Absen dulu!Follow :
Ig : iLaDira69 & ila&Dira
Karyakarsa : iLaDira69
🔥🔥🔥
.
.Rintihan dan erangan tertahan datang dari pasangan di kamar hotel yang sedang melakukan kegiatan erotis dan intim. Aroma percintaan tercium di segala penjuru kamar. Kondisi ranjang yang semula tertata rapi kini menjadi sangat berantakan karena kelakuan keduanya.
"Oh, William! Kau hebat Sayang. Lakukan dengan keras, Sayangku!"
Wanita itu meliuk-liukkan tubuhnya yang dipenuhi nafsu, dia melolong pada setiap entakan yang diberikan pria di atasnya. William menegang, wajahnya memerah menahan sesuatu di dalam dirinya yang siap diledakkan.
"Jangan memerintah, jalang! Ini adalah permainanku, hanya aku yang bisa menentukan di sini!" potong William angkuh.
"Ah, sayangku. Aku menyukai mulut kotormu. Gunakan mulutmu di tubuhku! Nikmati tubuhku! Tubuhku ini hanya tercipta untukmu."
"Tutup mulutmu, Jalang! Atau, aku tidak akan membiarkanmu klimaks!"
"Oh, William, gerakanmu tidak seperti yang kau ucapkan, Sayang! Kau mengentak-entakku kasar dan dalam. Aku akan klimaks. William, keluarkan cairanmu di dalamku! Penuhi aku dengan spermamu."
"Agar kau bisa menjebakku, heum?" William mengejek dengan kekehan menyebalkan. "Dengar, Jalang! Aku menggunakan kondom terbaik di dunia. Spermaku tidak akan pernah kau rasakan!"
"Kumohon kali ini, Sayangku. Aku menginginkan cairanmu. Di mulutku, aku ingin memakannya. Spermamu yang lezat. Spermamu yang manis. Aku ingin memilikinya."
"Tidak akan!" William menggeram. "Bersiaplah, Jalang!"
William mencengkeram tubuh wanita itu keras, tak akan dibiarkannya wanita itu meraup udara dengan tenang. William menyeringai memandang wajah mengenaskan wanita itu. Tubuhnya lebam kebiruan berasal dari cengkeraman dan tamparan William.
"Ah, fuck!" William mengumpat.
"Telepon siapa itu?"
"Aku akan membunuh siapapun yang menelepon!"
William menunda klimaks dan meraih ponsel dari meja. Darahnya mendidih dan segera mengusap layar kemudian meletakkan di telinga.
"Aku akan membunuhmu, Hans!" kata William sebagai sapaan. William mengangkat telepon sambil melanjutkan aktivitasnya. Memompa wanita di bawahnya yang kembali tenggelam dalam nafsu.
"Kau hebat, ah, lebih cepat, Sayang!"
"Ada apa kau menelepon dan mengganggu waktuku?"
Terdengar helaan nafas panjang dari seberang sana. "Pulanglah." ucap Hans, begitu lelah menghadapi tingkah laku William yang melampaui batas.
"Kau meneleponku hanya untuk menyuruhku pulang, sialan?" William menggertakkan gigi, melepaskan amarahnya pada wanita di bawahnya, yang sampai saat ini William tak ingat namanya.
Mungkin Raquel, Katie, Eva, Celia atau siapapun itu. William tidak peduli dengan masalah nama. William, si petualang wanita, tidak memedulikan hal semacam itu. Baginya, begitu terlibat di ranjang, semua wanita sama saja.
"Perusahaan ini di ambang kehancuran. Pulanglah, William. Perbaiki perusahaan ini dari awal. Hutangnya ada dimana-mana, kau akan jatuh miskin." desak Hans.
"Keparat, beraninya kau mengutukku menjadi miskin!" William semakin emosi. "Akan kubunuh kau! Apa kau tidak bisa mengurus perusahaan itu saja? Apa yang telah kau lakukan selama ini? Kau korupsi uang perusahaan?" tudingan William sangat serius.