Zee sedang berkemas. Wajahnya berseri-seri. Beberapa teman sekamarnya datang membantu sambil berbincang-bincang. Mereka tampak iri, Zee memiliki William dan akan membawanya pulang.
Hari ini adalah hari yang paling membahagiakan bagi Zee. Ini bagai mimpi. William tiba-tiba datang menjemput Zee dari panti sosial.
"Kurasa dia memang mencintaimu." ungkap Meghan. Baru beberapa hari yang lalu dia mengatakan William tidak akan datang menjemputnya. Namun, pria itu ada di sana sekarang.
"Benarkah?" tanya Zee semakin bahagia. Mereka duduk di tempat tidur Zee dan sampingnya. Mengelilingi gadis itu dengan wajah penasaran.
"Tentu saja. Untuk apa dia menjemputmu jika dia tidak mencintaimu?"
Zee senyum-senyum. Yang lain mengangguk membenarkan sambil berandai-andai kapan mereka akan dijemput oleh kerabat.
"Dia tampan dan tinggi. Tentunya banyak gadis-gadis cantik yang rela melemparkan diri ke pelukannya. Kau harus waspada. Tetapi, sepertinya kau tidak perlu melakukannya. Dia datang padamu, baginya kau berharga."
"Wills mencintaiku?" gumam Zee terkejut.
Dia dibantu teman-temannya mengangkat koper ke lantai. Ada dua koper, Zee mendapatkan beberapa pakaian selama di sana dari sumbangan orang-orang dermawan. Namun, dia tidak membawanya pergi. Zee menyerahkan pada Mary untuk dibagikan kepada yang lain.
"Kami ikut senang dengan kepulanganmu. Semoga kau selalu berbahagia, Zee!" pesan Meghan dan diamini yang lain.
Satu persatu memeluk Zee. Mereka sedih kehilangan salah satu teman yang telah dianggap seperti keluarga. Karena Mary mengatakan, mereka semua adalah keluarga.
Berbeda dengan Zee. Perpisahan kali ini tidak sedikit pun merasa sedih. Sebaliknya, dia sangat bahagia. Euforia kedatangan William bertahta paling tinggi. Meredupkan emosi perpisahan.
Kemudian Zee menghampiri William di ruangan tadi melanjutkan perbincangan dengan Mary. Mary tersenyum lembut, menyambut Zee bahagia.
Acara perpamitan itu berlangsung singkat. Mary dan beberapa teman-teman penghuni panti mengantar sampai halaman utama.
"Terima kasih bantuanmu, Mary! Senang bertemu Anda." ucap William dengan senyum tipis sambil berjabat tangan dengan Mary.
"Senang membantumu, Pak Philip. Datanglah kapanpun kau membutuhkan bantuan."
"Baik,"
"Zee, aku senang kau kembali kepada William. Datanglah jika kau merindukan tempat ini. Kami semua menyambut kedatanganmu." ucap Mary beralih pada Zee yang masih menunjukkan wajah bahagia.
Selama Zee tinggal di tempat itu. Mary hanya melihat Zee bahagia hari ini saja. Mary turut bahagia dengan kedatangan William secara tiba-tiba dan membawa Zee bersamanya.
"Terima kasih, Mary! Zee akan merindukanmu! Zee berjanji akan hidup lebih baik bersama William."
Zee melambaikan tangan dengan ceria pada teman-temannya. Kemudian keduanya memutar badan dan pergi bersama-sama.
William menggeret koper paling besar. Sedangkan yang berukuran kecil di tangan Zee.
Tidak ada mobil tumpangan. Keduanya berjalan kaki menuju halte sekitar sepuluh mil melewati hutan.
"Wills, Zee sangat bahagia!" ungkap Zee sambil melompat-lompat di samping William.
Rasa bahagia itu membawanya melambung sangat tinggi. Berjalan kaki cukup jauh begitu sangat menyenangkan.
"Kau yakin hidup bersamaku?" tanya William memastikan lagi.
"Tentu saja!"
"Tidak ada kendaraan. Kita akan berjalan sepuluh mil ke halte."