dari dua jam Jin, V dan Taeyong berusaha menghibur Jisoo agar bisa menerima keadaan nya yang sekarang.

"Selama masih ada kami, jangan takut, jangan khawatir, karena kami akan selalu menjaga mu" Taeyong mengusap-usap kepala Jisoo yang mulai tenang dari tangis nya.

Beberapa hari kemudian, Jisoo sudah diijinkan untuk pulang, Jin, V dan Taeyong pun bersiap, mengemasi seluruh barang-barang milik dongsaeng nya itu untuk di bawa pulang.

"Oppa"

"Yess Princes?" Sahut Taeyong spontan.

"Kita bisa mengunjungi makam appa dan eomma dulu kan?" Ketiga pemuda itu terkejut, karena ternyata Jisoo sudah tahu jika orang tua mereka telah meninggal.

"Seo aunty yang mengatakan nya pada ku" jelas Jisoo menjawb tanya yang tak terucap dari oppa-oppa nya.

"Tentu, kita akan kesana nanti" jawab Jin.

"Ayo" Taeyong membantu Jisoo duduk, lalu mengangkat dan mendudukan sang dongsaeng diatas kursi roda nya, sedangkan V membawa semua baju dan barang milik Jisoo, sedangkan Jin sudah lebih dulu keluar untuk menyiapkan mobil mereka, dari semenjak Jisoo lahir, dia sudah diperlakukan seperti seorang putri raja oleh ayah dan saudara-saudara laki-laki nya karena dia anak paling akhir dan perempuan satu-satu nya, apalagi dalam keadaan nya yang sekarang, sang oppa pasti akan jauh lebih protektif.

Mobil yang Jin berhenti di sebauh area pemakaman, V dengan sigap membantu sang dongsaeng, tak ada rasa saling iri atau cemburu, mereka harus kompak menjaga dan merawat Jisoo seperti janji nya pada kedua orang tua mereka.

Mobil yang Jin berhenti di sebauh area pemakaman, V dengan sigap membantu sang dongsaeng, tak ada rasa saling iri atau cemburu, mereka harus kompak menjaga dan merawat Jisoo seperti janji nya pada kedua orang tua mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka terdiam sambil menunduk, berdoa untuk sejenak, Jisoo lantas menatap oppa nya satu per satu, entah apa yang ada dipikiran nya.

Dan setiba di rumah.

"Soo, kamar mu sekarang pindah di bawah ya?" Beritahu Jin.

"Ne oppa" pasrah Jisoo

"Bukan hanya kamu, kami semua juga pindah ke bawah" imbuh V, Jisoo tersenyum mendengar ucapan oppa-oppa nya, di rumah besar itu, ada beberapa pegawai, asisten rumah tangga dan penjaga, jadi tak pernah sepi, karena semua menginap disana.

"Kita ke ruang tv ne" Taeyong mendorong kursi roda Jisoo ke ruang tv, sedangkan Jin dan V berganti baju dikamar masing-masing, setelah mereka selesai, giliran Taeyong yang ganti baju.

"Oppa"

"Ya?" Jisoo menatap Jin yang sedang memotongkan buah apel untuk nya.

"Aku tidak ingin sekolah lagi" pinta Jisoo

"Kenapa?"

"Aku malu dengan keadaan ku yang sekarang" jujur nya dengan wajah sendu.

"Tidak, kamu harus tetap sekolah" kata V

"Aku takut akan ada yang merundungku oppa"

"Jangan takut, oppa yang akan mengantar mu kesekolah, dan akan ku hajar satu per satu siapa pun yang berani merundung mu" sahut Taeyong.

"Kamu dengar itu? Oppa siap menjaga mu dua puluh empat jam, tujuh hari dalam seminggu untuk mu" jelas Jin.

"Bila perlu, kami semua yang akan mengantar mu ke sekolah" imbuh V lagi.

"Sudah, jangan khawatir, Jennie merindukan mu, dia tak sabar ingin bertemu dengan mu di sekolah" Jin menyuapkan apel yang dipotong nya tadi ke mulut sang dongsaeng.



#TBC

Blind DateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang