"Jadi sekarang kau sudah menjadi duda?" ejekan pria di sebelah William terdengar tajam. Tom, salah satu sahabat William yang merupakan penduduk setempat. Mereka sering bertemu di kelab malam, sama-sama memiliki gaya hidup yang kurang terjaga, seringkali terlibat dalam hubungan tanpa ikatan yang jelas.
"Duda apanya?" William memutar bola matanya, sambil menikmati minuman dingin dari cangkir yang menemani percakapan mereka.
"Kau tidak jadi bercerai?" tanya Tom dengan serius.
"Tidak," jawab William. "Maksudku belum,"
"Mengapa? Bukankah kau pulang untuk bercerai?" Tom menyelidiki dengan rasa penasaran.
"Sial!" desah William kesal.
"Kau tidak bercerai?" Tom bertanya lagi dengan keras. "Apa yang kau lakukan selama di Madrid? Apakah kau jatuh cinta padanya?"
"Itu omong kosong," elak William cepat.
"Lalu?" desak Tom.
"Masalahnya rumit," William menghela nafas.
"Di mana istrimu?" tanya Tom.
"Di apartemen," jawab William.
Tom terkejut, dia memandang William dengan tatapan tidak percaya. "Kau membawanya ke sini? Bukankah kau berniat untuk menitipkannya di panti sosial?"
"Si berengsek Henry memanfaatkannya,"
"Memanfaatkan bagaimana?"
"Menjadikannya sebagai sapi perah!"
"Sapi perah?" Tom terkejut.
"Yeah, begitulah selama ini. Memaksa dia bekerja untuk menghasilkan uang," jelas William dengan nada pahit.
"Dan kau marah dan membawanya ke sini?" Tom menggeleng dengan dramatis. Dia pura-pura terkejut dengan keputusan yang diambil William.
"Tidak, tidak! Ini hanya sementara. Setelah semuanya selesai, aku akan menitipkannya di panti sosial," jelaskan William dengan cepat.
"Kau serius?" tanya Tom.
"Tentu saja!" jawab William mantap. Keputusannya sudah bulat.
"Lalu kau akan menjadi duda di California yang bebas?" goda Tom.
"Jangan bicara begitu!" William terdengar kesal.
Tom tertawa, senang menggoda William. "Setidaknya kau memiliki kesempatan untuk menidurinya."
"Aku tidak tertarik!" tegas William.
"Aku penasaran tentang istrimu. Apakah dia cantik?" tanya Tom.
"Tidak! Aku tidak tertarik padanya. Aku selektif," jawab William.
Tom terbahak-bahak. "Kau memberikan mahar besar untuk menikahinya, tetapi tidak tertarik padanya. Aku yakin banyak wanita yang ingin berada di posisinya."
"Aku tidak akan menikah lagi," kata William mantap.
"Kau memang berengsek!" Tom menggeleng tak habis pikir. "Kau tahu, aku kadang berpikir ingin menikahi gadis seperti istrimu."
"Untuk apa? Kau sedang sekarat? Berapa lama lagi dokter mendiagnosa umurmu?"
"Tidak! Bukan!" elak Tom.
"Lalu apa?"
"Dia tidak akan marah saat kau bermain-main dengan wanita lain. Dia tidak akan tahu!" jelas Tom berapi-api. "Kadang bercinta dengan pelacur membosankan. Sewaktu-waktu kau perlu bercinta dengan gadis lugu seperti istrimu. Kau bisa bercinta kapan saja kau inginkan dengannya. Lalu setelah bosan, kau bercinta lagi dengan pelacur-pelacur di luar sana."