Waktu terus berlalu. Tiga bulan telah berlalu. Itu artinya Zee dan William berpisah selama empat bulan.
Zee tidak memiliki harapan lagi. Dia tidak mungkin mengurung diri selamanya. Perlahan-lahan, dia mulai bersosialisasi dengan penghuni panti sosial.
Tidak ada yang berkesan. Hati Zee masih dipenuhi oleh William. Hanya bersama pria itu saja Zee merasa bahagia sampai ke awan.
Gadis itu mengikuti peraturan di panti sosial. Hampir setiap Minggu mereka menerima penghuni baru. Perasaan mereka berbeda-beda. Ada yang bahagia telah menemukan rumah baru dan layak karena sebelumnya mereka berkeliaran di dunia luar yang begitu kejam.
Ada juga yang sedih harus terpisah dengan orang terdekatnya seperti halnya Zee. Namun, mereka semua tidak ada yang se-frustasi Zee.
Perlahan namun pasti, mendapatkan teman baru. Menjadi dekat. Bersama-sama melakukan banyak hal hingga melupakan dunia mereka sebelumnya.
Zee mengaduk-aduk makanannya. Saatnya jam makan malam. Aula itu penuh. Berbincang, tertawa dan kenyang.
Dari berbagai kalangan. Muda dan tua. Memiliki masalah masing-masing, yang pasti mereka tidak aman tinggal di dunia luar sendirian.
"Hai, Zee. Kau tidak menghabiskan makananmu lagi? Kau akan diberikan hukuman mencuci kamar mandi selama seminggu atau menyiram tanaman selama satu bulan!" Salah satu teman Zee memperingati.
"Aku akan menghabiskannya." kata Zee lemah. Tidak tertarik dengan makanan itu. Badannya belum mengalami kenaikan sejak tinggal di sana. Namun, setidaknya tidak sekurus di bulan pertama.
"Baiklah, habiskan segera. Sebentar lagi kita akan tidur."
Zee tersenyum kecil. Membiarkan temannya tadi kembali berbaur dengan yang lain.
Zee meminum air putih sebagai pendorong makanan masuk ke mulutnya. Zee tidak ingin dihukum lagi. Mungkin dia mengalami paling banyak hukuman. Semua kelelahan, namun tidak satu pun yang berhasil membuatnya melupakan William.
Ah, William! Sedang apa dia sekarang?
Zee menghabiskan makanan. Orang-orang mulai mengosongkan aula. Zee harus selesai sebelum petugas datang memeriksa dan memberikan hukuman karena tidak menghabiskan makanannya.
Dia bertemu beberapa kenalannya di lorong bangunan. Saling menyapa ramah dan memasuki kamar masing-masing.
Di kamar Zee, hanya dia yang datang paling akhir. Zee menutup pintu dan melirik teman-temannya sudah merebahkan badan. Ada yang masih sibuk membaca, menggambar, bernyanyi melalui headset dengan suara kecil dan ada juga yang langsung tidur.
Zee menutup jendela. Merebahkan badan dan menutup badan hingga bahu. Zee semakin mandiri, dia belajar banyak namun tidak menyenangkan.
Banyak tanggung jawab yang harus dia lakukan setiap hari. Seperti membuka dan menutup jendela karena tempat tidurnya tepat di sana.
Keesokan harinya, Zee menjalani hari membosankan seperti biasa. Kali ini Mary menyuruhnya benamam bunga di kebun, lalu menyiram bunga yang akan bermekaran.
Zee menurut saja. Dia bersama teman-temannya menggali tanah. Menanam biji bunga matahari dan menabur pupuk.
"Zee, kudengar kau menyukainya kebun bunga. Kau seharusnya senang tinggal di sini. Mengapa wajahmu tidak bersemangat?"
Meghan mendekati Zee sambil bertanya. Dia penasaran mengapa Zee tidak pernah bersemangat. Hampir semua bahagia menahan bunga, hanya Zee yang tidak bersemangat.
"Ya, aku menyukainya." jawab Zee singkat.
"Lalu mengapa kau tidak pernah bersemangat? Bukankah menanam bunga hal yang menyenangkan? Kita akan memetik beberapa untuk diletakkan di ruangan." Meghan menunjukkan bunga-bunga indah yang bermekaran.