Zee membantu William memasukkan kayu kering ke dalam perapian. Musim dingin telah datang. Stok telah habis, William dan Zee mengambil lagi dari gudang.
Tinggal di sebuah rumah sederhana tanpa alat-alat canggih seperti fasilitas yang mereka nikmati selama ini.
Ini adalah natal pertama yang mereka lewati bersama-sama sebagai suami istri. Mungkin natal terburuk. Mereka jatuh miskin dan tidak menyisakan apapun.
Tanpa pesta meriah. Mengundang kolega-kolega bisnis. Mengenakan pakaian mahal rancangan designer terkemuka dunia. Menyaksikan kembang api raksasa yang tentunya termahal dan meledakkan di awan seperti taburan bintang.
"Will, apakah natal nanti akan ada kembang api raksasa?" tanya Zee tidak yakin.
"Tidak ada."
"Mengapa?"
William berdeham kecil sambil memikirkan sesuatu. "Kurasa ada, mungkin satu dan kecil."
"Hanya satu?"
"Ya,"
Zee mendadak lesu. Tahun ini tidak menyaksikan kembang api raksasa.
"Kau tetap akan mendapatkan hadiah dari Santa." jelas William menjanjikan.
Zee semringah dan bersemangat. "Benarkah?"
"Ya," Pria itu mengiyakan.
"Baiklah. Aku menantikan hadiah dari Santa!"
Zee bersemangat mengangkati kayu dan William menyusun di bawah perapian.
Selanjutnya, mereka memasak daging kalkun. Hari ini malam natal. Mereka berdua sangat bekerja keras untuk natal tahun ini.
Zee mengiris kentang dan mencuci sampai bersih. Sedangkan William memasukkan bumbu dan menyusun kentang tersebut di baki stainless yang kemudian di masukkan ke dalam panggangan.
Zee tersenyum puas setelah William memasukkan daging kalkun utuh ke dalam panggangan. Mendekat memeluk perut William dan menyandar manja.
"Kita aman memakan daging kalkun," ucapnya.
"Kau menyukainya?"
"Ya!"
"Baiklah. Mari kita siapkan yang lain."
William memutar badannya lantas mengecup bibir Zee. Melumat sejenak sambil menggoda gadis itu.
Peralatan makan antik dalam lemari dikeluarkan untuk dicuci bersih. Mereka akan menggunakan gelas tinggi dan minum anggur sebagai pelengkap makan malam.
"Will, aku ingin menciummu lagi." protes Zee ketika William menyudahi ciumannya.
William memberikan ciuman lagi dengan senang hati. Zee sangat senang berciuman. Berbagi saliva dan membuat kupu-kupu berterbangan di perutnya.
Zee memekik lalu tergelak. William mengangkat tubuhnya ke atas pantry. Berdiri di antara kedua kaki Zee dan mereka melanjutkan ciuman.
Gadis itu memeluk leher William, sesekali menjambak rambutnya. Napas mereka naik turun mulai kasar.
William berpindah ke lehernya. Membelai tubuh ramping Zee dan meremas bokongnya. Memberikan akses bebas pada William di lehernya hingga di pangkal paha.
Semakin berani, William membuka kancing baju Zee bagian depan. Memperlihatkan dadanya dan William segera memakani daging-dagingnya.
Zee blingsatan seperti cacing kepanasan. Merintih dan gelisah. Memasukkan tangannya ke dalam pakaian William seperti yang diajarkan pria itu selama ini. Secara naluri, Zee mempelajarinya dengan baik.