Part 6 - Perjalanan

3.4K 197 15
                                    

William meremas-remas rambutnya dengan frustrasi, menggeram kesal, lalu memukul setir mobilnya dengan keras. Di sebelahnya, Zee tertidur pulas, tak menyadari bahwa dia berdua hanya dengan William, calon mantan suaminya.

Setelah mengemas barang-barang Zee, William langsung membawanya ke tempat yang aman, sebuah panti sosial yang merawat anak-anak yatim piatu dan orang-orang dengan kebutuhan khusus yang tidak memiliki sanak saudara.

Dengan tindakan ini, William ingin melepaskan segala tanggung jawab terhadap Zee. Dia percaya gadis itu akan lebih aman di panti sosial daripada dititipkan kepada seseorang, terutama kepada Henry, orang yang telah mengkhianatinya.

William masih menyimpan sedikit rasa kemanusiaan yang mendorongnya untuk menyelamatkan Zee. Namun, tidak semata-mata demi Zee. Dia juga merasa kecewa dan terkejut bahwa Henry, sahabatnya yang satu-satunya, telah menghancurkan kepercayaannya.

Ternyata, selama ini Henry telah memaksa Zee untuk bekerja demi mempertahankan gaya hidup mewahnya sendiri. William menyadari bahwa Henry telah memanfaatkan bakat Zee untuk menghasilkan uang, dan Henry sering kali membuat janji manis yang melibatkan William.

"Berengsek!" desah William dengan rasa frustrasi.

Sekarang, masalah yang dihadapi bukan lagi tentang hal itu. William telah tiba di depan panti sosial, namun ragu untuk membawa Zee ke dalamnya.

William melirik Zee sekali lagi. Wajah polos gadis itu seakan mempengaruhi pikirannya. William menggerutu dalam hati, tidak memiliki rencana apapun dengan gadis itu. Tanpa banyak berpikir, dia segera menghidupkan mesin mobilnya dan meninggalkan tempat itu.

Berhenti sejenak di minimarket, William membeli beberapa minuman dan camilan kecil. Namun ketika dia kembali ke mobil, Zee masih tertidur pulas.

"Gadis bodoh!" gumamnya dalam hati.

William melanjutkan perjalanan dengan kecepatan sedang, melewati padang gurun yang luas dengan angin sepoi-sepoi yang menghembus. Dia menyalakan radio, mencoba mendengarkan musik untuk meredakan kekesalannya.

Beberapa saat kemudian, Zee mulai bergeliat dan membuka mata dengan perlahan. Dia mengucek-ucek mata dan tersenyum lebar ketika melihat William ada di sampingnya.

Zee bergumam dengan antusias, menarik perhatian William. Pria itu hanya menoleh sekilas, kemudian fokus kembali pada setir sambil meneguk minuman.

"Will," panggil Zee dengan senyum lebarnya. "Apakah kita menuju ke California?"

"Gadis bodoh!" hanya itu yang terlintas di pikiran William. Dia sudah mengungkapkan niatnya untuk bercerai, namun Zee seolah-olah melupakan semuanya dan bertindak seolah tak ada yang terjadi.

William tidak merespons. Hanya helaan nafas panjang yang keluar dari bibirnya.

Zee tampak sangat senang. Dia membuka jendela mobil dan menikmati angin yang kencang. "Will, aku ingin seperti ini selamanya!" serunya sambil menikmati sensasi angin yang menyapu rambut pirangnya.

Ketika ada mobil lain yang melintas, Zee dengan gembira melambaikan tangannya dan memberi sapaan ramah, seperti anak kecil yang penuh keceriaan.

Zee berusaha keras untuk membuka kaleng coke yang diberikan William, namun dia gagal. "Tidak bisa," katanya dengan serius.

William memicingkan matanya, lalu mengambil kembali kaleng coke tersebut dan membukanya. Zee terlihat sangat senang, dia meletakkan kepalanya di luar jendela mobil sambil mengulurkan tangan ke angin.

Mereka berhenti di sebuah restoran piza. Zee sangat bersemangat, melompat-lompat dengan sepatu bootsnya begitu turun dari mobil. Dia menggandeng lengan William, melihat sekeliling dengan penuh kegembiraan, lalu masuk ke restoran.

SINNER [18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang